Tracing Lemah takkan Bisa Ungkap Lonjakan Covid Usai Lebaran

Epidemiolog sebut kemungkinan kasus Covid-19 lebih banyak dari data tracing

Antara/Fauzan
Petugas medis melakukan tes Antigen bagi pemudik di Pos Pengamanan Arus Balik Jatiuwung, Kota Tangerang, Banten, Ahad (16/5/2021). Tes Antigen tersebut dilakukan secara acak kepada pemudik yang akan kembali ke arah Jakarta guna meminimalisir penyebaran COVID-19.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi kasus Covid-19 di Indonesia akan meningkat drastis usai libur lebaran beberapa hari lalu. Kendati demikian, pemerintah Indonesia diprediksi tidak akan bisa mengungkap lonjakan kasus Covid-19 usai lebaran karena kemampuan pengetesan dan pelacakan yang masih kurang.

Dicky potensi ledakan kasus Covid-19 usai lebaran 2021 tidak perlu ditanyakan karena sudah jadi hukum biologi."Saya memperkirakan sebulan setelah sekarang ada lonjakan kasus dan jumlahnya bisa dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Tapi saya jamin tidak terlihat dalam laporan kasus harian kita, kenapa, karena testing dan tracing Indonesia minim," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (16/5).

Artinya, dia melanjutkan, kasus Covid-19 di bawah permukaan berjumlah lebih banyak. Ia menjelaskan, saat ini lebih banyak klaster yang tidak bisa diidentifikasi karena lebih banyak orang yang membawa virus ini. Apalagi, ia menilai pergerakan orang yang jauh lebih banyak yang ikut memperburuk situasi saat ini dibandingkan tahun lalu. Persoalan semakin ditambah dengan adanya ancaman varian baru virus seperti dari India yang lebih cepat menular. 

"Jadi, mengenai ledakan kasus jangan ditanya lagi. Tunggu hanya beberapa bulan lagi, contohnya seperti di India," katanya.

Ia menilai pemerintah saat memutuskan aktivitas terkait mudik tampaknya tidak belajar dari pengalaman ledakan kasus Covid-19 usai lebaran tahun lalu. Menurutnya, libur Idul Fitri 2020 punya dampak signifikan dalam kenaikan kasus harian Covid-19 sampai 93 persen.

Kemudian, dia melanjutkan, kematian mingguan meningkat sampai 66 persen. Nantinya, dia menambahkan, kelompok yang sadar kesehatan bisa membawa keluarganya berobat ke rumah sakit.

Kemudian, yang menjadi permasalahan adalah kelompok yang paling rentan, baik lanjut usia (lansia) atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang semakin terekspose virus ini. Jika lonjakan kasus pascalebaran benar-benar terjadi, Dicky mengaku iba dengan tenaga kesehatan yang tidak mampu menghadapi orang yang terinfeksi virus yang berobat sebanyak itu.

 

Tak hanya tenaga kesehatan yang kewalahan, ia menilai nantinya yang mengalami masalah adalah masyarakat yang ada di rumah. Menurutnya, ledakan kasus ini akan berada di rumah.

Ia mengutip hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 lalu bahwa sebanyak 80 persen penduduk Indonesua mengobati dirinya sendiri di rumah. 

"Jadi, kalau mengalami fatalitas Covid-19 kemudian meninggal dunia, ya di rumah," katanya.

Untuk mengatasi masalah ini, ia meminta pemerintah melakukan mitigasi ledakan kasus Covid-19 supaya tak jadi tsunami. Ia menyebutkan ada delapan strategi yang harus dilakukan. Pertama, respons cepat, kuat, dan terukur. Artinya setiap level pemerintahan dan sektor bersiap menghadapi skenario terburuk.

Kedua, dia melanjutkan, strategi komunikasi risiko dibangun dan dijaga kualitasnya untuk membangun persepsi risiko yang sama semua pihak. "Strategi ketiga adalah penguatan surveilans, fasilitas kesehatan, komunitas, dan genom," katanya.

Strategi keempat, dia melanjutkan, adalah program deteksi kasus secara aktif di masyarakat. Kelima adalah penguatan sistem rujujan, layanan fasilitas kesehatan, ketersediaan alat kesehatan dan sumber daya manusia.

Strategi keenam adalah akselerasi vaksinasi terhadap kelompok lansia dan komorbid. Strategi ketujuh, dia melanjutkan, literasi kenormalan baru yang mendukung protokol kesehatan 5M dengan pemberdayaan publik.

 

Strategi terakhir, dia melanjutkan, penyiapan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jawa-Bali dan luar Jawa terpilih. 

 
Berita Terpopuler