Skenario Allah Ketika Nabi Musa Lahir

Alquran tidak menyebutkan nama asli ibu Nabi Musa.

MgIt03
Skenario Allah Ketika Nabi Musa Lahir. Foto; Ilustrasi Sahabat Nabi
Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam surat Al Qasas dari ayat 7 sampai 13 dijelaskan tentang ibu nabi Musa alaihi salam, dihanyutkannya nabi Musa ke sungai Nil, dipeliharanya Nabi Musa oleh keluarga Firaun, hingga kembalinya nabi Musa kepangkuan Ibunya sebagaimana janji Allah.

Alquran memang tidak menyebutkan nama asli ibunda nabi Musa. Tetapi ada informasi dalam kitab suci Taurat dan Injil tentang namanya. Dalam Taurat, disebutkan Ibunda nabi Musa adalah Yokhebed sedang pada kitab Injil disebut Yukabad.

Sebagaimana dalam surat Al Qasas ayat 7 dijelaskan bahwa Allah SWT menurunkan Ilham kepada ibunda nabi Musa. Menurut pakar Tafsir Alquran yang juga pengasuh Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran (PSQ), Ustaz Syahrullah Iskandar meskipun dalam ayat tersebut tertulis 'wa auhaina ila ummi musa' namun kata wa auhaina bukan berarti wahyu sebagaimana yang diturunkan kepada nabi. Kata wa auhaina dalam ayat itu disebut sebagai isyarat yang cepat yang bermakna Allah menurunkan ilham kepada ibunda nabi Musa.

Dalam ayat itu dijelaskan bahwa setelah nabi Musa lahir, Allah memerintahkan ibunda nabi Musa menyusuinya.

Ustaz Syahrullah mengatakan Alquran memang tidak menjelaskan berapa lama ibunda nabi Musa disusui. Tetapi sejumlah kitab tafsir menuliskan bahwa nabi Musa disusui selama 3 bulan. Ada juga yang berpendapat 8 bulan. Diketahui pada masa lahirnya nabi Musa, Firaun telah mengeluarkan perintah pada pasukannya untuk membunuh semua anak lelaki di wilayah kekuasaannya. Ini karena mimpinya yang ditafsirkan para ahli nujum tentang akan ada seorang lelaki yang akan membumi hanguskan kerajaan dan kekuasaan Firaun di masa mendatang.

Masih pada ayat 7 surat Al Qasas, Allah memerintahkan ibunda nabi Musa untuk menghanyutkan nabi Musa yang masih bayi itu ke Al yami. Ustaz Syahrullah mengatakan Al yami bukan berarti laut, tetapi adalah sungai nil disebut Al Yami karena saking besarnya sungai Nil dan memiliki pengaruh bagi orang Mesir.

Allah menenangkan Ibunda nabi Musa untuk jangan takut dan bersedih. Sebab Allah akan mengembalikan nabi Musa dan mengangkatnya sebagai Rasul.

"Jadi ada dua perintah di situ (ayat 7 surat Al Qasas), menyusukan, menghanyutkan. Lalu ada dua larangan yaitu jangan takut dan jangan bersedih. Dan dua khabar yaitu akan menyelamatkannya dan akan menjadikannya Rasul," jelas ustaz Syahrullah Iskandar saat mengisi kajian di Nasaruddin Umar Office tentang surat Al Qasas ayat 7-13 pada Sabtu (10/4) malam.
 
Ustaz Syahrullah mengatakan Allah menjaga nabi Musa yang dihanyutkan ibundanya ke sungai nil sehingga tidak tenggelam. Akan tetapi arus air itu membawa nabi Musa ke kerajaan Firaun yang memang lokasinya berada tidak jauh dari sungai Nil.

Nabi Musa pun selamat dan ditemukan oleh keluarga Firaun. Sebagaimana dalam ayat 8 surat Al Qasas. Ustaz Syahrullah yang juga dosen Quranic Studies Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan bahwa nabi Musa ditemukan istri Firaun yang bernama Asiyah.

