Syailendra Nilai Investor Butuh Investasi di Reksadana Pasif

Syailendra Capital menyebut reksadana aktif miliki kinerja di bawah benchmark

Republika/ Wihdan
Layar besar menunjukan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Perusahaan manajer investasi, Syailendra Capital menilai sejak 2005 sampai 2020, reksadana aktif di Indonesia memiliki kinerja di bawah benchmark yang menjadi acuan kinerja secara tahunan. Sebagian besar reksadana saham aktif mencatatkan kinerja di bawah benchmark pada 11 dari 16 tahun terakhir. Ilustrasi
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan manajer investasi, Syailendra Capital menilai sejak 2005 sampai 2020, reksadana aktif di Indonesia memiliki kinerja di bawah benchmark yang menjadi acuan kinerja secara tahunan. Sebagian besar reksadana saham aktif mencatatkan kinerja di bawah benchmark pada 11 dari 16 tahun terakhir. 

Presiden Direktur Syailendra Capital Fajar R Hidayat mengatakan pada kelima tahun lainnya proporsi underperforming reksadana saham aktif juga terbilang cukup besar. Adapun besarnya proporsi underperforming ini memberikan tantangan bagi investor, memastikan produk pilihannya dapat konsisten memberikan imbal hasil yang lebih baik dari benchmark.

“Kami melihat adanya kebutuhan bagi investor untuk berinvestasi pada reksadana saham pasif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (26/4).

Menurutnya Syailendra memiliki dua produk reksadana pasif atau yang juga disebut reksadana indeks. Pertama, Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI). “Reksa dana indeks ini mengacu pada indeks MSCI Indonesia Value Index yang berisi saham-saham undervalued. Tapi akan menjadi the rising star dalam jangka panjang,” ucapnya.

Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund akan melakukan investasi dengan komposisi portofolio investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen sama dengan dari nilai aktiva bersih pada efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh korporasi yang ditawarkan melalui penawaran umum dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dalam MSCI Value Index. 

Lalu minimum nol persen  dan maksimum 20 persen dari nilai aktiva bersih pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun atau deposito. Hasilnya, tiga bulan terakhir (cut off date 30 Desember 2020), SMSCI mencatatkan yield 27,3 persen pada tiga bulan terakhir dan 26,7 persen pada enam bulan terakhir. 

Kedua, Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund. Passive Fund yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund adalah reksa dana indeks yang berinvestasi pada saham-saham dengan skor ESG yang baik dan bertujuan untuk memperoleh imbal balik yang menarik dalam jangka panjang. Reksa dana juga termasuk reksa dana indeks ETF sehingga investor dapat memperdagangkannya kapan saja karena tidak perlu menunggu NAB harian.  

ESG adalah singkatan dari dari Environment, Social, and Good Governance. Artinya, reksa dana berbasis ESG berisi emiten-emiten yang bertanggung jawab secara lingkungan, sosial dan memiliki tata kelola yang baik. 

Fajar melanjutkan, reksadana ini memiliki mandat utama yaitu berinvestasi pada efek saham sesuai dengan bobot indeks yang ingin direplikasi. Tujuan utama dari reksa dana ini adalah untuk memberikan tingkat imbal hasil yang menyerupai indeks acuannya. 

“Hal ini berbeda dengan reksa dana aktif. Tujuan utamanya untuk mengalahkan indeks acuan, sehingga investor memiliki eksposur risiko yang lebih tinggi terhadap manajer investasi,” ucapnya.

Keberhasilan dari pengelolaan suatu ReksaDana Indeks, yaitu jika kinerja reksa dana tersebut sama persis dengan kinerja indeks yang digunakan. Namun, umumnya tidak pernah terjadi karena ada biaya-biaya yang harus dibayar oleh reksa dana tersebut, yaitu biaya manajemen untuk manajer investasi, biaya bank kustodian, dan biaya transaksi jual beli saham atau obligasi. 

Oleh sebab itu, ukuran keberhasilan yang sering digunakan seberapa kecil perbedaan antara kinerja suatu reksadana indeks dengan kinerja indeks itu sendiri yang dikenal dengan istilah Standard Error (SE). Adapun besaran SE yang digunakan dalam suatu reksa dana indeks umumnya sebesar satu persen.

 

“Artinya manajer investasi akan berusaha keras agar kinerja reksa dananya perbedaan maksimumnya hanya satu persen lebih tinggi atau lebih rendah dari indeks yang digunakan,” ucapnya. 

 
Berita Terpopuler