Komedian Terkenal Myanmar Ditahan Junta Militer

Komedian dituduh membantu menghasut protes nasional terhadap kudeta militer

AP
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pihak berwenang di Myanmar menangkap komedian paling terkenal di negara itu, Zarganar, pada Selasa (6/4). Tindakan itu merupakan langkah terbaru junta menahan orang-orang yang dituduh membantu menghasut protes nasional terhadap kudeta militer pada Februari.

Baca Juga

Rekan komedian Ngepyawkyaw melalui halaman Facebook pribadi menyatakan, Zarganar dibawa dari rumahnya di Yangon oleh polisi dan tentara yang tiba dengan dua kendaraan. Pria berusia 60 tahun ini adalah seorang satiris berlidah tajam yang telah keluar-masuk penjara.

Zarganar aktif dalam pemberontakan rakyat pada 1988 yang gagal melawan kediktatoran militer sebelumnya. Dia juga terkenal dengan pekerjaan sosialnya, terutama dalam membantu korban Topan Nargis pada 2008.

Sosok komedian itu bukan pesohor pertama yang ditangkap oleh militer. Dalam sepekan terakhir, junta telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sekitar 100 orang yang aktif di bidang sastra, perfilman, seni teater, musik, dan jurnalisme.

Mereka yang ditangkap terkena tuduhan menyebarkan informasi yang merusak stabilitas negara dan supremasi hukum. Namun, hingga saat ini belum jelas jenis tuduhan yang dikenakan terhadap Zarganar yang bernama asli Maung Thura itu.

 

Banyak pengunjuk rasa dan aktivis biasa juga ditangkap, bahkan meninggal setiap hari. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 570 pengunjuk rasa dan pengamat, termasuk 47 anak-anak, telah meninggal dalam tindakan keras sejak pengambilalihan kekuasan. Sedangkan sebanyak 2.728 orang, termasuk pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi berada dalam tahanan.

Melawan tindakan keras dan penentangan terhadap kudeta, unjuk rasa pun terus dilakukan. Langkah terbaru yang dilakukan aktivis dengan mulai mengorganisir boikot perayaan resmi Thingyan atau Tahun Baru Myanmar pekan depan. Momen ini biasanya waktu untuk reuni keluarga dan pesta pora.

Dalam selebaran dan postingan media sosial, aktivis mengimbau orang-orang untuk tidak mengadakan perayaan Thingyan. Mereka mengatakan akan tidak sopan bagi para martir yang gugur untuk menikmati festival tersebut.

Para pemimpin Brunei dan Malaysia hari Senin mengumumkan bahwa para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara akan bertemu untuk membahas situasi di Myanmar. 

 
Berita Terpopuler