Pasien Covid-19 Rawat Inap Rumah Sakit di Solo Mulai Naik

Peningkatan pasien tidak sampai membuat kapasitas ruang isolasi Covid-19 penuh

Republika/Binti Sholikah
Terminal Tipe A Tirtonadi Solo mulai memberlakukan fasilitas tes cepat Covid-19 dengan GeNose kepada para penumpang mulai Senin (12/4). Fasilitas tes GeNose yang ditempatkan di pintu kedatangan tersebut khusus bagi penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP).
Rep: Binti Sholikah Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kasus penyebaran Covid-19 di Solo dan sekitarnya kembali mengalami peningkatan setelah melandai dalam beberapa pekan. Jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit-rumah sakit di Solo juga mengalami peningkatan.

Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, Ahyani, membenarkan adanya peningkatan pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Namun, jumlahnya tidak sampai membuat kapasitas ruang isolasi Covid-19 penuh. "Tapi, memang penambahan itu ada. Masa seharian itu tambah terus," ujar Ahyani kepada wartawan, Ahad (25/4).

Ahyani menyebut, kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 di Solo mencapai sekitar 660 tempat tidur yang tersebar di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19. Pasien Covid-19 asal Solo yang menjalani rawat inapnya jumlahnya masih di bawah 100 orang.

"Masih di bawah 100 pasien, tapi kalau ditambah luar kota ya mungkin 200 orang," ujar Sekretaris Daerah (Selda) Solo tersebut.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, secara kumulatif jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 hingga 25 April 2021 mencapai 10.403 orang. Rinciannya, 9.629 orang dinyatakan sembuh/pulang, 202 orang isolasi mandiri, 60 pasien menjalani rawat inap, dan 512 orang meninggal dunia. Dibandingkan data per 18 April 2021, terjadi penambahan 131 kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19 selama sepekan.

Baca Juga

Baca juga : PCR dan Antigen KA Jarak Jauh Kini Hanya Berlaku 1x24 Jam

Menurut Ahyani, penambahan kasus tersebut karena masyarakat sudah mulai abai terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sebagian masyarakat yang sudah divaksin merasa bebas dan aman tanpa menerapkan protokol kesehatan.

"Sebetulnya kalau faktor pelonggaran enggak juga, kalau ini banyaknya karena interaksi luar. Banyak yang abai saja tidak pakai masker," kata Ahyani menerangkan.

Karena itu, dia mengimbau kepada masyatakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, pemkot bakal memperketat aktivitas masyarakat di ruang publik.

"Masker dan sebagainya itu penting. Kalau sendiri sepi, tidak apa-apa. Tapi, kalau banyak orang masker dipakai," ujarnya.

Sementara itu, Pakar Epidemologi dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto, menyatakan penyebaran kasus Covid-19 di Solo maupun Solo Raya mulai naik kembali. Hal itu juga terlihat dari jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mulai meningkat, dsri sebelumnya sudah agak sepi dalam beberapa waktu terakhir.

"Beberapa rumah sakit yang menutup bangsal Covid-19, sekarang ini kita persiapan untuk mulai buka lagi karena tanda-tandanya mulai muncul tambahan-tambahan kasus lagi saat ini," kata Tonang secara terpisah.

Dia menyebut, kenaikan pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap juga terjadi di Rumah Sakit UNS. Meskipun tidak signifikan, tetapi aliran penambahan pasien terasa naik.

Menurutnya, kapasitas bangsal Covid-19 di Rumah Sakit UNS sempat mencapai 80 tempat tidur. Kemudian, manajemen rumah sakit mengambil separuhnya untuk disiapkan bagi pasien biasa. Namun, RS UNS memiliki kesiapan dalam 24 jam jika terjadi lonjakan pasien maka bangsal-bangsal tersebut langsung menjadi bangsal Covid-19 kembali.

"Faktornya karena mungkin merasa kasus sudah turun banyak, lama tidak ada kasus baru, dan merasa tervaksinasi, itu yang kami rasakan," ucapnya.

Tonang menjelaskan, keberhasilan vaksin bukan dilihat dari orang per orang, melainkan cakupan vaksinasi. Jika cakupannya sudah terpenuhi dan kasusnya terkendali, maka kegiatan masyarakat baru bisa dilonggarkan.

Dia mencontohkan penyebaran kasus Covid-19 di Chili, India, Thailand karena pelonggaran yang tergesa-gesa akhirnya menjadikan kasusnya melonjak lagi. "Semoga kita tidak sampai seburuk itu. Tapi minimal kita sadar memang ada sesuatu yang harus diperbaiki. Ya tadi itu, jangan menganggap sudah aman semua," ujarnya.

 
Berita Terpopuler