Jumlah Korban dalam Serangan Israel Bertambah

Bayi usia 1 tahun dan 5 anak terluka; 14 orang dirawat di rumah sakit

Jumlah korban terluka meningkat 80 orang dalam bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Yerusalem Timur, kata Bulan Sabit Merah Palestina pada Ahad (9/5).
Red: Nur Aini

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jumlah korban terluka meningkat 80 orang dalam bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Yerusalem Timur, kata Bulan Sabit Merah Palestina pada Ahad (9/5).

Seorang anak berusia satu tahun dan lima anak termasuk di antara mereka yang terluka. Sebanyak 14 orang dirawat di rumah sakit karena cedera, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Seorang perawat yang bekerja untuk tim ambulans juga terluka. Total korban yang mengalami luka dalam bentrokan sejak Jumat saat ini mencapai 285 orang.

Polisi memukuli para pengunjuk rasa dengan menggunakan kekerasan fisik, kelompok itu melaporkan dalam pernyataan sebelumnya.

Saksi mata mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa seorang wanita tua terluka di wajahnya oleh tabung bom gas dan polisi Israel menahan tujuh warga Palestina. Mereka mengatakan polisi menggunakan air bertekanan tinggi pada warga Palestina yang berkumpul di dekat Gerbang Damaskus.

 

Warga Palestina di Yerusalem dalam beberapa hari terakhir memberikan solidaritas memprotes penggusuran di kawasan Sheikh Jarrah. Protes datang ketika Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem Timur menyetujui keputusan untuk mengusir tujuh keluarga Palestina dari rumah mereka demi pemukim Israel pada awal 2021.

Polisi Israel berusaha membubarkan jamaah di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa Jumat malam, menggunakan granat setrum dan bom gas. Perempuan juga menjadi sasaran pasukan Israel, menurut saksi mata.

Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang Yahudi menyebut daerah itu "Temple Mount," mengklaim itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno. Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Itu mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

 
Berita Terpopuler