Kinerja Ekonomi China, AS, Indonesia: Siapa Paling Moncer?

Ekonomi China dan Amerika tumbuh signifikan dan menjadi mesin ekonomi global

irib
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021: Ekonomi China dan Amerika Serikat masih memimpin laju pemulihan ekonomi global
Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID, --- Ekonomi dunia mengalami tren positif di tengah kekhawatiran munculnya gelombang kedua pandemi covid-19. 

Dua mesin ekonomi global, China dan Amerika, memperlihatkan kinerja pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan pada kuartal I 2021 dengan masing-masing tumbuh positif bahkan China hingga dua digit.

Indonesia juga mencatatkan kinerja ekonomi jauh lebih baik dibandingkan kuartal IV 2020 atau ekonomi pada 2020 secara keseluruhan. Meski masih mencatat kontraksi, namun jalan menuju tren positif pertumbuhan semakin terbuka lebar.

Berikut ini catatan kinerja ekonomi tiga negara pada kuartal I 2021, yakni China, Amerika, dan Indonesia.

Ekonomi China Melesat 18,3 Persen

Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu. Pada kuartal I 2021, China mencatat rekor pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) tertingginya sejak 1992 yakni 18,3 persen (yoy).

Meski demikian, jumlah tersebut tampak lebih rendah dibandingkan poling Reuters yang memprediksi sekitar 19 persen. Pada kuartal I 2020, ekonomi China kontraksi 6,8 persen karena karantina nasional awal pandemi Covid-19.

"Ekonomi nasional memulai tahun dengan baik,"  kata Biro Statistik Nasional China dalam rilis kuartal I, seperti dilansir BBC, Jumat (16/4).

BPS China mewanti-wanti pandemi yang masih menyebar secara global di mana ketidakpastian dan ketidakstabilan masih menghantui sepanjang tahun ini.

BPS China menekankan optimisme untuk rebound ekonomi lanjutan di kuartal-kuartal selanjutnya. 

Produksi industri China pada Maret tercatat tumbuh 14,1 persen dan penjualan retail tumbuh hingga 34,2 persen.

Kepala Ekonomi Asia di firma penelitian dan konsultasi Oxford Economics, Louis Kuijs, menyampaikan ada tren pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Indikator bulanan menunjukkan bahwa produksi industri, konsumsi dan investasi semua naik pada bulan Maret secara berurutan menyusul kelemahan dalam dua bulan pertama.

Ekonom utama Economist Intelligence Unit untuk China, Yue Su mengatakan angka terbaru ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China meluas.

Su mengatakan kinerja perdagangan dan aktivitas industri dalam negeri selama sisa tahun mungkin tidak mampu mempertahankan momentum yang kuat tersebut. Ini karena belum adanya langkah-langkah untuk mendorong perekonomian domestik.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa China terus mendapatkan momentum ekonomi, setelah melaporkan pertumbuhan PDB 6,5 persen pada kuartal terakhir tahun 2020. 

Dibantu oleh langkah-langkah penahanan virus yang ketat dan bantuan darurat untuk bisnis, ekonomi telah pulih dengan mantap sejak pandemi melanda.

Meskipun awal tahun yang buruk, China adalah satu-satunya ekonomi utama yang mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2020 ---meskipun nilai 2,3 persen merupakan terlemah dalam beberapa dekade. China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi enam persen untuk 2021.

 

Ekonomi AS Tumbuh 6,4 Persen

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mencapai 6,4 persen secara tahunan pada kuartal I 2021. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi sejumlah ekonom.

Dilansir CNN Business, pertumbuhan ekonomi Amerika kuartal I 2021 membaik jika dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 4,3 persen.

Di luar lonjakan pertumbuhan pada kuartal III 2020, kenaikan kuartal I 2021 merupakan yang terbesar sejak kuartal III 2003.

Ukuran tersebut menunjukkan seberapa cepat ekonomi akan berkembang jika tingkat pertumbuhan berlanjut selama satu tahun penuh. 

Dibandingkan dengan kuartal IV 2020, PDB naik 1,6 persen setelah melaju 1,6 persen pada tiga bulan sebelumnya.

Setelah kontraksi yang menghancurkan ekonomi AS pada tahun lalu, perlahan ekonomi mulai pulih. Pertumbuhan PDB mulai merajalela tercermin dari aktivitas ekonomi AS yang semakin menggeliat.

Namun, pembukaan kembali bisnis dan peningkatan pengeluaran juga mendorong harga lebih tinggi. Departemen Perdagangan mencatat inflasi melonjak 3,5 persen pada periode Januari-Maret.

