Senyum Yuliana pada Hari Pertama Uji Coba Sekolah Tatap Muka

85 sekolah di DKI Jakarta melakukan uji coba tatap muka untuk pertama kalinya.

Republika/Febryan A
Siswa SMKN 15 Jakarta Selatan sedang mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di sekolah, Rabu (7/4).
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Antara

Hari ini menjadi hari pertama bagi Yuliana, Prayogi, dan Medina kembali ke sekolah secara fisik di SMKN 15 Jakarta Selatan. Di dalam ruangan kelas berkelir hijau itu, Yuliana (15 tahun) duduk dengan tenang di bangku paling belakang. Ia dan 13 siswa lainnya sedang belajar korespondensi. Mereka merupakan siswa kelas X jurusan otomatisasi dan tata kelola perkantoran (OTKP).

Mereka duduk berjarak satu sama lain. Setiap siswa juga menggunakan masker. Pembelajaran tatap muka (PTM), yang baru pertama kalinya digelar sejak pandemi Covid-19 melanda Jakarta ini memang dilangsungkan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Meski ada rasa cemas bakal tertular Covid-19, Yuliana mengaku senang bisa belajar langsung di sekolah yang berlokasi di Kebayoran Baru itu. Baginya, materi pelajaran lebih mudah dimengerti saat belajar tatap muka dengan guru.

"Selama satu tahun terakhir nggak enak belajar online. Nggak ngerti pelajarannya. Makanya aku udah nunggu-nunggu banget belajar di sekolah ini," kata Yuliana kepada Republika.co.id, Rabu (7/4).

M Prayogi, yang duduk di bangku paling depan, juga mengaku senang belajar langsung di sekolah. Selain lebih dimengerti, ini juga kali pertamanya Prayogi bertemu teman-teman sekelasnya.

Sejak masuk SMKN 15 pada Agustus 2020, ia bersama teman-temannya selalu belajar secara daring di rumah. Mereka hanya saling mengenal lewat aplikasi perpesanan.

"Bahagia sih ketemu teman-teman sekelas untuk pertama kalinya. Belajarnya juga jadi ngerti. Kalau online kan kurang," kata Prayogi yang seperti siswa lainnya mengenakan baju seragam pramuka.

Baca Juga

Baca juga : Infografis Ini yang Disiapkan Sebelum Sekolah Tatap Muka

Meski senang, ada juga rasa canggung. Salah satunya dirasakan Medina. "Aku senang mulai sekolah langsung. Tapi, rasanya canggung juga karena baru pertama kali ketemu teman-teman sekelas," kata gadis berambut ikal itu.

Dita Arlita (26), guru jurusan OTKP, juga mengaku senang bisa mengajar secara tatap muka. Sebab, materi ajar yang disampaikan akan lebih mudah dipahami murid mengingat pembelajaran SMK lebih banyak materi praktik.

"Saya lebih senang untuk SMK ini masuk langsung di kelas bisa praktik langsung. Dalam pelajaran surat-menyurat, misalnya, sebagian murid itu tidak punya laptop. Kalau di sekolah kan ada laboratorium komputer," kata Dita.

Secara personal, Dita mengaku memang merindukan suasa belajar di sekolah. "Saya kangen banget. Selama ini kan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' lewat zoom meeting, kalau sekarang bisa langsung," ujarnya.

Untuk hari pertama belajar tatap muka, Dita mengaku melakukan sejumlah persiapan khusus. Salah satunya menyampaikan materi ajar kepada siswa sehari sebelum masuk sekolah. "Jadi, hari ini langsung praktik," katanya.

Kepala Sekolah SMKN 15, Prihatin Gendra Priyadi, mengatakan, pembelajaran tatap muka (PTM) hari ini diikuti 114 siswa. Mereka terdiri atas siswa kelas X dan kelas XII.  

