Laporan AS Sebut Ethiopia Lakukan Pembersihan Etnis Tigray

Pasukan Eritrea yang bertempur di Tigray secara sistematis membunuh ratusan sipil

AP/Nariman El-Mofty
Orang-orang Tigray yang melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray Ethiopia, tiba dengan bus di kamp pengungsi Umm Rakouba di Qadarif, Sudan timur, Kamis, 26 November 2020. Perdana menteri Ethiopia mengatakan Kamis bahwa tentara telah diperintahkan untuk bergerak di Tigray yang diperangi ibu kota regional setelah ultimatum 72 jamnya berakhir agar para pemimpin Tigray menyerah, dan dia memperingatkan setengah juta penduduk kota untuk tetap di dalam rumah dan melucuti senjata.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, ADIS ABABA -- Menurut laporan rahasia pemerintah Amerika Serikat (AS), pejabat Ethiopia dan kelompok milisi sedang melakukan operasi pembersihan etnis sistematis di negara bagian Tigray. Laporan tersebut diperoleh pertama kali oleh New York Times.

Baca Juga

Laporan itu mencoba mendokumentasikan tanah dan rumah yang dijarah dan desa-desa terlantar dengan puluhan ribu orang hilang. Para pejabat dan milisi dari negara bagian tetangga Amhara memasuki Tigray untuk mendukung Perdana Menteri Abiy Ahmed.

"Mereka dengan sengaja dan efisien menjadikan Tigray Barat homogen secara etnis melalui penggunaan kekerasan dan intimidasi yang terorganisir. Seluruh desa rusak parah atau terhapus seluruhnya," kata laporan itu dikutip dari middleeastmonitor.

Amnesty International mengatakan dalam sebuah laporan 26 Februari, bahwa pasukan Eritrea yang bertempur di Tigray secara sistematis telah membunuh ratusan warga sipil tak bersenjata di kota utara Axum pada 28-29 November 2020. Pasukan melepaskan tembakan di jalan-jalan dan melakukan penggerebekan dari rumah ke rumah dalam pembantaian yang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

 

Situasi tersebut dibicarakan oleh Presiden AS, Joe Biden, dan Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, selama panggilan telepon Kamis (25/2). "Presiden Biden dan Kenyatta membahas krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia yang memburuk di wilayah Tigray Ethiopia dan kebutuhan untuk mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut dan memastikan akses kemanusiaan," menurut pernyataan Gedung Putih.

Wilayah Tigray telah menjadi tempat pertempuran sejak November. Ketika Ahmed mengumumkan operasi militer melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang tuduh menyerang kamp-kamp militer federal.

Pasukan pemerintah menguasai ibu kota regional, Mekele, pada akhir November. Namun, TPLF berjanji untuk bertempur dan bentrokan terus berlanjut di negara Tanduk Afrika itu, sehingga menghambat upaya pengiriman bantuan kemanusiaan. 

 
Berita Terpopuler