PLN Disjaya Siap Dukung Pengoperasian Bus Listrik di Jakarta

PLN Disjaya memasok aliran listrik dengan kapasitas 10.301 megawatt di Jakarta

ANTARA/M Risyal Hidayat
Sejumlah penumpang turun dari bus Transjakarta di Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/3/2021). PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menargetkan pada tahun 2030, sebanyak 10.400 unit bus yang dioperasikan di wilayah Ibu Kota merupakan bus listrik.
Rep: Flori sidebang Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan pengoperasian 100 unit bus Transjakarta berbasis listrik di tahun 2021 ini. PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (PLN Disjaya) pun siap mendukung percepatan penggunaan transportasi listrik di Jakarta dengan menyediakan fasilitas pengisian kendaraan listrik umum.

"Prinsipnya, kami sangat siap untuk mendukung transportasi listrik. Dalam rangka Jakarta Langit Biru ini, kita ingin mendukung trasportasi berbasis listrik," kata General Manager PLN Disjaya Doddy Pangaribuab dalam diskusi virtual bertajuk 'Menilik Laju Transportasi Listrik Ibu Kota', Rabu (17/3).

Dia mengungkapkan, selama ini PLN Disjaya memasok aliran listrik dengan kapasitas 10.301 megawatt di Jakarta. Ia mencatat, kebutuhan listrik Ibu Kota saat kondisi normal hanya 4.300 megawatt yang disalurkan melalui 59 gardu induk.

Oleh sebab itu, Doddy menyebut, pihaknya masih masih memiliki cadangan pasokan listrik sebesar 150 persen dari total kebutuhan Jakarta. "Artinya, kita masih punya cadangan listrik yang cukup melayani tambahan kebutuhan listrik termasuk kebutuhan listrik untuk kendaraan listrik," ujarnya.

Doddy menjelaskan, untuk menunjang kebutuhan listrik kendaraan pribadi, PLN menyediakan 1.847 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk kendaraan roda dua. Sementara itu, SPKLU untuk kendaraan roda empat berada di lima lokasi, yani di Gambir, Bulungan, Senayan City, Aeon BSD, dan Supermall Karawaci.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi B DPRD DKI dari Fraksi Gerindra Adi Kurnia Setiadi mengapresiasi langkah penyediaan kendaraan listrik hingga pasokannya di Ibu Kota. Adi menilai, hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dan stakeholder terkait dalam pengembangan sistem energi transportasi berbasis listrik.

"Kita di DPRD, sebagai representasi masyarakat sangat mengapresiasi upaya tersebut. Ini bertujuan untuk mewujudkan kualitas udara bersih dan ramah lingkungan, serta membuktikan komitmen pemerintah menurunkan emisi gas," tutur Adi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pihaknya merencanakan bus Transjakarta akan mulai beroperasi dengan menggunakan tenaga listrik. Anies menyebut, jumlah armada bus listrik yang bakal digunakan sebanyak 100 unit.

"Kita berencana tahun ini mulai dengan 100 unit trasjakarta yang menggunakan tenaga listrik," kata Anies dalam diskusi virtual, Selasa (17/3).

Anies menilai, transportasi listrik menjadi salah satu solusi yang layak untuk dibahas dan dipertimbangkan. Bahkan menurut dia, saat ini Pemprov DKI sedang menuju model transportasi bebas emisi, salah satunya, yakni berbasis listrik. Sebab, bus listrik dapat membantu mengurangi tingkat polusi udara dan emisi gas rumah kaca.

"Harapannya pemerintah mendorong demand, sehingga lebih banyak lagi yang nantinya akan bisa memproduksi dan masyarakat yang bisa menggunakan kendaraan berbasis listrik," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Sardjono Jhony Tjitrokusumo menuturkan, pihaknya akan mengoperasikan 100 unit bus listrik sebagai langkah awal. Dia menjelaskan, pengoperasian bus listrik itu akan dilaksanakan secara bertahap.

"Harapan kita di HUT Jakarta nanti kita bisa berikan hadiah minimum 20-30 unit bus listrik di Juni 2021," tutur dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkapkan, sebanyak 100 unit bus listrik untuk Transjakarta ditargetkan beroperasi pada 2021. Syafrin menyebut, nantinya tarif penumpang bus listrik Transjakarta juga tidak ada perubahan.

"Tentu polanya jika itu digunakan di koridor Transjakarta, tarifnya akan sama saat ini Rp 3.500. Jadi artinya selama pendekatan tarif dalam koridor Transjakarta itu akan mengikuti," kata Syafrin, Rabu (10/3).

Meski demikian, kata dia, biaya dari PT Transjakarta ke pihak operator bus listrik belum ditentukan. Selama ini pihak Transjakarta menggunakan skema rupiah per kilometer untuk menentukan biaya operasional bus yang dioperasikan oleh operator. Sedangkan biaya bus listrik per kilometer berbeda dengan bus dengan bahan bakar fosil atau mineral.

"Tentu komponen biaya operasional kendaraannya itu akan dihitung secara cermat oleh rekan-rekan di Badan Pengelola Barang dan Jasa DKI Jakarta," jelas dia.

 
Berita Terpopuler