UEFA Ingin Madrid dkk Dicoret, PSG Juara Liga Champions?

Semifinalis Liga Champions kecuali PSG masuk bagian dari Liga Super Eropa.

aa.com.tr
Logo Liga Champions.
Rep: Frederikus Bata Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Reaksi terus berdatangan mengomentari wacana penyelenggaraan Liga Super Eropa (ESL). Kali ini Ketua Federasi Sepak Bola Denmark, Jesper Moller, angkat bicara.

Selain bertugas di negaranya, tokoh 57 tahun itu juga anggota komite eksekutif Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Ia mengaku ada pertemuan luar biasa di kalangan petinggi UEFA.

Jelas Moller sejalan dengan sikap Presiden UEFA, Aleksander Ceferin. Intinya, para pemain yang mengikuti ESL bakal mendapat sanksi tegas.

Para jugador tersebut dilarang membela tim nasional masing-masing di turnamen berbendera UEFA. Moller berharap sanksi tegas, juga berlaku di kompetisi antarklub Eropa di depan mata.

Kebetulan Liga Champions dan Liga Europa sudah memasuki tahapan semifinal. Sebanyak 12 tim yang menjadi member ESL, beberapa di antaranya bakal tampil di fase empat besar tersebut.

"Saya berharap 12 klub itu dikeluarkan. Kami berutang kepada penggemar dan semua yang mencintai sepak bola. Kemudian kami melihat bagaimana nasib Liga Champions musim ini akan berakhir," kata Moller dikutip dari Sportsmole, Selasa (20/4).

Hanya Paris Saint Germain, dalam posisi aman. Tiga semifinalis Liga Champions lainnya, termasuk bagian dari Liga Super Eropa.

Klub-klub tersebut adalah Real Madrid, Chelsea, dan Manchester City. Apakah PSG langsung dinyatakan sebagai juara? Belum ada keputusan resmi mengenai polemik ini, dalam kaitan dengan kompetisi terelite Benua Biru musim 2020/2021.

Sementara di Liga Europa, Arsenal dan Manchester United termasuk peserta ESL. Masih ada dua tim lain yang menembus semifinal, yakni AS Roma dan Villarreal. Menarik dinantikan keputusan UEFA dalam beberapa hari ke depan.

Sebelumnya, Presiden Madrid, Florentino Perez menegaskan penyelenggaraan ESL merupakan upaya penyelamatan bisnis sepak bola. Di timnya sendiri, mulai mengalami defisit pengeluaran tahunan.

Itu karena pandemi Covid-19 membuat pihak klub cuma menggantungkan pendapatan dari hak siar. Mereka perlu membuat terobosan.

Namun sejumlah pihak menilai Liga Super Eropa mencederai nilai kompetitif dari sepak bola itu sendiri. Ada beberapa kesebelasan yang tak memiliki sejarah mentereng sudah menjadi kekuatan baru di Benua Biru.

Mantan pelatih United, Sir Alex Ferguson, mencontohkan bagaimana tim seperti Everton sudah menginvestasikan banyak uang guna membangun stadion, hanya untuk tampil di Liga Champions suatu saat nanti. Dengan adanya kompetisi tandingan ala ESL, nasib the Toffees, Atalanta, serta beberapa kuda hitam, cuma bakal jadi pemanis di level tertinggi.

 
Berita Terpopuler