5 Penyebab Orang Berpaling dari Kebenaran Islam

Ketidaktahuan terhadap ajaran Islam picu berpaling dari kebenaran

ANTARA FOTO/Jojon
Ketidaktahuan terhadap ajaran Islam picu berpaling dari kebenaran. Ilustrasi Islam
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah ﷺ telah mengabarkan pada umatnya agar mereka senantiasa mengikuti jalan yang lurus. Ketika datang beragam persoalan, seseorang bisa saja dengan mudah berpaling dari agama yang haq (benar) ini.

Baca Juga

Suatu ketika Rasulullah ﷺ, pernah membuat sebuah garis dengan tangannya (di tanah).  

خَطَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ، ثُمَّ قَالَ: “هَذَا سَبِيل اللَّهِ مُسْتَقِيمًا”. وَخَطَّ عَلَى يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: “هَذِهِ السُّبُل لَيْسَ مِنْهَا سَبِيلٌ إِلَّا عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ” 

Kemudian beliau bersabda, “Ini jalan Allah yang lurus'” Lalu beliau ﷺ membuat garis di sebelah kanan dan kirinya, kemudian bersabda, “Ini jalan-jalan lain, tiada suatu jalan pun darinya melainkan terdapat setan yang menyerukan kepadanya.” (HR Bukhari).

Di samping itu, iblis juga telah berjanji untuk menyesatkan manusia. Allah SWT berfirman: 

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17

“Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS Al-A'raf 16-17).

Dilansir dari laman Islamweb pada Jumat (26/3), berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang berpaling dari kebenaran:

Pertama, penindasan secara sosial. Ketika seseorang tertinggal, dan dia tidak memiliki status sosial di dalamnya, sebab mereka termarjinalkan, pengangguran, kemiskinan yang parah, kehidupan sosial yang sulit, sehingga dia akan membenci kelompok masyarakat, dan lebih condong pada kelompok dirinya dengan pandangannya, namun menyimpang dari jalan kebenaran. 

Dia menjadi meremehkan semua kepercayaan kelompok, dan menjadi lebih sombong tentang dirinya, serta berfirkir dirinya yang lebih berpengetahuan. 

 

Kedua, terpengaruh tradisi Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah riwayat:

 لتتبعن سننَ من قبلكم شبرًا بشبرٍ ، وذراعًا بذراعٍ ، حتى لو سلكوا جحرَ ضبٍّ لسلكتموه . قلْنا : يا رسولَ اللهِ ، اليهودُ والنصارى ؟ قال : فمن ؟ 

"Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka manempuh (masuk) ke dalam lubang biawak kalian pasti akan mengikutinya". Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksud Yahudi dan Nashrani?". Beliau menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)? " 

Ketiga, ketidaktahuan tentang agama. Ini mejadi penyebab orang menjadi sulit dan berpaling dari kebenaran. Hal ini juga berlaku kepada para peneliti yang tidak menerima Islam dari sumber aslinya, mereka malas dan berpuas diri dari studi orientalis tentang Islam. 

Untuk itu penting bagi para penuntut ilmu agar mempelajari Islam langsung dari sumber-sumber yang murni. 

Keempat, mengikuti hawa nafsu dan syahwat. Mereka yang mengikuti hawa nafsu dengan sikap melampui batas dalam urusan agama, dan syahwat sikap melampaui batas dalam urusan dunia.  

Saat orang acuh terhadap agama, dia akan sibuk mengikuti keinginannya, bahkan dia bisa disibukkan sampai ajal menjemputnya. Kemudian juga mereka yang terjerumus ke dalam dosa, dan terus mengikutinya, dia ingin terus berada dalam kesenangan seperti minum minuman keras dan lainnya. 

Dosa disebut dapat mengalihkan perhatian seseorang dari hal-hal yang terpenting dalam kehidupan, dan membawanya lupa dari akhirat.

Kelima, gangguan psikologis. Ini menjadi salah satu penyimpangan dalam kebenaran. Dalam kehidupan dunia ini terdapat kebahagiaan dan kesedihan, kesehatan, dan penyakit, pertemuan dan perpisahan, kekayaan dan kemiskinan. 

Ketika seseorang menghadapi musibah dan tidak dapat beradaptasi dengan situasi yang baru hingga menyebabkan gangguan dalam psikologis. Maka ini dapat berdampak negatif pada keyakinannya, dan dia kemungkinan bisa terjerumus ke dalam ekstrimisme, bahkan hingga menyangkal keberadaan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّعۡبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرۡفٍ‌ ‌ۚ فَاِنۡ اَصَابَهٗ خَيۡرٌ اۨطۡمَاَنَّ بِهٖ‌ ۚ وَاِنۡ اَصَابَتۡهُ فِتۡنَةُ اۨنقَلَبَ عَلٰى "Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata" (QS Al-Hajj: 11).

 

 

Sumber: islamweb 

 
Berita Terpopuler