Kondisi Belum Stabil, GPBSI Sulit Mendata Bioskop yang Buka

GPBSI menyebut pengusaha harus siap merugi bila bioskop terus buka

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas merapikan tanda jarak pada kursi penonton di studio Bioskop CGV 23 Paskal, Kota Bandung. Meski sebagian bioskop telah kembali beroperasi, melakukan pendataan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sebagian bioskop telah kembali beroperasi, melakukan pendataan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin. 

Djonny menyampaikan, situasi belum stabil akibat pandemi Covid-19. Mendata bioskop yang sudah beroperasi terkendala sejumlah hal. "Sejak pandemi susah dilacak. Sekarang buka nanti berapa lama tutup lagi. Jadi lebih baik tunggu reda dan tunggu kepastian," kata Djonny kepada Republika.co.id.

Dia menyoroti, kondisi bioskop di Indonesia sangat beragam, tergantung teritorial daerah. Bioskop di ibu kota negara dan sekitarnya berada di daerah potensial, yang kerap diistilahkan sebagai strata satu. Meski begitu, belum semua bioskop Jabodetabek kembali buka.

Ada pula bioskop yang berlokasi di kota besar, seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan lainnya. Pengelola di kota-kota itu pun kesulitan. Belum lagi, bioskop dengam jaringan mini serta bioskop independen yang tersebar di sejumlah daerah.

GPBSI mewakili para pengusaha bioskop yang terdiri dari Cinema XXI, CGV, Cinepolis, Dakota Cinema, Platinum, Flix Cinema, Kota Cinema, Lotte Cinema, New Star Cineplex, dan bioskop independen. Data terakhir mengenai jumlah gedung dan layar dihimpun GPBSI pada Oktober 2020 silam.

Jaringan bioskop Cinema XXI memiliki 218 gedung dan 1.182 layar. Jaringan bioskop CGV memiliki 68 gedung dan 397 layar. Jaringan bioskop Cinepolis punya 62 gedung yang terdiri dari 308 layar. Sementara, jaringan bioskop New Star Cineplex punya 27 gedung dan 58 layar.

Jaringan bioskop Platinum sebanyak 10 gedung dan 34 layar. Untuk bioskop independen/mini jaringan seperti Dakota Cinema, Flix Cinema, Kota Cinema, dan Lotte Cinema jumlahnya perlu ditinjau kembali. Namun, penghitungan totalnya sekitar 22 gedung dengan 75 layar.

Data dari 34 provinsi, ada 32 yang sudah memiliki bioskop sementara dua belum ada. Pendataan tersebut merupakan total kepemilikan gedung dan layar, namun GPBSI belum dapat memastikan mana yang sudah kembali beroperasi dan mana yang belum. 

 

Untuk kembali buka, pengelola bioskop pun harus siap merugi. Pasalnya, kapasitas penonton tidak bisa maksimal. Banyak penonton belum berani kembali ke bioskop dan tidak dimungkiri daya beli jatuh akibat perekonomian yang merosot.

Demikian pula film yang diputarkan pun tidak semuanya diminati penonton, baik impor maupun nasional. Djonny sendiri mengalami itu, karena dia mengelola Dakota Cinema, yang berlokasi di Sulawesi Selatan, Cilacap, dan Bandung.

"Biaya operasional yang paling tinggi ada di listrik, sekitar Rp 70 juta sampai Rp 80 juta sebulan per lokasi. Pengelola bioskop rata-rata rugi lebih dari Rp 150 juta per bulan. Bioskop independen ruginya bisa Rp 50 juta sampai Rp 60 juta," ujar Djonny.

Dengan seluruh persoalan tersebut, Djonny menegaskan pengelola bioskop tidak cengeng. Buktinya, sekitar enam bulan terakhir sebagian bioskop tetap buka. Itu sebabnya sangat penting dukungan penggemar film untuk selalu mematuhi protokol saat datang ke bioskop.

Secara umum, aturan menonton di bioskop adalah dalam kondisi sehat, selalu mengenakan masker, menjaga higienitas diri dengan mencuci tangan dan memakai hand sanitizer, serta menjaga jarak aman. Pembelian tiket dengan minim kontak juga sudah diberlakukan.

Terkait larangan aturan makan dan minum di bioskop, secara pribadi Djonny berpendapat itu tidak diperlukan. Menurut dia, penonton yang menyantap berondong jagung ataupun camilan lain dalam bioskop tidak saling berhadapan, dan duduknya sudah diatur berjauhan.

Sejumlah bioskop kini sudah memperbolehkan aktivitas tersebut, dengan catatan kembali menutup masker ketika selesai makan dan minum. Djonny membandingkan itu dengan aktivitas makan dan minum di restoran yang kini diperkenankan dengan protokol tertentu.

Saat menetapkan aturan, menurut Djonny ada baiknya benar-benar disurvei apakah memang ada cluster kasus Covid-19 dari aktivitas makan dan minum di bioskop. Meski demikian, Djonny mengatakan pengelola bioskop sebaiknya mengikuti aturan dari pemerintah daerah masing-masing.

 

"Memang keadaan masih emergency. Mudah-mudahan vaksinasi berjalan lancar sehingga akan ada harapan untuk bioskop kembali normal. Insya Allah disertai daya beli juga," ungkap Djonny.

 
Berita Terpopuler