Kepatuhan Masyarakat yang Ikut Turun Seiring Turunnya Covid

Tingkat kepatuhan prokes Covid-19 yang menurun harus diwaspadai bersama.

ANTARA/Ardiansyah
Petugas gabungan Satgas COVID-19 Kota Bandar Lampung memberikan hukuman kepada pengendara motor yang tidak mengenakan masker saat pemeriksaan dan penyekatan kendaraan di Rajabasa, Bandar Lampung, Lampung, Kamis (15/4/2021). Pemeriksaan dan penyekatan kendaraan dilakukan serentak di lima titik pintu masuk Kota Bandar Lampung sebagai upaya meminimalisir penyebaran COVID-19 di Kota Bandar Lampung.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri, Antara

Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat agar tidak lengah dan mengendorkan protokol kesehatan. Satgas mencatat ada kecenderungan tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan menurun dalam sepekan terakhir.

"Memang ada kecenderungan ini dalam seminggu terakhir, tingkat kepatuhan turun, kami khawatir ini akan berdampak pada peningkatan kasus," ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi dalam dialog virtual bertajuk 'Protokol Kesehatan Bulan Ramadhan', Jumat (16/4).

Sonny juga mengingatkan kepala dinas, satgas Covid-19 di daerah, hingga tim BPBD di daerah agar mengantisipasi kecenderungan penurunan tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Ia tidak ingin tren penurunan kasus aktif maupun positif harian Covid-19 kembali meningkat akibat kepatuhan terhadap protokol kesehatan kendor.

Ia mencontohkan DKI Jakarta yang merupakan provinsi dengan tingkat kepatuhan tertinggi dibanding beberapa provinsi lainnya yakni 85 persen. Namun, sepekan terakhir ini menurun menjadi 80-81 persen.

"Turun sedikit dibandingkan satu bulan lalu, kami ingatkan satgas daerah, teman BPBD, kepala dinas kesehatan agar bisa memperhatikan bagaimana perubahan perilaku masyarakat, kalau terjadi penurunan kepatuhan kita harus sama-sama mengingatkan lagi dengan berbagai upaya," kata Sonny.

Sonny menyebut, angka positivity rate kasus Covid-19 sudah menurun dari 25-27 persen pada Januari-Februari lalu, menjadi 11-14 persen saat ini. Selain itu, jumlah kasus aktif juga turun dari puncaknya pernah mencapai 176 ribu pada 5 Februari, kini di angka 108 ribu.

"Hampir 70 ribu kita turunkan kasus aktif dalam waktu 2,5 bulan. Karena itu perlu diingat kita tetap masih di pandemi, jangan lengah," katanya.

Apalagi, lanjut Sonny, saat ini negara negara dunia sedang menghadapi kenaikan kasus gelombang ketiga. Bahkan negara seperti India, Brasil sedang dalam kondisi kritis. "India kasus per hari 200 ribu tambahannya, Brasil bisa 71 ribu tambahan kasus per hari, Jerman dan banyak negara eropa juga alami lonjakan kasus yang sangat tinggi," katanya.

Sonny menilai, meski telah berkinerja baik dengan adanya puncak gelombang baru, menunjukkan tidak ada satu pun negara yang mampu mengendalikan sepenuhnya. "Jadi kita perlu hati hati, dan komunikasi agar tetap mengedepankan protokol kesehatan, intinya kita jangan sampai kendor dan lengah," katanya

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, melaporkan penambahan jumlah kasus positif dan laju kematian akibat pandemi menurun dalam sepekan terakhir. "Saya ingin mengapresiasi ini. Karena penurunan kasus positif dan kematian, adalah hal yang harus terus kita pertahankan," katanya memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (15/4), yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia.

Perkembangan kasus positif Covid-19 per 14 April 2021 terjadi penambahan pasien terkonfirmasi positif sebanyak 5.656 kasus dengan jumlah kasus aktif ada 108.384 kasus atau setara 6,8 persen dibandingkan rata-rata dunia 17,4 persen. Jumlah kesembuhan sebanyak 1.431.892 kasus atau telah menembus angka 90,4 persen dibandingkan rata-rata dunia 80,4 persen. Pada kasus meninggal, sebanyak 42.906 kasus atau 2,7 persen dibandingkan rata-rata dunia sebesar 2,2 persen.

Wiku mengatakan, laporan perkembangan penanggulangan Covid-19 per 11 April 2021 terbilang cukup baik dibandingkan perkembangan sepekan sebelumnya. Meski pada pekan ini terjadi penurunan pada laporan laju penambahan kasus positif serta kasus kematian, kata Wiku, namun penambahan kesembuhan justru menurun.

