Menanti Kolaborasi PKS, Partai Ummat, dan Partai Masyumi

PKS melakukan safari politik ke partai-partai Islam dan nasionalis.

Republika/Febrianto Adi Saputro
Tangkapan layar saat Amien Rais resmi luncurkan logo Partai Ummat.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ubedilah Badrun, Ubedilah Badrun, analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Sebelum Ramadhan dan pada Ramadhan tahun ini dunia politik Islam di Indonesia semarak dengan dua hal. Pertama, muncul deklarasi partai Islam Masyumi besutan Abdullah Hehamahua dan Partai Ummat pimpinan Amien Rais. Kedua, ramai soal safari politik PKS ke partai Islam dan ke partai nasionalis.

Partai Masyumi dan Partai Ummat bisa dikategorikan sebagai partai yang membangun konstituennya berbasis massa Islam. Soal berdirinya partai-partai baru ini dalam terminologi Islam bisa ditempatkan sebagai ruang kolektif amar ma'ruf nahi munkar (ajakan kebaikan dan tinggalkan keburukan) di arena politik.

Bahwa kehadirannya dapat dimaknai tidak saling menjegal sesama partai Islam, tetapi bersinergi dalam turut serta membangun negeri ini. Partai nasionalis saya kira tidak juga perlu khawatir dengan keberadaan partai Islam. Sebab, dalam sejarahnya partai Islam di Indonesia selalu menjadi bagian penting dari solusi di republik ini.

Sebut saja, misalnya, peran Masyumi dalam mengembalikan Indonesia dari negara serikat ke NKRI. Saat itu, Masyumi melalui M Natsir mengajak seluruh kekuatan politik dan komponen bangsa untuk mengembalikan Indonesia ke pangkuan NKRI melalui Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950 yang diterima parlemen dan pemerintah.

Abdullah Hehamahua dan Amien Rais adalah dua tokoh penting yang juga jasanya tidak bisa diabaikan untuk republik ini. Sebut saja peran Abdullah Hehamahua di KPK sebagai penjaga integritas, sementara peran Amien Rais sebagai tokoh penting reformasi 98 yang turut menghadirkan demokrasi yang lebih luas makna dan implementasinya yang kini dinikmati oleh semua partai politik. Kedua tokoh inilah aktor utama di belakang berdirinya dua partai Islam tersebut.

Tentu, tidak mudah bagi dua partai baru ini untuk berlaga pada 2024. Memerlukan energi besar untuk mengorganisasi dan mengonsolidasikan strukturnya bekerja secara nasional. Setidaknya itu problem besar partai baru tersebut, termasuk memerlukan sumber daya manusia dan modal finansial yang juga tidak sedikit.

Safari Politik PKS
Sebagai partai yang lahir dari rahim reformasi 98, PKS terlihat tidak mempermasalahkan kehadiran dua partai tersebut. Meresponsnya secara positif, tidak merasa terganggu, bahkan sebaliknya menyampaikan ahlan wa sahlan dan siap bekerja sama dengan partai agamis ataupun partai nasionalis.

Saya kira itu karakteristik atau watak baik politik PKS yang menyebabkannya tetap eksis hingga kini, bahkan terus mendapat simpati publik yang luas dengan terus bertambahnya suara rakyat memilih PKS. Pada Pemilu 2019 partai ini bertambah suaranya hingga 11.493.663 atau 8,21 persen suara. Sementara, perolehan suara partai ini pada 2014 sekitar 6,79 persen atau 8.480.204 suara. Naik hingga 3 juta lebih suara.

Kini, di tengah stagnasi, di tengah kebekuan elite politik dan mandeknya gagasan besar partai-partai politik, PKS melakukan terobosan besar untuk mencairkan kebekuan tersebut dengan melakukan safari politik saat Ramadhan tahun ini. Tentu saja, safari politik ini menjadi perhatian publik karena dilakukan PKS dengan semua partai politik, dari parpol Islam sampai parpol yang berhaluan nasionalis. Saya menilai itu pekerjaan politik yang cerdas dan dibutuhkan negara saat ini yang patut diapresiasi.

Di tengah problem keterbelahan rakyat akibat Pemilu 2019 yang efeknya masih terasa saat ini, PKS mendatangi semua partai untuk bersama-sama memberi solusi bagi problem bangsa saat ini meskipun posisi PKS jelas menyatakan sebagai partai oposisi. PKS terlihat meyakini bahwa menjadi oposisi sama terhormatnya dengan menjadi bagian dari pemerintahan.

Safari politik PKS dalam catatan saya menghasilkan titik temu yang baik untuk masa depan negara ini. Dari soal perlunya kerja sama antarpartai, tolak intoleransi, tolak radikalisme, hapus pajak STNK roda dua, hingga pentingnya merajut semangat kebangsaan yang lebih kokoh. Saya baca tidak ada agenda lain kecuali itu.

Meskipun tafsir politik menuju 2024 selalu dimungkinkan muncul dari sebuah safari politik. Tafsir semacam itu adalah hal biasa di arena politik simbolis.

Menghadapi situasi saat ini yang secara ekonomi sedang memburuk dan secara politik sedang menghadapi banyak problem, upaya seperti yang dilakukan PKS perlu ditingkatkan intensitasnya. Bertemu untuk silaturahim politik sekaligus silaturahim gagasan adalah dua pelajaran berharga dari safari politik PKS.

Catatan saya untuk PKS, Partai Ummat dan Partai Masyumi adalah soal konsistensi parpol Islam atas keberpihakannya kepada penderitaaan rakyat, kepentingan nasional, dan kepentingan rakyat banyak. Itu agenda penting yang mesti diutamakan dibanding sekadar agenda bagi-bagi kekuasaan atau agenda ego sektoral jika kelak kalian berada di parlemen dan berada di Istana. Wallahu'alam.

 
Berita Terpopuler