Muslim Spanyol Berusaha Hidupkan Lagi Warisan Andalusia

Warisan sejarah Alhambra tidak terlihat dalam masyarakat Spanyol.

Republika TV/Kamila
Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, ANDALUSIA -- Sebuah pusat budaya Islam di Spanyol selatan sedang mencoba untuk menghidupkan kembali warisan era Islam Andalusia, yang meninggalkan jejak besar di wilayah tersebut selama hampir delapan abad.

Baca Juga

"Warisan sejarah Alhambra sangat jelas, tetapi ini tidak terlihat dalam masyarakat Spanyol," kata Abdulkadir Schaller, merujuk pada istana Andalusia yang terkenal di Granada, salah satu kota besar di Andalusia dan benteng Islam terakhir di Spanyol sebelum ditaklukan oleh raja Katolik di akhir abad ke-15.

Schaller yang menjabat sebagai Direktur Pusat Kebudayaan Islam di bawah Masjidil Haram di Granada menegaskan bahwa sekitar 500 tahun yang lalu, para raja Katolik saat itu telah memberantas segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam di negeri itu.

"Pihak berwenang pada waktu itu (tahun 1492) mengambil dan membakar semua buku arsitektur, seni, atau pertanian milik Muslim, termasuk Alquran, di Lapangan Virambla di pusat Granada. Ini adalah momen bersejarah. Arsip Muslim yang tinggal di Granada juga dihancurkan. Selain itu, masjid dibakar atau dibangun gereja di atasnya," ujarnya.

 

 

Dia mengatakan bahwa Islam di Andalusia dan Spanyol telah dihapuskan sejak lama. Mereka mencoba merekonstruksi ikatan sejarah periode Islam di Andalusia dan entah bagaimana menambahkannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.

"Pemerintah dan lembaga negara di Spanyol berpikir Islam harus mengalami perubahan besar agar umat Islam dapat diterima oleh masyarakat, tetapi penting untuk mengetahui bahwa banyak hal tidak dapat diubah. Ini adalah titik konflik yang diketahui yang tampaknya tidak terlihat," kata Schaller.

 

Ia mengatakan bahwa Islam di masa depan akan memasuki institusi negara dan kehidupan sehari-hari dengan cara yang lebih natural dan integratif di Spanyol, seperti di Inggris, Prancis, dan Jerman. Dilansir dari laman Anadolu Agency, Sabtu (8/5).

 
Berita Terpopuler