Gaya Pertanyaan Alquran yang Membuat Umar bin Khattab Sadar

Alquran menggunakan bentuk pertanyaan dengan makna larangan

antaranews
Alquran menggunakan bentuk pertanyaan dengan makna larangan. Seorang Muslim melihat Alquran raksasa
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh KH M Afifuddin Dimyathi*

Baca Juga

Allah SWT memberi perintah dengan berbagai pola ungkapan bahasa, umumnya adalah menggunakan fiil amar atau fiil mudhari' yang didahului huruf lam amar, terkadang juga menggunakan kalimat deklaratif (jumlah khabariyah) tapi bermakna perintah, dan beberapa cara lain yang dipahami  para ulama ushul dan bahasa. 

Dan di antara cara memberi perintah dengan tekanan yang paling kuat adalah menggunakan gaya ungkapan bertanya yang bertujuan untuk memberi perintah. 

Contoh dari gaya ungkapan seperti ini ada dalam beberapa ayat Alquran, tapi contoh yang paling kontekstual saat ini adalah dalam surat Al-Maidah ayat 90-91 berikut ini: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (90) اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ (91)

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kalian mau berhenti.”  

Dalam ayat ini terkandung penegasan yang sangat kuat terhadap pengharaman khamar dan perjudian dengan berbagai gaya bahasa penegasan sebagaimana berikut yaitu pertama, menggunakan kata إنَّمَا di awal kalimat.

Kedua, menggandengkannya dengan larangan berkurban atas nama berhala (والأزْلَام).

 

Ketiga, menyebutnya perbuatan keji dan perbuatan setan رِجْزٌ مِنْ عمَل الشَّيْطانِ 

Keempat, memerintahkan dengan tegas untuk menjauhinya (فاجْتَنِبُوه)  

Kelima, menerangkan bahwa menjauhinya adalah sebab keberuntungan (لَعَلَّكم تُفْلحُوْن). 

Keenam, menjelaskan akibatnya yang bisa menimbulkan  kerusakan dunia (أنْ يُوقِع بينَكُما العَداوَةَ والبغْضَاءَ) dan agama (ويَصُدَّكم عنْ ذِكْرِ الله وعنِ الصَّلاةِ). 

Ketujuh, menegaskan perintah menghentikannya dengan gaya bertanya yang bermakna perintah (فهَلْ أنتُم مُنْتَهُون). 

Gaya bertanya dengan maksud memerintahkan ini disebut oleh para pakar balaghah sebagai pola ungkapan terkuat untuk memberi perintah, seakan memberi pesan: apakah kalian akan tetap melakukannya setelah semua yang telah dijelaskan tentang bahaya dan kejelekan yang ditimbulkannya?

Penggunaan jumlah ismiyah (أنتُمْ مُنْتَهُون) dalam gaya pertanyaan ini juga lebih mempertegas perintah untuk menjauhinya.  Jika diurutkan menjadi begini:

Kalimat (هَلْ أنتُم مُنتَهُون) lebih kuat dari kalimat pertanyaan biasa (هَلْ تَنْتَهُون), sedangkan kalimat (ه‍َلْ تَنْتَهون) sendiri, ia lebih kuat dibandingkan kalimat perintah biasa seperti (ٱنْتَهُوا) "hentikanlah!". 

Oleh karenanya, tidak heran jika Umar bin Khattab begitu mendengar ayat ini dibacakan, beliau langsung menjawab: ٱنْتَهَيْنَا ٱنْتَهَيْنَا يا رَبِّ "Kami berhenti, kami berhenti Wahai Tuhanku".  

 

*Pengasuh Hidayatul Qur’an Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur   

 
Berita Terpopuler