Ketika Gubernur Himsh dan Rakyatnya Menghadap Umar

Khalifah Umar bin Khattab melakukan kunjungan ke Himsh.

Google.com
Saat Umar bin Khattab inspeksi ke wilayah Himsh (ilustrasi).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Khalifah Umar bin Khattab melakukan kunjungan ke Syam. Dalam perjalanannya, Khalifah Umar singgah di Himsh. Di sana, ia mengunjungi Saíd bin Amir al-Jumahy. 

Baca Juga

Sebelumnya, Umar bertanya kepada masyarakat Himsh soal kepemimpinan Sáid. "Bagaimana kebijakan gubernur saudara-saudara," tanya Umar.

Masyarakat di sana kemudian menjelaskan kepada Umar ada empat kelemahan dalam pemerintahan Saíd. "Saya akan pertemukan kalian dengan Gubernur Saíd," kata Umar sembari berdoa, "Semoga sangka baik saya selama ini kepada Saíd bin Amir tidak salah."

Pertemuan itu akhirnya digelar, yakni gubernur dan masyarakat menghadap khalifah. Umar lalu membuka pertemuan itu. "Bagaimana dengan laporan saudara-saudara tentang kebijakan gubernur saudara," tanya Umar. 

Ada empat masalah yang diungkap pada pertemuan itu. Pertama, gubernur selalu tiba di tempat tugas setelah matahari tinggi. "Bagaimana tanggapan Anda gubernur," tanya Umar.

"Sesungguhnya saya keberatan menanggapinya. Tapi, apa boleh buat. Keluarga saya tidak mempunyai pembantu. Karena itu, tiap pagi saya terpaksa turun tangan membuat adonan roti lebih dulu untuk mereka. Sesudah adonan itu siap, barulah saya membuat roti. Kemudian saya berwuhdu. Barulah saya berangkat ke tempat tugas saya untuk melayani masyarakat," kata Saíd

Kedua, gubernur tidak bersedia melayani masyarakat pada malam hari. Soal itu Saíd menjawab, "Hal ini sesungguhnya berat bagi saya untuk menanggapinya. Apalagi, di hadapan umum seperti ini. Saya telah membagi waktu saya, siang hari untuk melayani masyarakat, dan malam harinya saya mendekatkan diri kepada Allah," ungkap Saíd.

Baca juga: Ini Pandangan Top Up Gim Menurut Fikih dan Syariat Islam

Ketiga, Gubernur tidak masuk secara penuh dalam sebulan. Saíd pun menjelaskan alasannya. "Sebagaimana saya terangkan tadi, saya tidak punya pembantu rumah tangga. Di samping itu, saya hanya memiliki sepasang pakaian yang melekat di badan saya ini. Saya mencuci sekali dalam sebulan, bila saya mencucinya, terpaksa saya menunggu kering lebih dahulu. Sesudah itu barulah saya dapat keluar melayani masyarakat," ujar Said.

 

 

 

 

Keempat, masyarakat mengeluhkan sewaktu-waktu gubernur kerap menutup diri untuk bicara. Pada saat-saat itu, biasanya gubernur meninggalkan majelis. Dijawablah laporan itu. "Ketika saya masih musyrik dulu, saya menyaksikan almarhum Khubai bin Ady dihukum mati kaum Quraisy. Saya menyaksikan mereka menyayat tubuh Khubaib. Demi Allah, saya tidak melakukan apa pun saat itu, maka saya merasa dosaku tidak diampuni Allah SWT," kata dia.

Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar merasa lega. "Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakanku," kata Umar mengakhiri dialog tersebut.

Usai pertemuan itu, Umar kembali ke Madinah. Sebelum pergi, Umar memberikan Saíd uang sebesar seribu dinar. Oleh Saíd pemberian itu dikembalikan lagi kepada rakyat yang membutuhkan. "Dengan begitu, berarti kita menitipkan uang ini kepada Allah. Itulah cara yang baik," kata Saíd saat ditanya istrinya mengapa pemberian tersebut tidak dimanfaatkan untuk keluarganya. 

 
Berita Terpopuler