Setiap kelas, kata dia, maksimal diisi 18 siswa. Hari ini, untuk kelas XII ruangan kelas hanya diisi 10 siswa karena sedang mengikuti ujian. Sedangkan, kelas X diisi 12-18 siswa. Durasi belajar hanya empat jam.

Prihatin mengatakan, para siswa kelas X memang cenderung "malu-malu" pada hari pertama sekolah tatap muka ini. Ini adalah kali pertamanya mereka bertemu teman sekelas.

Baca juga : In Picture: DKI Jakarta Gelar Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

"Sebagai siswa SMK 15, mereka baru pertama kali bertemu teman sekelas. Selama ini hanya via chatting. Jadi, ini kesempatan mereka untuk saling kenal," kata Prihatin kepada wartawan.

Semua siswa yang hadir diperiksa terlebih dahulu suhu tubuhnya. Lalu, diminta untuk mencuci tangan.

Secara keseluruhan, SMKN 15 memiliki 468 siswa. Dari 468 siswa itu, sebanyak 92,8 persen diizinkan orang tuanya untuk mengikuti PTM.

"Yang belum disetujui karena memang di keluarganya ada yang sakit mengkhawatirkan. Sempat terpapar Covid-19," kata Prihatin.

Dia menambahkan, selain mempersiapkan ruangan kelas, pihaknya juga menyiapkan dua ruang isolasi yang akan digunakan jika ada siswa yang bergejala Covid-19. Pihaknya juga telah bekerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pengecekan lebih lanjut.

"Untuk hari ini tidak ada yang tidak dibolehkan masuk. Semuanya sehat dan bisa mengikuti PTM," ujarnya.

Uji coba sekolah tatap muka juga dilakukan di SDN Cipinang Melayu 8, Jakarta Timur. Sebanyak 61 siswa yang dibagi menjadi empat ruang kelas mengikuti uji coba.

"Total ada 61 siswa dari kelas 5," kata Kepala Sekolah SDN Cipinang Melayu 8, Sondang Aryani. Sondang mengatakan, sekolah telah menyediakan berbagai macam fasilitas untuk mendukung penerapan protokol kesehatan ketat.

"Fasilitas kita lengkapi semua. Masker, faceshield, hand sanitizer, thermo gun, terus wastafel," ujar Sondang.

Dia menyampaikan bahwa sebelum para siswa masuk ke ruang kelas terlebih dahulu dilakukan pengecekan suhu dan mencuci tangan. Selain itu, selama di ruang kelas juga, baik guru maupun siswa wajib menggunakan masker.

Baca juga : Wagub: Sekolah Tatap Muka Diperluas Bila Uji Coba Berhasil

"Semua siswa yang masuk dibagi per ruang. Sisanya di rumah belajar daring," katanya.

Sondang mengatakan, siswa yang hadir langsung dalam uji coba belajar tatap muka ini juga sudah mendapatkan izin dari orang tua masing-masing. "Mereka orang tua malah senang ingin anaknya cepat masuk," katanya.

Dinas Pendidikan DKI Jakarta menetapkan 85 sekolah memenuhi kriteria uji coba sekolah tatap muka. Wali Kota Jakarta Timur, Muhammad Anwar, mengatakan sekolah di wilayahnya yang dipilih melakukan uji coba belajar tatap muka berasal dari wilayah I dan II Sudin Pendidikan.

Wilayah I meliputi Kecamatan Cakung, Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Matraman, Kecamatan Duren Sawit, dan Kecamatan Jatinegara. Wilayah II meliputi Kecamatan Ciracas, Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Makasar, dan Kecamatan Kramat Jati.

Di Jakarta Pusat sebanyak 10 sekolah hari ini mulai melakukan uji coba sekolah tatap muka. Kesepuluh sekolah tersebut, yakni SDN Cideng 07, SDN Petojo Utara 05 Gambir, SMKN 16 Jakarta, SMKN 2 Jakarta, Sekolah PKBM Negeri 01 Kebon Kosong, SMP Mahatma Gandi School Sawah Besar, SDN Kenari 08, SDN Rawasari 05 Pagi, SMKN 44 Kemayoran, dan SMA Gandhi School Kemayoran.

