Hilal Kemungkinan Tidak Terpantau di Jatim

Hilal kemungkinan besar tidak terpantau karena ketinggiannya minus empat derajat

Antara/Nova Wahyudi
Petugas dari Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Selatan mengamati posisi hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (12/4/2021). Pemantauan hilal atau rukyatul hilal tersebut dilaksanakan untuk menetapkan awal I Ramadhan 1442 H.
Rep: Dadang Kurnia Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur akan melaksanakan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Syawal 1442 Hijriah pada Selasa (11/5) sore. Berdasarkan hitungan Ilmu Falak, hilal kemungkinan besar tidak terpantau karena ketinggiannya minus empat derajat di bawah ufuk.

Baca Juga

"Rukyatul hilal kita laksanakan tanggal 29 Ramadhan, karena memang rukyat itu tanggal 29. Kita melaksanakan di 27 titik (di Jawa Timur)" kata Ketua PW Lembaga Falakiyah NU Jatim, Shofiyullah, Senin (10/5).

Ia menjelaskan, dari sudut pandang Ilmu Falak, anak bulan atau hilal sangat mungkin tidak bisa dilihat saat dipantau. Alasannya, ijtimak terjadi pada Rabu (12/5) dini hari, sekira pukul 02.00 WIB.

"Sementara syarat lahirnya hilal kalau sudah terjadi ijtimak. Jadi, kalau ijtimaknya belum terjadi enggak mungkin lahir hilal," ujarnya. 

Di sisi lain, lanjut Gus Shofi, saat pemantauan hilal dilakukan, posisi hilal ialah minus empat derajat di bawa ufuk. Sementara syarat terlihatnya hilal di Indonesia minimal dua derajat di atas ufuk. Artinya, ketika minus itu menunjukkan bahwa hilal sudah terbenam lebih dulu sebelum waktu paling bagus pemantauan dilakukan, yakni saat terbenamnya matahari.

 

 

"Minus itu maksudnya berarti menunjukkan bulan itu saat Maghrib, yang itu saat yang paling bagus untuk melihat hilal, hilal itu sudah terbenam lebih dulu. Jadi kalau sudah terbenam, kita mau melihat apa. Kan, tidak mungkin," kata Gus Shofi. 

 

Kendati begitu, rukyatul hilal tetap dilaksanakan karena ketidakterlihatan hilal menjadi dasar untuk menentukan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. "Karena kalender Hijriah itu maksimal 30 hari. Nabi sudah memberikan pedoman bahwa kalender Hijriah itu kalau enggak 29 ya 30 (hari)" ujarnya.

 
Berita Terpopuler