Badan Intelijen AS: China adalah Prioritas Ancaman

China merupakan pesaing dekat yang menantang AS di berbagai lini.

AP / Andy Wong
Hubungan AS dan China.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin badan intelijen Amerika Serikat (AS) bersaksi di sidang publik untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun untuk membahas "Ancaman Seluruh Dunia" terhadap negara, pada Rabu (14/4). Direktur Intelijen Nasional Avril Haines mengatakan kepada Komite Intelijen Senat bahwa China adalah prioritas ancaman yang tak tertandingi.

"Mengingat China adalah prioritas yang tak tertandingi bagi komunitas intelijen, saya akan mulai dengan menyoroti aspek-aspek tertentu dari ancaman dari Beijing," kata Haines.

Haines menggambarkan China merupakan pesaing dekat yang menantang AS di berbagai area. China telah melakukan agresi regional dan memiliki kemampuan dunia maya yang sangat mumpuni.

Direktur Biro Investigasi Federal Christopher Wray mengatakan, pihaknya harus membuka penyelidikan baru yang terkait dengan China setiap 10 jam.

Baca Juga

Baca juga : Epidemiolog: Vaksin Nusantara Hanya untuk Orang Berduit

Dunia maya

Ketua Komite Intelijen Mark Warner dari Demokrat mengatakan, Beijing telah berupaya menjadikan raksasa teknologi Huawei sebagai pemimpin sistem jaringan 5G. Warner khawatir, China kemungkinan melakukan upaya serupa dalam teknologi baru lainnya.

Direktur Badan Intelijen Pusat William Burns, Direktur Jenderal Badan Keamanan Nasional Paul Nakasone dan Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Scott Berrier juga mengungkapkan laporannya di hadapan Komite Intelijen Senat. Dalam laporannya, Burns mengatakan hampir sepertiga dari tenaga kerja CIA berfokus pada masalah dunia maya.

Sementara Nakasone dan Wray mengatakan, badan intelijen dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan tentang ancaman dunia maya. Wray mengatakan, media sosial telah menjadi "penguat kunci" untuk ekstremisme, kekerasan domestik, dan pengaruh asing.

Selain ancaman China, audiensi dengan Komite Intelijen Senat juga menyoroti tentang Rusia untuk merusak pengaruh AS, kontribusi Iran terhadap ketidakstabilan di Timur Tengah, dan terorisme global. Mereka juga membahas upaya Korea Utara untuk membuat perpecahan antara Washington dan sekutunya sebagai ancaman yang signifikan.

Para pemimpin badan intelijen melakukan audiensi publik pertama sejak 2019. Sebelumnya mantan Presiden AS Donald Trump tidak menugaskan pejabat intelijen untuk melakukan audiensi tahunan tersebut.


 
Berita Terpopuler