Wali Kota Jakarta Pusat, Dhany Sukma, mengatakan, 10 sekolah tersebut menjadi percontohan (piloting) dalam uji coba kegiatan belajar tatap muka, yang nantinya akan diterapkan dari segi protokol kesehatan di sekolah lainnya. "Terkait dengan rencana sekolah tatap muka langsung di Jakarta Pusat, ada sepuluh sekolah yang direkomendasikan untuk menjadi piloting.

Dhany menjelaskan, setelah uji coba sekolah tatap muka selesai pada 29 April 2021, nantinya dievaluasi untuk kemudian ditentukan prototipe protokol kesehatan saat memasuki tahun ajaran baru 2021/2022. Hari ini Dhany meninjau uji coba di SMKN 2 Jakarta Gambir. Sekolah di sana hanya diperuntukkan siswa kelas XII, mengingat siswa akan mengambil uji sertifikasi. Selain itu, mata pelajaran dalam sekolah tatap muka juga diutamakan yang sesuai dengan jurusan masing-masing, sedangkan mata pelajaran dasar seperti matematika, bahasa Indonesia, dan lainnya masih dilakukan secara jarak jauh.

Terkait rencana pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka, Muhammad Zainal, WASH (Water, Sanitation & Hygiene) Specialist UNICEF Indonesia, mengatakan UNICEF sejalan dengan pemerintah dalam hal pembukaan kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Ia beralasan, penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif terhadap anak khususnya dari segi pendidikan.

Beberapa dampak yang didapat terjadi pada anak saat sekolah daring, di antaranya meningkatnya risiko anak putus sekolah, kendala tumbuh kembang dan kualitas pembelajaran yang disebabkan adanya perbedaan akses pembelajaran jarak jauh, serta kesehatan mental dan psikososial karena minimnya interaksi anak dengan guru, teman dan dunia luar. "Tapi, pembukaan kembali sekolah harus diikuti dengan diterapkannya protokol kesehatan dan sekolah aman yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa, guru, keluarga, dan masyarakat," ujar Zainal dalam webinar "Perubahan Kecil, Perlindungan Besar", Selasa (6/4).

"Di samping itu, layanan pendidikan selama pandemi juga harus mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang dan psikososial siswa," ujarnya.

Penerapan protokol kesehatan yang baik dan lingkungan sekolah yang aman tentunya merupakan faktor yang harus dipenuhi jika pembelajaran tatap muka kembali dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka infeksi Covid-19 melalui klaster sekolah.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, sekitar 14 persen dari total kasus Covid-19 Indonesia berasal dari anak sekolah. Karena itu, edukasi mengenai bagaimana cara melindungi diri dan keluarga dari virus tersebut sangatlah penting untuk dilakukan, tak terkecuali anak-anak.

Sementara itu, dr Fitria Agustina, SpKK FINSDV mengatakan, anak-anak perlu mendapat edukasi soal protokol kesehatan sebelum kembali ke sekolah. Hal sederhana yang perlu diajarkan adalah berusaha untuk tetap sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, dan olahraga.

"Kemudian hal simpel yang harus diajarkan adalah jangan pernah buka masker di tempat umum, jangan pernah mau maskernya dipinjamnya ke temannya. Pinjam-meminjam suatu barang kalau buat anak kan itu hal yang happy," kata dr Fitria.

Selain itu, setiap anak juga harus diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dengan membiasakan diri mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, segera mandi setelah beraktivitas dari luar rumah, dan segera mengganti serta mencuci pakaian dengan detergen.

Ilustrasi Sekolah Tatap Muka - (republika/mgrol100)

 
Berita Terpopuler