Biden: Saatnya Mengakhiri Perang di Afghanistan

Biden menegaskan Alqaidah telah terdegradasi di Afghanistan.

US Departement of Defence
Tentara AL Amerika Serikat di Afghanistan
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Joe Biden akan mulai menarik seluruh pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan pada 1 Mei, sebagai langkah untuk mengakhiri perang terpanjang di negara tersebut. Dalam pidatonya di Gedung Putih, Biden mengakui bahwa tujuan pasukan AS di Afghanistan menjadi semakin tidak jelas selama dekade terakhir.

Biden menetapkan batas waktu untuk menarik 2.500 personel pasukan AS yang tersisa di Afghanistan pada 11 September, tepat 20 tahun setelah serangan Alqaidah di AS. Namun menarik diri tanpa kemenangan yang jelas dapat membuka kritik bahwa penarikan tersebut merupakan pengakuan de facto atas kegagalan strategi militer Amerika.

“Itu tidak pernah dimaksudkan sebagai pekerjaan multi-generasi. Kami diserang. Kami berperang dengan tujuan yang jelas. Kami mencapai tujuan itu. Dan inilah waktunya untuk mengakhiri perang selamanya," ujar Biden.

Biden mencatat bahwa pemimpin Alqaidah Usamah bin Laden telah dibunuh oleh pasukan AS pada 2011. Biden mengatakan, Alqaidah saat ini telah terdegradasi di Afghanistan.

Perang di Afghanistan telah merenggut nyawa 2.448 anggota tentara Amerika dan menghabiskan sekitar 2 triliun dolar AS. Jumlah pasukan AS di Afghanistan mencapai puncaknya pada 2011, dengan lebih dari 100 ribu personel.

Pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menetapkan tenggat waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 1 Mei. Pemerintahan Biden akan mulai menarik pasukan secara bertahap pada 1 Mei dan berakhir pada 11 September.

“Saya sekarang adalah presiden Amerika keempat yang memimpin kehadiran pasukan Amerika di Afghanistan. Dua Republikan. Dua Demokrat. Saya tidak akan meneruskan tanggung jawab ini kepada yang kelima," ujar Biden.

Baca Juga

Biden menolak gagasan bahwa kehadiran pasukan AS dapat memberikan pengaruh yang dibutuhkan untuk perdamaian. Biden menegaskan bahwa kehadiran militer AS tidak akan menentukan tercapainya perdamaian di Afghanistan.  “Pasukan Amerika tidak boleh digunakan sebagai alat tawar-menawar antara pihak yang bertikai di negara lain,” kata Biden.

Pejabat AS dapat mengklaim telah menghancurkan kepemimpinan inti Alqaidah, termasuk membunuh Usamah bin Laden pada 2011. Namun hubungan antara Taliban dan unsur-unsur Alqaidah tetap ada dan perdamaian serta keamanan masih sulit tercapai.

Presiden AS berturut-turut berusaha untuk melepaskan diri dari Afghanistan. Tetapi harapan itu dikacaukan oleh kekhawatiran tentang pasukan keamanan Afghanistan, korupsi endemik di Afghanistan dan ketahanan pemberontakan Taliban yang berlindung dengan aman di seberang perbatasan di Pakistan.

Mengenang putra Biden

Keputusan Biden untuk menarik pasukan AS di Afghanistan tidak akan diundur. Dia mengenang mendiang putranya yang tewas saat bertugas di Irak. Ketika berpidato, Biden membawa data yang menunjukkan jumlah tentara AS yang terbunuh dan terluka di Afghanistan. Biden juga mengunjungi Pemakaman Nasional Arlington di Virginia.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan Biden dan menghormati keputusan AS. Ghani mengatakan, Afghanistan akan berkoordinasi dengan AS untuk memastikan transisi pasukan keamanan berjalan lancar.  "Kami akan terus bekerja dengan mitra AS / NATO kami dalam upaya perdamaian yang sedang berlangsung," ujar Ghani.

Pertemuan puncak untuk membahas perdamaian di Afghanistan akan digelar pada 24 April di Istanbul. Pertemuan ini akan melibatkan PBB dan Qatar. Taliban mengatakan, mereka tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan apapun yang melibatkan tentang perdamaian di Afghanistan sampai semua pasukan asing pergi.

"Sekarang setelah ada pengumuman tentang penarikan pasukan asing dalam beberapa bulan, kami perlu mencari cara untuk hidup berdampingan. Kami percaya bahwa tidak ada pemenang dalam konflik Afghanistan dan kami berharap Taliban juga menyadarinya," kata seorang pejabat tinggi perdamaian, Abdullah Abdullah.

 
Berita Terpopuler