"Namun ini dikarenakan jumlah penambahan kasus positif yang terus menurun," katanya.

Baca Juga

Penambahan kasus positif baru pada pekan ini terjadi penurunan sebesar 14,2 persen. Meski demikian, ada lima provinsi yang mengalami kenaikan kasus tertinggi, di antaranya Jawa Tengah naik 620 (2.912 vs 3.532), Riau naik 412 kasus (1.096 vs 1.508), Sulawesi Selatan naik 368 kasus (458 vs 826), Jawa Barat naik 274 (5.759 vs 6.033) dan Sumatera Barat naik 214 (700 vs 914).Kemudian untuk penambahan kematian menurun sebesar 17,6 persen pada pekan ini. Terdapat lima provinsi dengan kenaikan tertinggi di antaranya Sumatera Barat naik 18 (8 vs 26), Sumatera Selatan naik 16 (15 vs 31), Jawa Barat naik 14 (109 vs 123), Bali naik 12 (33 vs 45) dan Jawa Tengah naik 9 (140 vs 149).

"Khusus Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Barat mendapat perhatian. Karena pada pekan ini kasus positif dan kasus meninggal mengalami kenaikan. Dimohon seluruh masyarakat dan pemerintah daerahnya untuk memantau perkembangan wilayah masing-masing. Dan optimalkan posko untuk peningkatan kualitas penanganan," katanya.

Untuk angka kesembuhan, kata Wiku, menurun sebesar 3,5 persen karena menurunnya penambahan kasus positif. Terdapat lima provinsi mencatatkan kesembuhan tertinggi yakni Jawa Tengah naik 7.648 (3.730 vs 11.378), Kalimantan Selatan naik 473 (1.259 vs 1.732), Sumatera Barat naik 434 (366 vs 800), Sumatera Selatan naik 306 (303 vs 609) dan Kalimantan Timur naik 268 (1.547 vs 1.815). "Saya terus mendorong kepada seluruh daerah untuk terus meningkatkan penanganan COVID-19 terutama di tengah implementasi kebijakan PPKM Mikro yang semakin luas cakupannya. Semoga perkembangan terus menunjukkan perbaikan dan semakin merata di seluruh Indonesia," demikian Wiku.

Meski kasus menurun, Indonesia tetap harus waspada. Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia perlu belajar menangani kasus Covid-19 dari India. Saat ini, India tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 dan menyumbang pada kenaikan kasus di tingkat global.

WHO mencatat, kasus Covid-19 di tingkat global mengalami kenaikan sebesar 9 persen, sedangkan angka kematiannya juga melonjak sebesar 5 persen. “Patut diketahui juga bahwa salah satu penyebab lonjaknya kasus dunia adalah karena melonjaknya kasus di India,” ujar Wiku saat konferensi pers.

Menurut Wiku, lonjakan terjadi karena Pemerintah India tak melakukan pelarangan kegiatan berkerumun sehingga menyebabkan terjadinya kluster baru penyebaran Covid-19. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, kenaikan kasus di India ini sangat berpengaruh terhadap jumlah persentase kenaikan kasus di dunia.

Meskipun perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air berbanding terbalik dengan kasus di dunia, namun Wiku meminta agar pemerintah dan masyarakat belajar dari upaya penanganan kasus di negara lain. Untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus, pemerintah akan mengambil keputusan penanganan Covid-18 yang tak mungkin akan dapat diterima oleh semua kalangan.

“Akan tetapi, keputusan tersebut harus diambil demi mencegah munculnya lonjakan penularan di Indonesia,” ujar dia.

Wiku pun berharap, ke depannya pemerintah dan masyarakat dapat terus saling mendukung agar penanganan Covid-19 di Tanah Air dapat semakin baik. Sebagai bagian dari masyarakat global, lanjut dia, perkembangan negatif kasus Covid-19 di beberapa belahan dunia harus disikapi dengan bijaksana.

“Marilah kita juga bersemangat menunjukan bahwa sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia dapat tangguh melawan pandemi dan turut berkontribusi mengurangi angka kasus positif global di dunia. Berkurangnya kasus di Indonesia akan sangat berkontribusi pada menurunnya persentase peningkatan kasus di dunia,” jelas dia.

Penyintas covid-19 berisiko alami gangguan mental. - (republika)

 
Berita Terpopuler