Angka ini melonjak jika dibandingkan dengan kenaikan 1,5 persen pada kuartal sebelumnya. Bahkan kenaikan ini tidak termasuk harga makanan dan energi yang lebih tidak stabil. 

Indeks harga untuk pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 2,3 persen, melampaui target 2 persen dari Federal Reserve.

 

Ekonomi Indonesia Masih Kontraksi, Penjualan Naik

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi kontraksi 0,74 persen year on year (yoy) pada kuartal I 2021. Pada tiga bulan pertama 2021, ekonomi Indonesia minus 0,96 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan perekonomian global pada kuartal I 2021 menunjukkan perbaikan yang terlihat pada pergerakan indeks PMI global yang mengalami peningkatan dari Januari sampai Maret. 

Hal ini sejalan dengan proses vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan maupun sedang berlangsung di beberapa negara.

Harga komoditas pangan seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan kopi membaik. Adapun komoditas hasil tambang seperti timah, aluminium, nikel, dan tembaga di pasar internasional pada kuartal I 2021 mengalami peningkatan baik secara qtq maupun yoy.

“Ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada triwulan satu 2021 telah menunjukkan pertumbuhan positif,” ucapnya.

BPS mengungkap sejumlah indikator pendukung pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021. Indikator pendukung ini antara lain produksi mobil pada kuartal I 2021 sebanyak 255.312 unit atau naik 23,36 persen quarter to quarter (qtq) dan turun 22,16 persen yoy. 

Kemudian penjualan mobil secara wholesale sebanyak 187.021 unit atau meningkat 16,63 persen qtq dan turun 21,05 persen yoy.

Penjualan sepeda motor secara wholesale sebanyak 1,29 juta unit atau naik 64,52 persen qtq, tapi turun 17,61 persen yoy. Selanjutnya produksi semen pada kuartal empat 2021 sebesar 15,18 juta ton atau turun 18,10 persen qtq maupun 2,15 persen yoy.

Sejalan dengan itu, Suhariyanto menjelaskan inflasi pada kuartal satu 2021 sebesar 1,37 persen secara yoy. Inflasi bergerak lambat dikarenakan pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas orang sehingga sisi permintaan menjadi terhambat.

Adapun realisasi belanja negara (APBN) pada kuartal I 2021 sebesar Rp 523,04 triliun meningkat dari kuartal satu 2020 sebesar Rp 452,41 triliun. 

Kemudian realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM sebesar Rp 219,7 triliun atau meningkat 4,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. 

 

Prediksi Bank Dunia Atas Ekonomi Global

Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia sebesar 4,4 persen sepanjang tahun ini. Angka ini sama seperti proyeksi Bank Dunia pada akhir tahun lalu. 

Meski demikian, proyeksi Bank Dunia tersebut di bawah target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2021 sebesar lima persen. Namun, proyeksi itu masuk dalam outlook yang dilakukan pemerintah sebesar 4,5 persen hingga 5,3 persen. 

“Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan pulih menjadi 4,4 persen pada tahun 2021,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, seperti dikutip dari laporan Bank Dunia Edisi April 2021 berjudul Pemulihan Belum Merata, Jumat (26/3). 

Menurutnya, beberapa sektor dinilai masih lambat pemulihannya di antaranya sektor perdagangan, transportasi, dan perhotelan. 

“Layanan bernilai tambah masih rendah, seperti perdagangan, transportasi, dan perhotelan, terkena dampak krisis yang parah dan akan menjadi yang paling lambat untuk pulih, terutama jika wabah merebak,” ucapnya. 

Secara keseluruhan, Aaditya menilai, perekonomian global secara keseluruhan pada tahun ini tumbuh tidak merata, utamanya di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Hanya China dan Vietnam yang perekonomiannya pulih secara cepat pada tahun ini. 

“Ekonomi China dan Vietnam mengalami grafik pemulihan berbentuk huruf V, perekonomian kedua negara tersebut dinilai melampaui tingkatan saat sebelum pandemi,” ucapnya.

Di negara-negara besar, Bank Dunia memprediksi rata-rata pertumbuhan ekonominya berada di sekitar lima persen, di bawah tingkat sebelum pandemi. 

Kinerja perekonomian bergantung kepada efektivitas pengendalian virus, kemampuan memanfaatkan kebangkitan perdagangan internasional, dan kemampuan pemerintah negara masing-masing dalam memberikan dukungan fiskal dan moneter.

 

 
Berita Terpopuler