Wapres: Ekonomi Indonesia Masih Lebih Baik dari Negara Lain

Hingga kini belum ada model tetap untuk mengatasi krisis ekonomi akibat Covid-19

Edwin Dwi Putranto/Republika
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya di dunia.
Rep: Fauziah Mursid Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Wapres mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19, namun ekonomi Indonesia mulai ada perbaikan.

Hal ini kata Wapres, terlihat dari perbaikan ekonomi Indonesia yang pada kuartal kedua terkontraksi sebesar 5,29 persen, dan sedikit membaik pada kuartal akhir 2020 yakni 2,07 persen.

"Artinya ada kenaikan kembali tiga persen dan memang kita masih minus, tapi dibandingkan dengan beberapa negara, kita masih bagus; misalnya Singapura , India, itu mereka masih 4 persen. Amerika yang negara besar aja minusnya 3,5 persen, Jerman juga 4 persen," kata Ma'ruf saat hadir virtual di Dialog Spesial Indonesia Bicara yang diikutip, pada Jumat (5/3).

Ma'ruf menyebut hingga saat ini belum ada model tetap yang digunakan negara-negara dunia untuk mengatasi krisis ekonomi yang diakibatkan dari pandemi Covid-19. Apalagi, ahli menyebut krisis ekonomi yang mendorong resesi global saat ini adalah terburuk dalam delapan dekade terakhir.

"Semua negara juga gagaplah, belum ada model mengatasi keadaan ini karena itu masing masing negara punya inisiatif-inisiatif sendiri atau ijtihad (upaya mengerahkan kemampuan) sendiri," kata Ma'ruf.

Meskipun kata Ma'ruf, ada tiga negara di dunia yang ekonominya tetap tumbuh yakni Vietnam, China dan Taiwan.

"Hanya tiga itu negara, lainnya minus. bahkan Filipina minus sampai 9 persen, kita sudah mengalami pertumbuhan," kata Ma'ruf.

Karena itu, Pemerintah Indonesia kata Ma'ruf, sejak awal menyadari jika dampak yang ditimbulkan pandemi akan sangat besar. Karena itu, sejak 2020, Pemerintah melakukan refocusing anggaran menjadi tiga program yakni penanganan Covid-19, penanggulangan sosial dan pemulihan ekonomi nasional.

Ia mengatakan, pemerintah pun merealokasi anggaran ke tiga fokus tersebut, yang berdampak pada pelebaran defisit APBN 2020 dari semula target tiga persen menjadi 6,34 persen dan realisasinya menjadi 6,9 persen pada 2020.

Baca Juga

Namun, Pemerintah menargetkan defisit APBN akan kembali ke tiga persen pada 2023 mendatang dengan sedikit-sedikit mengurangi pelebaran defisit pada 2021 sebanyak 5,7 persen, lalu pada 2022 sekitar 4-5 persen.

"Sehingga di 2023 kembali kita, ini salah satu langkah langkah yang dilakukan dan membentuk komite nasional dan penanggulangan Covid dan pemulihan nasional," kata Ma'ruf.

Ma'ruf menjelaskan, upaya lainnya yang dilakukan untuk mengatasi pandemi Covid-19 melakukan restrukturisasi dan juga dengan melakukan penanganan kasus Covid-19. Yakni dengan terus menggencarkan penerapan protokol kesehatan, pembahasan kegiatan mulai dari PSBB hingga saat ini PPKM dan juga program vaksinasi sejak Januari lalu.

Ia menyebut, berbagai upaya itu pun telah membuahkan hasil dengan angka kontraksi pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2020 lebih baik dari kuartal kedua 2020.

Karena itu, ia berharap pertumbuhan ekonomi pada 2021 tidak lagi terkontraksi dengan berbagai upaya penanganan dilakukan secara konsisten. Sehingga, Indonesia juga bisa kembali masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income) dari saat ini negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower middle income).

"Kita akan kembali lagi, bahkan di 2022 kita sudah ancer-ancer di atas 5-6 persen. jadi kita syukur alhamdulillah kita sudah ada di jalur yang benar, kita sudah menempuh cara-cara yang tepat sesuai dengan kondisi yang kita hadapi," ungkapnya.

 
Berita Terpopuler