Saat Ulama Lakukan Kesalahan, Apa Sikap yang Kita Ambil? 

Ulama juga manusia berpotensi melakukan kesalahan

Antara/Irwansyah Putra
Ulama juga manusia berpotensi melakukan kesalahan. Ilustrasi ulama
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam terdahulu selalu menghormati para ulama, termasuk ketika ulama tersebut terpeleset atau salah dalam menyampaikan ajaran Islam. Para ulama tersebut tidak boleh dihina di hadapan khalayak umum meskipun salah dalam menyampaikan pendapatnya.

Baca Juga

Sepeninggal Rasulullah memang tidak ada seorangpun yang ma’shum atau terbebas dari kesalahan. Begitu pula orang alim, dia pun tidak akan lepas dari kesalahan. 

Kendati demikian, seseorang yang terjatuh dalam kesalahan, janganlah kesalahannya itu digunakan untuk menjatuhkan dirinya.

Dikutip dari laman Saaid, berikut enam langkah untuk menyikapi penyimpangan ulama:

Pertama, kita harus memperhatikan ucapannya yang dinukil dari para ulama atau melakukan verifikasi. Karena, tidak semua yang dikaitkan dengan ulama adalah benar. Jadi, umat Islam harus mengetahui ucapan dan fatwa yang diatribusikan kepada beberapa ulama, sehingga menjadi jelas bahwa mereka salah.

Kedua, membedakan sikap terhadap kesalahan yang memang kodrat manusia dan orang yang memang bersalah.

Para ulama tentu tidak terlepas dari kesalahan. Karena, kesalahan berasal dari sifat manusia. Ketika ada ulama yang salah, maka kita kita harus menyikapinya secara baik, dilandasi kasih sayang, dan berusaha memaafkannya. Dari Anas bin Malik RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:

 كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون "Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat."

 

 

 

 

Ketiga, berpikir positif kepada para ulama. Dalam sebuah riwayat, Umar bin Khattab RA berkata,

لا تظن بكلمة خرجت من أخيك المؤمن شراً وأنت تجد لها في الخير محملاً "Jangan kamu anggap sebuah ucapan yang keluar dari saudara mukminmu adalah keburukan, padahal kamu dapat menjadikan ucapan tersebut dalam anggapan yang baik."

Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Jika setiap kali seorang ulama (kaum Muslimin) salah berijtihad dalam suatu permasalahan yang bisa dimaafkan kita bidahkan dan kita jauhi, maka tidak ada seorang pun yang selamat, apakah itu Ibnu Nashr, Ibnu Mandah, atau orang yang lebih hebat dari keduanya sekalipun. Allah yang memberi petunjuk kebenaran kepada makhluk-Nya, dan Dia adalah dzat Yang Mahapenyayang. Kami berlindung kepada Allah dari hawa nafsu dan perangai yang kasar.”

Dia juga berkata, “Dan jika setiap orang-orang yang salah berijtihad kita tahdzir dan kita bidahkan, padahal kita mengetahui bahwa dia memiliki iman yang benar dan berusaha keras mengikuti kebenaran, maka amat sedikit ulama yang selamat dari tindakan kita. Semoga Allah merahmati semuanya dengan karunia dan kemuliaan-Nya”.

Keempat, tidak mencari kesalahan-kesalahan dan menebar kesalahan ulama. Kita harus menghindari teman yang sengaja mencari-cari kesalahan para ulama. Sementara, perkataan mereka tidak bisa diandalkan.

 

Imam adz-Dzahabi berkata dalam terjemahan Ibn Abi Dzib, “Bagaimanapun, perkataan teman tentang beberapa di antaranya tidak dapat diandalkan, maka diketahui bahwa terjadinya hal ini di antara teman sebaya adalah hal yang patut dicela di antara mereka.” 

Kelima, membantah ulama yang salah hendaklah dengan niat saling menasihati. Imam Al-Nawawi berkata, “Orang yang tidak setuju tentang hal itu tidak menyangkalnya, tetapi jika dia menasihatinya untuk keluar dari perselisihan, maka dia adalah orang yang baik dan dicintai yang diutus untuk melakukannya dengan lembut.”

Sedangkan Ibn Qudamah al-Maqdisi berkata, “Tidak ada yang harus menyangkal orang lain untuk mengikuti doktrinnya, karena tidak ada penyangkalan terhadap mujtahid.”

 

Dan Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Dan kemungkaran yang wajib pengingkarannya yaitu yang disepakati kemungkarannya, adapun yang didalamnya ada perbedaan pendapat (tentang kemungkarannya) di antara sahabat-sahabat kami ada yang mengatakan tidak wajib mengingkarinya atas orang yang melakukannya karena dia mujtahid, atau seorang muqallid yang mengikuti mujtahid dalam perkara taqlid yang diperbolehkan.”

Dan Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Masalah-masalah ijtihad, siapa yang beramal dengannya, berdasarkan pendapat sebagian ulama, tidak boleh diingkari dan tidak pula diboikot. Dan siapa yang mengamalkan salah satu dari dua pendapat, maka tidak boleh diingkari.”

Keenam, Kesetaraan dan keadilan. Kita seharusnya tidak berpihak pada seseorang yang melawan kebenaran, dan pada saat yang sama kita juga tidak menyerang orang yang bersalah, akan tetapi memberikan haknya dengan penuh keadilan dan kesetaraan sesuai porsinya.

Kita tidak perlu menonjolkan akhlak mulia di antara kita untuk menegakkan agama dan menjaga kesucian umat Islam. Imam al-Dzahabi yang mengeluhkan kurangnya keadilan pada masanya berkata, "Kami datang pada saat seseorang tidak dapat mengucapkan keadilan, dan kami meminta keselamatan Tuhan.”

Manusia tidak pernah adil, kecuali mereka yang memiliki belas kasihan kepada Tuhan. Daud Bin Yazid berkata, “Saya mendengar Imam Sya’bi berkata: “Andai aku benar dalam sembilan puluh sembilan masalah, dan salah dalam satu masalah, pastilah mereka mengambil yang satu dan mengabaikan yang sembilan puluh sembilan."

Ibn al-Qayyim mengatakan, “Barangsiapa yang mempunyai ilmu tentang syariat dan kenyataan, maka ia akan mengetahui secara pasti bahwa seseorang (ulama) yang mempunyai andil besar dalam al-Islam dan rekam jejak yang baik, maka ia di dalam Islam dan ahlinya menduduki suatu kedudukan yang mana terkadang terjadi kesalahan dan ketergelinciran padanya dengan kesalahan yang diampuni, bahkan diberi pahala atas ijtihadnya. Maka ketergelincirannya tidak boleh diikuti namun kedudukannya dan ke-imam-annya juga tidak boleh dijatuhkan dari hati kaum Muslimin.”

Karena itu, perlu dibedakan antara menanggapi ucapan dan membantah apa yang dikatakannya. Tapi, sayangnya ada sebagian orang yang sengaja mencari kesalahan ulama, sehingga dia mempublikasikan dan menyebarkan kesalahannya.

 

Sumber: Saaid

 
Berita Terpopuler