Idul Fitri: Geliat Ekonomi dan Momentum Keluar Resesi

Lebaran menjadi momentum kegiatan konsumsi yang jadi daya ungkit perputaran ekonomi

www.freepik.com
Belanja di swalayan (ilustrasi). Lebaran menjadi momentum kegiatan konsumsi yang menjadi leverage atau daya ungkit perputaran ekonomi secara makro.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Snouck Hurgronje sejak tahun 1904 memberikan gambaran kepada pemerintah pusat Belanda tentang tradisi yang terjadi dalam momentum lebaran, yang oleh mereka pada saat itu disebut sebagai tahun  barunya pribumi (inlands nieuwjaar). Momentum terjadinya kegiatan ekonomi yang melonjak, masyarakat membelanjakan uang dan terjadi puncak transaksi ekonomi.

Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP HIPMI, Ajib Hamdani, berpendapat
tradisi tersebutlah yang menjadi budaya sampai kini. Lebaran menjadi momentum kegiatan konsumsi yang menjadi leverage atau daya ungkit perputaran ekonomi secara makro.

"Perputaran uang yang terjadi pada momentum lebaran ini mengalami kenaikan signifikan, terutama dengan mengalirnya dana tunjangan hari raya," kata Ajib dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/5).  

Ia menyampaikan, data dari pemerintah menunjukkan terjadi perputaran dana THR di kisaran Rp 150 triliun. "Kalau kita sandingkan dengan data Produk Domestik Bruto (PDB)  tahun 2020 sebesar Rp 15.434,2 triliun, dana putaran THR ini memberikan kontribusi sebesar 1 persen dari PDB," katanya menambahkan.

Karena itu, ia menilai tidak mengherankan jika Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyarankan agar masyarakat membelanjakan alokasi THR yang ada, terutama belanja untuk komoditas produksi dalam negeri. Harapannya itu tentunya untuk memberikan multiplier effect, terutama tumbuhnya UKM di Indonesia, karena UKM menopang lebih dari 60 persen PDB.

Di sisi lain, Ajib mengatakan, pergerakan pertumbuhan ekonomi kuartal I masih terkonstraksi sebesar 0,74 persen, memperpanjang periode ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi. Dengan data negatif yang masih berjalan, pemerintah mempunyai harapan dan orientasi ekonomi pada kuartal kedua bisa melejit di kisaran 7 persen.

"Sebuah target yang sangat menantang dan diperlukan dorongan dari sisi regulasi secara total. Karena ekonomi cenderung tidak bisa dibiarkan berjalan alamiah dengan target yang begitu tinggi," kata dia. 

Baca Juga

Apalagi, lanjut Ajib, jangan sampai pemerintah mengeluarkan regulasi yang kontraproduktif terhadap sentimen ekonomi di lapangan, misalnya seperti opsi menaikkan tarif pajak.

Naiknya daya beli masyarakat di momentum lebaran, bisa menjadi salah satu pendongkrak dan penopang harapan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sesuai harapan. Pemerintah harus menjaga ritme daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat, sambil secara paralel menekan potensi inflasi. Sebab, ketika terjadi inflasi karena kebijakan pajak yang tidak tepat, maka akan secara langsung mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat.

"Kuartal kedua ini menjadi tolok ukur pencapaian target pertumbuhan ekonomi secara agregat tahun 2021, sebesar 4,5 persen-5,5 persen. Dan, Lebaran atau Idul Fitri ini menjadi bagian momentum yang harus terkelola dengan baik. Idul Fitri, dalam geliat ekonominya, menjadi momentum untuk keluar dari resesi," ujarnya.

 
Berita Terpopuler