CAIR: 61 Persen Siswa Muslim Jadi Korban Islamofobia

CAIR juga menyebut 17 persen siswa Muslimah berhijab alami pelecehan.

Express
Bayan Zehlif, siswa Muslimah di Amerika yang namanya diganti oleh seseorang menjadi Isis Phillips
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Yusra, 14 tahun, berhenti mengenakan jilbab di sekolahnya. Hal tersebut terpaksa dilakukannya lantaran beredar isu yang menyebut dirinya anggota ISIS.

Baca Juga

Setelah melepas jilbab, Yusra tetap saja di-bully. Seorang anak laki-laki di sekolahnya memberitahunya bahwa ia masih terlihat seperti teroris.Kasus serupa juga dialami Ali, siswa di wilayah Boston lainnya. Ia disebut oleh teman sekelasnya, pelaku teroris di World Trade Center.

Yusra dan Ali, bukan nama sebenarnya, adalah dua dari 200 siswa Massachusetts yang disurvei Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). Dari hasil survei tersebut diketahui, sekitar 61 persen siswa Muslim alami perudungan baik secara verbal maupun fisik. Survei itu juga menyebutkan 14 persen siswa Muslim tak nyaman memberi tahu orang lain bahwa mereka seorang Muslim.

“Kami ingin memastikan bahwa siswa Muslim tahu bahwa mereka tidak sendiri. Mereka memiliki kekuatan untuk dapat melaporkan insiden intimidasi ini. CAIR ada di sini untuk memastikan bahwa hak-hak mereka untuk belajar juga dilindungi,"ungkap, Fatuma Mohamed, petugas advokasi pemuda untuk CAIR Massachusetts, seperti dilansir Boston Globe, Rabu (5/5).

 

 

Survei tersebut menjangkau 190 siswa dari kelas 6 hingga 12 untuk tahun akademik 2019-20. Survei tersebut mencatat bahwa siswa Muslim diintimidasi tidak hanya karena agama, tetapi juga karena identitas sosial, termasuk ras, pendapatan keluarga, dan status imigrasi. Lima puluh dua persen siswa melaporkan perundungan berdasarkan ras atau etnis mereka, dan 25 persen mengatakan mereka ditindas karena pendapatan keluarga.

Dari siswa yang disurvei, 40 persen mengatakan bahwa mereka pernah mendengar seseorang yang berhijab dilecehkan secara fisik di sekolah. Hampir 17 persen melaporkan siswa Muslimah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dengan hijab yang dikenakan.

Sekitar 33 persen siswa Muslim yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mengubah penampilan, perilaku, atau nama mereka untuk menyembunyikan identitas Muslimnya. “Saya di sekolah menengah, seorang pria menarik hijab saya dan saya terlalu takut untuk memberitahu siapa pun,” kata salah satu siswa Muslim yang disurvei.

“Saat itu saya kelas 10, saat itu peringatan 9/11. Saah satu siswa menghubungkan saya dengan serangan itu dan terus mengikuti saya dan memanggil saya putri Osama,"kata siswa lain.

 

 

"Penindasan adalah sesuatu yang dianggap enteng di sekolah kami," kata siswa lainnya.

“Meskipun mungkin tidak ada penindasan fisik, ada penindasan sehubungan dengan komentar dan ejekan dari teman sekelas. Menurut pendapat saya, saya merasa bahwa penindasan terhadap siswa Muslim tidak dianggap seserius yang seharusnya," komentar Mohamed.

Dalam laporannya, CAIR menjabarkan rencana anti-perundungan untuk keluarga dan sekolah guna melindungi siswa, termasuk undang-undang Massachusetts yang melindungi kaum muda dari perundungan. Pasca-9/11, kata CAIR, siswa Muslim Amerika sering dipaksa menutupi identitasnya lantara stereotip negatif tentang Islam dan Muslim.

"Salah satu hal utama yang dapat dilakukan guru dan kepala sekolah untuk membuat sekolah menjadi lingkungan yang aman bagi siswa Muslim dengan menanggapi laporan perundungan dengan serius,"kata Mohamed.

“Banyak kasus kami yang terima, mereka melaporkan namun tidak ada yang mendengarkan,"tambahnya.

Sebagai seorang siswa setelah serangan 11 September, Jordan Ahmed ingat merasa perlu untuk menyembunyikan identitasnya sebagai Muslim dari teman sekelasnya.

“Saya seperti di depan umum di sekolah berpikir, 'Oke, saya tidak bisa benar-benar berbicara tentang menjadi seorang Muslim lagi.' Dan itu menyebabkan perjuangan selama beberapa dekade: Bagaimana menjadi dan memiliki identitas Muslim?” kata Ahmed, pengurus komunitas Muslim Justice League yang bekerja dengan guru, orang tua, dan siswa setempat. 

Ahmed ingin kaum muda saat ini tahu, tidak ada yang salah dengan identitas sebagai Muslim. Anda bisa menjadi Muslim yang terbuka dan bangga. Dan jika Anda diintimidasi karena identitas Anda, bicaralah,"kata dia. 

 

“Jangan diam. Beri tahu orang-orang, dan jika orang tidak mempercayai Anda, beri tahu orang lain. Beritahu siapa pun yang Anda percayai dalam hidup Anda," katanya.

 
Berita Terpopuler