UMKM Bandung Bertahan karena Adaptasi Kebutuhan Pasar

Pertumbuhan UMKM di masa pandemi diakselerasi oleh iklim digitalisasi pemasaran

ANTARA/M Agung Rajasa
Pandemi Covid-19 membuat semakin banyak pelaku Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) di Kota Bandung yang berinovasi saat memasarkan bisnisnya. (ilustrasi)
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid-19 membuat semakin banyak pelaku Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) di Kota Bandung yang berinovasi saat memasarkan bisnisnya.

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung, Atet Handiman, UMKM yang mampu bertahan selama pandemi Covid-19 adalah UMKM yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar.

Atet mengatakan, pertumbuhan UMKM di masa pandemi itu pun diakselerasi oleh iklim digitalisasi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Serta, mendorong produk lokal bersaing dengan produk impor.

"Proses menuju digitalisasi UMKM ini, perlu disertai dengan sejumlah edukasi terhadap para pelaku UMKM. Kami terus bekerja sama dengan sejumlah e-commerce untuk mengedukasi para UMKM," ujar Atet kepada wartawan, Senin (19/4).

Salah satunya, menurut Atet, Pemkot Bandung sudah bekerja sama dengan platform Evermos yang peduli dengan UMKM lokal. Kehadiran platform ini, menjadi solusi dari tantangan pemasaran yang kerap dialami UMKM.

"Jadi, diharapkan menjadi sebuah sistem yang mengonsolidasikan para UMKM, dan UMKM sendiri akan terbantu usahanya," katanya.

Atet menilai, kerja sama yang dijalin bersama e-commerce Evermos ini efektif menyerap UMKM. Karena, di masa pandemi ini saja sudah ada sekitar 354 UMKM lokal Kota Bandung yang terserap dengan omzet mencapai Rp 20 miliar.

"Saya melihat dari starting point seperti itu saya optimis lah, sehingga bentuk pemasaran produk UMKM itu akan lebih bervariasi dengan platformnya yang dibangun oleh Evermos ini dan mudah-mudahan bisa mengakselerasi pemasaran produk secara luas," paparnya.

Baca Juga

Sementara menurut Co-founder Evermos, Ghufron Mustaqim, tujuan dari platform Evermos adalah pemberdayaan produk-produk asli Indonesia. Selain itu, pihaknya juga membuka peluang usaha bagi mereka yang tertarik untuk menjual produk-produk yang tersedia di platformnya.‎

"Dari sisi suplai kita ingin memberdayakan lokal brand atau UMKM kemudian di sisi demand kita memberdayakan reseller," kata Gufron.

Bagi reseller, kata dia, platform ini membantu mereka memulai bisnis online tanpa harus butuh modal, tanpa harus nyetok barang, tanpa harus ribet mempacking mengirimkan. "Karena semua semua diurus oleh Evermos," katanya.

Gufron mengatakan, lebih dari 1.000 UMKM dari seluruh Indonesia yang telah bergabung bersama Evermos. Pihaknya, terus berupaya untuk menjaring lebih banyak UMKM dengan menjalin kerja sama dengan pemerintah.‎

"Sejauh ini yang sudah pernah jualan, jumlahnya lebih dari seribu, kita harapannya bisa jauh lebih besar lagi, dengan Pemkot Bandung kita ada banyak sisi kerja sama, mereka ada binaan UMKM, kami membantu mendampingi komersialisasi, lalu dengan Dinsos melalui program penanggulangan kemiskinan mereka bisa jadi reseller," paparnya.

Gufron menegaskan, tidak semua produk UMKM dapat bergabung di Evermos. Mereka yang mau bergabung akan diseleksi untuk menjaga kualitas dan efektivitas penjualan.

Pertama, kata dia, harus negosiasi dari segi harga. Yakni, harus mendapat harga terbaik. Kedua, itu margin terbaik mayoritas dari margin itu akan jadi komisi reseller.

"Tentu kalau berkaitan dengan makan dan obat harus ada izin, dari sisi badan hukumnya tidak harus PT, bisa CV, Koperasi, bahkan unit pondok pesantren, perseorangan juga bisa, yang penting dia pemilik brand itu," katanya.

Platform Evermos sendiri, kata dia, hanya menjual produk-produk lokal dari berbagai UMKM. Tidak hanya menjual, platform tersebut juga membantu UMKM dalam hal pengiriman, menyesuaikan harga pasar dan membantu menyiapkan layanan pelanggan (customer service).

 
Berita Terpopuler