Ustaz Syahrullah menjelaskan Asiyah adalah seorang perempuan saleh dan menjalankan ajaran Ibrahim. Ayahnya adalah Muzahim. Beberapa ulama berpendapat ayahnya adalah seorang nabi. Sebagian ada yang berpendapat bahwa Asiyah bersepupu dengan Firaun. Firaun menyukai Aisyah,  namun Asiyah menolaknya. Sebagai hukuman, Firaun memenjarakan orang tua Asiyah. Karena tidak tega melihat orang tuanya mendapat hukuman dari Firaun, Asiyah pun bersedia menjadi istri Firaun dengan tiga syarat yaitu orang tuanya dibebaskan, dibangunkan tempat yang layak dan mendapat jaminan hidup z serta seluruh keinginan Asiyah harus dituruti. 

Baca Juga

Setelah menemukan bayi di sungai Nil, sebagaimana dapat ditemukan dalam ayat 9 surat Al Qasas, Asiyah meminta Firaun tidak membunuh bayi itu. Sebab kala itu Firaun akan membunuh bayi laki-laki yang didapatinya. Aisyah meyakinkan Firaun bahwa boleh jadi bayi tersebut bagi Firaun dan sebab itu ia meminta agar Firaun mengangkat bayi itu sebagai anak. Terlebih pada waktu itu Firaun belum memiliki anak.

"Inilah bagaimana Allah melalui istrinya Firaun mempertahankan Muda supaya tidak dibunuh. Ini tugas atau perannya istri Firaun yaitu Asiyah. Nabi Musa pun dipelihara di Istana," kata ustaz Syahrullah.

Sementara itu Ibunda nabi Musa sejatinya merasa gundah, hatinya kosong. Betapa tidak, karena setelah ia menghanyutkan bayinya itu ke sungai, justru bayi tersebut ditemukan oleh keluarga Firaun. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat 10 surat Al Qasas, ibunda nabi Musa hampir saja memberitahu orang-orang bahwa sejatinya bayi laki-laki di istana Firaun adalah putranya. Tetapi Allah menjaga hati ibunda nabi Musa, sehingga rahasia tentang nabi Musa tidak diketahui orang lain.

Sebenarnya ketika nabi Musa dihanyutkan ke sungai Nil, ibunda nabi Musa menyuruh putrinya yang juga kakak nabi Musa untuk mengikuti dan mengawasi bayi tersebut dari kejauhan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 11 surat Al Qasas. Orang-orang bahkan keluarga Firaun tidak mengetahui bahwa kakak perempuan nabi Musa terus mengawasi dari kejauhan.

Sementara itu keluarga Firaun kebingungan lantaran bayi tersebut tidak mau menyusui. Bahkan Firaun mendatangkan seluruh wanita agar dapat menyusui bayi tersebut. Tetapi bayi itu menolak dan tak ada satu pun yang dapat menyusuinya. Menurut ustaz Syahrullah hal itu merupakan skenario Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan pada ayat 12 surat Al Qasas. Allah mencegah nabi Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya.

Berita itu pun terdengar oleh kakak perempuan nabi Musa. Ia kemudian mendatangi keluarga Firaun. Ia mengusulkan agar bayi tersebut disusui dan dipelihara oleh ibunya. Sementara keluarga Firaun tidak mengetahui bahwa itu merupakan keluarga asli dari bayi tersebut.

Nabi Musa pun kembali pada pangkuan ibundanya sebagaimana janji Allah. Keterangan ini sebagaimana dalam ayat 13 surat al Qasas.

"Di sinilah skenario Allah, memerintahkan ibundanya menyusui dulu. Kemudian tidak ada yang bisa menyusui nabi Musa, karena sudah disusui ibunya. Di sini bagaimana juga tawakal ibunda nabi Musa, melaksanakan perintah Allah meski dalam benaknya berat melakukan, meskipun was-was, tetapi tetap samina wa atona," katanya

 

 
Berita Terpopuler