Soal Kelanjutan AstraZeneca, Anies Tunggu Kebijakan Kemenkes

Proses vaksinasi di Jakarta pun akan terus dilakukan. 

Ist
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Rep: Flori Sidebang Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait kelanjutan penggunaan vaksin AstraZeneca di Ibu Kota. Sebab, kata dia, program vaksinasi Covid-19 tidak hanya dilakukan Pemprov DKI, tapi melibatkan banyak pihak.

Hal ini, dia sampaikan, usai seorang pria bernama Trio Fauqi Virdaus diduga meninggal setelah sehari menerima suntikan vaksin AstraZeneca. “Kita semua menunggu kesimpulan dari (Kemenkes), kan vaksinasi tidak bisa berjalan sendiri. Kita tunggu arah dari Kemenkes,” kata Anies di Balai Kota Jakarta, Senin (10/5).

Menurut dia, proses vaksinasi di Jakarta pun akan terus dilakukan. Anies mengungkapkan, hingga kini belum ada perubahan kebijakan mengenai pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan AstraZeneca.

“Kita tunggu dari Kemenkes saja, sampai dengan saat ini belum ada arah kebijakan yang berubah. Jadi masih sama,” kata dia.

Sementara itu, pihaknya pun belum dapat memastikan apakah penyebab meninggalnya pria tersebut lantaran efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin AstraZeneca atau tidak. Dia menyebut, saat ini, masih dilakukan penelitian terkait kasus itu. 

"Sedang diteliti, jadi pada fase ini kita belum tahu. Kita tunggu hasilnya. Tapi dari peristiwa ini kita harus memiliki kesimpulan dan harapannya memiliki arah kebijakan seperti apa," ujarnya. 

Meski demikian, Anies mengungkapkan, Pemprov DKI juga telah menyampaikan usulan kepada Kemenkes terkait aturan tambahan terhadap usia penerima vaksin AstraZeneca. Dia mencontohkan, beberapa negara di Eropa telah melakukan pembatasan usia terhadap warga yang menerima vaksin jenis tersebut, yakni diprioritaskan bagi kelompok usia diatas 40 tahun, bahkan ada yang di atas 60 tahun. Sehingga, dapat mencegah terjadinya risiko efek samping yang ditimbulkan vaksin itu. 

“Tadi kami sampaikan usulan untuk dibuatkan tambahan ketentuan dalam screening untuk bisa mencegah terjadinya risiko fatalitas sebagai efek samping dari vaksin. Karena kita ketahui laporannya ada risiko pembekuan darah kalau dilakukan vaksinasi pada orang-orang yang berusia relatif muda. Ini sudah disampaikan, lalu dari Kemenkes akan membahas, nanti kita tunggu arah kebijakannya," paparnya.

 

 

Sebelumnya diberitakan, seorang pria bernama Trio Fauqi Virdaus (22 tahun) meninggal dunia, Kamis (6/5). Pemuda yang tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur, sehari sebelum meninggal baru saja menerima suntikan vaksin Covid-19.

Kakak Trio, Viki menceritakan, adiknya mendapat suntikan vaksin pada Rabu (5/5). Lalu Trio tiba di kediamannya pada Rabu sore. Trio sempat mengeluhkan tidak enak badan kepada keluarga seusai divaksinasi Covid-19.

Kondisi kesehatan Trio bukannya semakin membaik pada Rabu malam. Semakin waktu berjalan, Trio mengalami demam tinggi yang tak kunjung turun. Trio juga mengeluhkan sakit di bagian kepala. Viki menyebut ibunya sempat menganjurkan Trio supaya lekas pergi ke dokter atau minum obat penurun panas.

"Adik saya tidak mau dibawa ke dokter karena merasa takut. Adik saya khawatir kenapa-kenapa kalau minum obat padahal baru divaksin," kata Viki kepada Republika, Senin (10/5).

Namun, lantaran rasa sakit tak segera hilang, Viki mendapati adiknya akhirnya berusaha ke dokter pada Rabu malam. Trio rencananya akan ditemani kawannya ketika ke dokter.

"Awalnya maunya diantar Vika, kakak almarhum juga, yang berhalangan saat itu. Akhirnya diantar kawannya ke klinik, tapi pas sampai di sana sudah tutup," ujar Viki.

Rasa sakit yang dialami Trio terus menjalar. Trio tak lagi sanggup menahan rasa sakitnya pada Kamis (6/5) pagi. Viki mengungkapkan, adiknya sampai harus berteriak lantaran sulit meredam rasa sakit di bagian kepalanya. Demam pada tubuh Trio juga belum reda saat itu bahkan cenderung naik.

"Almarhum adik saya teriak-teriak kepalanya terasa mau pecah. Bahkan sampai ada kejang itu ibu saya lihat. Saya lihat juga tangannya menggenggam, dan napasnya seperti sulit," ujar Viki.

Keluarga lalu berusaha melarikan Trio ke rumah sakit terdekat pada Kamis siang. Sebuah rumah sakit bersalin sayangnya tak sanggup merawat Trio lalu merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar. "Sudah dibawa ke rumah sakit lain, tapi apa boleh buat, adik saya ketika diperiksa dokter ternyata sudah meninggal," pungkas Viki.

 

Kini pihak keluarga menuntut transparansi dari pemerintah soal penyebab meninggalnya Trio usai divaksinasi. Sebab, pihak keluarga masih heran dan bingung dengan alasan meninggalnya Trio. "Harapan kami mendapat kejelasan akan hal ini seterang-terangnya," harap Viki.

 
Berita Terpopuler