Rapor Pembelajaran Daring di Indonesia

Rapor Pembelajaran Daring di Indonesia

Rapor pembelajaran
Rep: Khansa Salsabila Red: Retizen

Kemunculan virus Coronamembuat heboh seisi dunia, termasuk Indonesia. Virus yang mudah menyebar inimemaksakan seluruh dunia untuk tetap berjaga jarak dari kerumunan. Dampak yangditimbulkan ini membuat sekolah-sekolah ditutup dan mengharuskan para pelajardan pengajar berkegiatan belajar mengajar secara daring.

Keputusan pembelajaran daring dimuat dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease(COVID-19) dengan tujuan untuk memastikan pemenuhan hak peserta didik untukmendapatkan layanan pendidikan selama pandemi berlangsung di Indonesia.

Selama pembelajaran daring mulai ditetapkan di awal Maret2020, para penggerak di bidang pendidikan termasuk pelajar terlibat situasirumit, yakni adaptasi selama pembelajaran. Permasalahan dimulai karena gagapnya teknologiyang dikuasai baik dari pengajar maupun sang pendidik. Hampir satu tahunseluruh pelajar di Indonesia telah melewati pembelajaran daring. Sebagaimanasekolah, harusnya Indonesia sudah memiliki bahan rekapan seperti rapor sebagaievaluasi pembelajaran daring ini. Lalu, bagaimana rapor yang dihasilkan selamapandemi di Indonesia?

Subjek pertama dan utama yang menjadi bahan penilaianrapor pembelajaran daring adalah teknologi. Dikutip dari laman Republika tahun2018, ternyata hanya sekitar 40 persen guru nonteknologi yang siap memanfaatkanteknologi. Hal ini telah disurvei oleh PusatTeknologiInformasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan(Kapustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari data tersebut,penerapan pembelajaran daring di Indonesia tercermin dengan beberapapermasalahan, seperti kurangnya informasi dari pengajar terkait pemanfaatanteknologi, kurangnya literasi digital yang menjadikan gagapnya dalam setiappembelajaran digital, juga perlambatan akses pembelajaran karena terkendalajaringan.

Seiring Virus Coronayang tidak kunjung surut, rapor pembelajaran daring di Indonesia melaju kegaris merah karena permasalahan lain yang muncul, kali ini terkait psikologispada pelajar. Pembelajaran daring ternyata menjadikan para pelajar mengalamidepresi, kurangnya pemahaman mengenai teknologi mengakibatkan berdampak burukpada nilai pelajaran. Banyaknya tugas dan kurangnya interaksi dengan teman-temannyamenambah tingkatan depresi tersebut. Hal itu diperkuat oleh survei yang diadakanoleh Ikatan Psikolog Klinis (IPK), hasil survei menujukkan bahwa sebanyak 27,2persen remaja dan anak-anak mengalami masalah psikologis yang disebabkanhambatan belajar selama pembelajaran daring. Hingga, munculnya kabar kasusbunuh diri menggunakan racun dari seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan yangdiduga mengalami depresi karena menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Subjek tambahan yangmemengaruhi nilai rapor pembelajaran daring di Indonesia adalah orang tua. Orangtua merupakan sarana penting sebagaijembatan anak-anaknya dalam proses pembelajaran karena pengawasan belajardaring ini berlokasi di rumah, mereka memiliki peranan penting untuk mendampingi dan mengawasi anak-anak. Orangtua harus memastikan segala penunjang proses anak belajar aman dengan bantuan pemberiansemangat pada anak, aktif berkomunikasi dengan pengajar, dan seharusnya orangtua juga belajar untuk menjadi pengajar yang baik. Namun dari data yang didapat,peran orang tua sebagai pembantu proses belajar daring belum terealisasikansecara maksimal, itu disebabkan karena beberapa dari para orang tua harusbekerja di luar rumah. Adapun yang memang tetap berkegiatan di rumah tidakpaham atas sistem belajar daring ini, alhasil para orang tua sering mengelurkepada para guru.

Melihat segalapermasalahan yang ada, pemerintah berinisiatif membuat beberapa kebijakan untukmemaksimalkan proses pembelajaran daring, salah satunya dengan bantuan subsidikuota bagi para pelajar dan pengajar. Peningkatan aplikasi Rumah Belajar sertapemanfaatan program edukasi di TVRI digarap pemerintah untuk menujuangpembelajaran jarak jauh. Pemerintah juga mengadakan program khusus yangdiadakan untuk mahasiswa dengan Kampus Mengajar. Program ini juga diinisiasikanuntuk membantu pembelajaran daring bagi para siswa SD. Melaluikebijakan-kebijakan pemerintah, setidaknya rapor pembelajaran daring diIndonesia tidak terlalu merosot ke garis merah dan menjadi ajang evaluasiperbaikan.

Perbaikan hasil raporpembelajaran daring di Indonesia juga disebabkan oleh pemanfaatan teknologiselama PJJ, hal ini terbukti melaui data-data yang diungkapkan oleh platformbelajar digital yang ada di Indonesia, seperti Ruang Guru, Zenius, dan Quipper.Sejak PJJ diberlakukan selama seminggu, lonjakan layanan penggunaan Quippermeningkat sebanyak 30 kali lipat, hal ini dikatakan oleh Business Development Manager Quipper Indonesia,Ruth Ayu Hapsari. Berbeda dengan Quipper, Ruang Guru ternyata mencatat 1 jutalebih pengguna yang memanfaatkan aplikasi ini setiap harinya sejak PJJdiberlakukakan. Kenaikan platform belajar ini disebabkan dengan adanya programgratis dan adanya unsur ketertarikan para pelajar untuk belajar lebih dalam denganakses yang mudah serta menarik.

Peningkatan pemanfaatanteknologi juga terasa dampaknya karena para pengajar, baik dosen maupun guruterus meningkatkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran. Beberapa darimahasiswa juga terus berlomba-lomba mengembangkan inovasi selama pandemi, salahsatunya oleh Universitas Hasanudin, produktivitas selama pandemi membuatpeningkatan publikasi yang terindeks scopus mencapai 5.039 artikel per 26 Juni2020.

Survei yang diambiloleh UNESCO pada bulan Mei-Juni 2020 menjadi salah satu cerminan dari raporpembelajaran daring di Indonesia. UNESCO menyurvei tentang pembelajaran daring dengan menggunakan kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp,dan Facebook Messenger yang mendapat lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di34 provinsi. Hasil survei menujukkan 66 persen siswa tidak nyaman bersekolah dirumah dan sebanyak 87 persen para siswa menginginkan kembali bersekolah. Dampakdari ketidaknyamanan ini seiring dengan keefektivan proses belajar daring,ketidakmampuan siswa menangkap pelajaran disebabkan oleh proses adaptasi yangmembuat daya pikirnya terhambat. Hasilnya,kasus nilai turun pada pelajar seketika menjadi persoalan yang memanas.

Tekanan pandemi telah menuntutbanyak permasalahan di bidang pendidikan, namun berbagai kalangan terusberusaha mengembangkan inovasi dan kreatifitas yang terbaik untuk meningkatkanhasil rapor selama PJJ. Selama kurang dari setahun ini, tingkat keefektivan pembelajaran daring di Indonesiaterlihat oleh berbagai permasalahan dan solusi yang ditempuh atas inisiatifdari segala bidang pengampu. Penambah nilai yang tak kalah penting adalahdisiplin, itu merupakan kunci bagi semua pihak agar pemanfaatan terbaru teknologidan kebijakan-kebijakan untuk proses belajar daring dapat terealisasikan secaramenyeluruh.

 
Berita Terpopuler