Dunia Internasional Diminta Tingkatkan Bantuan untuk Suriah

Warga Suriah menghadapi kelaparan dan kemiskinan yang meningkat akibat perang

Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3). (Reuters/Thaer Al Khalidiya)
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komunitas internasional diminta meningkatkan bantuan finansial untuk kebutuhan kemanusiaan di Suriah. Tahun ini, konflik sipil di sana telah memasuki tahun kesepuluh.

Baca Juga

Badan-badan PBB, dalam sebuah pernyataan menjelang Konferensi Brussels, mengatakan dengan adanya pandemi, tidak ada kelonggaran bagi warga sipil di Suriah. “Mereka menghadapi kelaparan dan kemiskinan yang meningkat, pengungsian yang terus berlanjut, dan serangan yang berkelanjutan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip laman Al Arabiya pada Senin (29/3).

Mereka memperingatkan bahwa 24 juta orang di Suriah dan tetangganya terancam. "Itu berarti empat juta lebih banyak daripada tahun 2020, dan lebih banyak dari waktu mana pun sejak konflik dimulai," ujarnya.

Konferensi Brussels kelima tentang Suriah akan digelar secara virtual. Perwakilan dari sedikitnya 50 negara dan 30 organisasi lainnya, termasuk lembaga kemanusiaan serta lembaga keuangan internasional, akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Konferensi itu diharapkan dapat mengumpulkan dana 10 milar dolar AS. Sebanyak 4,2 miliar untuk bantuan kemanusiaan di Suriah dan sisanya dialokasikan untuk pengungsi yang berlindung di wilayah tersebut.

Dana bantuan akan turut diberikan kepada Lebanon, Yordania, Irak, Turki, dan Mesir. Negara-negara tersebut telah dipaksa untuk menampung dan menaungi ratusan ribu, bahkan jutaan pengungsi.

 

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan konflik Suriah telah berlangsung lebih lama daripada gabungan dua perang dunia. Ia mengungkapkan, selama setahun terakhir, sebagian besar garis depan konflik Suriah cukup stabil. Situasi itu mesti dimanfaatkan untuk membuat kemajuan pada penyelesaian politik.

"Bahaya terbesar dari semuanya adalah bahwa ketenangan yang rapuh terurai, yang mengarah ke badai baru konflik habis-habisan dan semua itu akan berarti bagi warga Suriah, wilayah tersebut, dan sekitarnya," kata Pedersen kepada Dewan Keamanan PBB pada 15 Maret lalu.

Itulah sebabnya Pedersen selalu menekankan pentingnya mengonsolidasikan ketenangan yang rapuh itu ke dalam gencatan senjata di seluruh Suriah. Pedersen meminta anggota Dewan Keamanan PBB tidak melupakan pentingnya resolusi damai.

"Solusi politik adalah satu-satunya jalan keluar dan saya yakin itu mungkin. Dalam beberapa hal, sekarang lebih mungkin daripada sebelumnya, tetapi untuk mengubah kemungkinan itu menjadi kenyataan, keterlibatan kreatif dan tingkat tinggi dari pemain internasional utama dengan taruhan dalam konflik ini akan dibutuhkan," ujar Pedersen.

Sepuluh tahun konflik Suriah telah menghasilkan kerugian tak ternilai. Hampir setengah juta warga di sana diperkirakan tewas. Sementara sekitar 10 juta lainnya harus melarikan diri dan menjadi pengungsi.  Belum ada sinyal nyata bahwa perpecahan dan peperangan di sana akan berakhir dalam waktu dekat. Perundingan perdamaian yang dimediasi PBB selama beberapa putaran selalu gagal menghasilkan kesepakatan atau konsensus di antara para pihak yang bertikai. 

 
Berita Terpopuler