Propaganda Supremasi Kulit Putih Meningkat di AS

Penganut supremasi kulit putih di AS tampaknya lebih berani dari sebelumnya

wikipedia
Kelompok supremasi kulit putih
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan baru oleh Anti-Defamation League (ADL), propaganda supremasi kulit putih mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS) pada 2020, Rabu (17/3). Tahun lalu menandai tingkat tertinggi propaganda supremasi kulit putih yang terlihat setidaknya dalam satu dekade.

Baca Juga

Dikutip dari Aljazirah, ada 5.125 kasus rasis, anti-Semit, anti-LGBTQ dan pesan kebencian lainnya. Kasus tersebut disebarkan melalui selebaran fisik, stiker, spanduk dan poster pada 2020.

Jumlah itu hampir dua kali lipat dari 2.724 kasus yang dilaporkan pada 2019. Propaganda daring jauh lebih sulit untuk diukur dan kemungkinan kasus-kasus itu mencapai jutaan.

"Propaganda kebencian adalah taktik teruji dan benar untuk supremasi kulit putih, dan aktivitas di lapangan ini sekarang lebih tinggi dari yang pernah kami rekam sebelumnya," kata CEO ADL, Jonathan A Greenblatt.

Laporannya muncul ketika otoritas federal menyelidiki dan menuntut pihak yang menyerbu Capitol AS pada Januari. Beberapa di antaranya dituduh memiliki hubungan atau mengungkapkan dukungan untuk kelompok-kelompok pembenci dan milisi anti-pemerintah.

"Penganut supremasi kulit putih tampaknya lebih berani dari sebelumnya, dan tahun pemilihan, pandemi, dan faktor-faktor lain mungkin telah memberi para ekstremis ini dorongan tambahan," kata Greenblatt.

 

Propaganda sering didistribusikan dengan tujuan mengumpulkan media dan perhatian daring. Propaganda ini membantu kelompok supremasi kulit putih menormalkan pesan dan mendukung upaya perekrutan. Bahasa yang digunakan dalam propaganda sering kali ditutupi dengan kemiringan patriotik, membuatnya tampak ramah bagi mata yang tidak terlatih.

Tetapi beberapa selebaran, stiker, dan poster secara eksplisit bersifat rasis dan anti-Semit. Salah satu bagian dari propaganda yang disebarluaskan oleh Asosiasi Warisan Eropa New Jersey termasuk kata-kata "Black Crimes Matter", referensi yang mengejek gerakan Black Lives Matter. Selebaran ini bersama dengan statistik kejahatan tentang serangan terhadap korban kulit putih oleh penyerang kulit hitam.

Sebuah kelompok neo-Nazi yang dikenal sebagai Folks Front mendistribusikan stiker yang bertuliskan "White Lives Matter". Menurut laporan itu, setidaknya 30 kelompok supremasi kulit putih berada di balik propaganda kebencian. Namun, tiga kelompok, New Jersey Heritage Association, Patriot Front dan Nationalist Social Club, bertanggung jawab atas 92 persen dari kegiatan tersebut.

Propaganda muncul di setiap negara bagian kecuali Hawaii. Tingkat tertinggi terlihat di Texas, Washington, Kalifornia, New Jersey, New York, Massachusetts, Virginia dan Pennsylvania.

Mantan anggota sayap kanan yang mendirikan deradikalisasi Proyek Radikal Bebas, Christian Picciolini, mengatakan lonjakan jalur propaganda dengan supremasi kulit putih dan perekrut garis keras melihat krisis sebagai kesempatan. "Mereka menggunakan ketidakpastian dan ketakutan yang disebabkan oleh krisis untuk memenangkan anggota baru untuk narasi 'kita vs mereka', melukiskan 'orang lain' sebagai penyebab rasa sakit, keluhan atau kehilangan mereka," katanya.

Menurut Picciolini, ketidakpastian saat ini disebabkan oleh pandemi, kehilangan pekerjaan, pemilihan yang memanas, protes atas pembunuhan polisi di luar hukum terhadap orang kulit hitam AS. "Dan perhitungan nasional yang dipicu oleh tradisi panjang rasisme negara kita telah menciptakan badai yang sempurna untuk merekrut orang Amerika yang ketakutan perubahan dan kemajuan," ujarnya. 

 
Berita Terpopuler