Kijang Gunung Gazella, Hewan Langka Palestina

Gazella diklasifikasikan hewan langka di wilayah Palestina yang diduduki Israel

Middle East Eye
Gazella
Rep: Meiliza Laveda Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, ANTAKYA – Di belakang kendaraan militer Turki dekat perbatasan Suriah, kijang gunung saling mengejar kecepatan 80 kilometer per jam. Ilmuwan dan konservasionis Turki Profesor Yasar Egun bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rusa gunung di Provinsi Hatay, Turki.

Setelah terancam punah, kijang gunung yang juga dikenal sebagai Gazella berkembang biak kembali. Di balik pelestarian Gazella, ada Ergun dan timnya bekerja keras. Menurut survei pada akhir tahun 2020, setidaknya terdapat seribu kijang gunung di cagar alam seluas 13.288 hektare di dekat perbatasan Suriah. Kawasan tersebut dinayatakan sebagai kawasan lindung melalui keputusan presiden tahun 2019.

Kepunahan kijang gunung disebabkan karena perburuan oleh manusia dan perambahan habitat yang membuat jumlah kijang gunung menurun. Padahal, kijang sudah hidup sejak zaman Romawi dan muncul dalam mosaik Romawi.

Gazella diklasifikasikan sebagai hewan langka di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki Israel. Pada 2015, spesies ini telah mengalami penurunan populasi yang dramatis di Israel. Gazella menjadi korban dari urbanisasi manusia yang membangun kota dan peternakan.

Hal pertama yang dilakukan Ergun dalam upaya konservasi adalah mengklasifikasi kijang di Hatay. Dia melakukan melalui tes DNA yang diawasi oleh Ahli Mamalia Turki, Profesor Tolga Kankilic. Penemuan tersebut membantu Ergun menetapkan varietas kijang Hatay adalah dari spesies Gazella gazelle.

Hasil itu membuat Ergun berhasil mendorong sesama ilmuwan, pejabat pemerintah, dan penduduk setempat untuk bergabung dalam kampanye mencegah kepunahan kijang gunung. Bersama dengan tim konservasionisnya, Ergun mulai menciptakan media sebanyak mungkin tentang penemuannya, menerbitkan sejumlah artikel, tampil di acara bincang-bincang, dan meminta penyiar publik Turki TRT untuk merekam film dokumenter tentang hewan pada tahun 2010.

Dia juga memberikan tur habitat alami gazelle kepada pendidik lokal, pelajar, pejabat, dan perwakilan dari kelompok kesejahteraan hewan internasional dan lokal. Misal, World Wildlife Fund (WWF)yang berpartisipasi dalam kampanye dengan mengucurkan dana dan Hatay Nature.

Berkat upaya dari relawan, stasiun pengairan pertama berhasil didirikan untuk membantu kijang gunung hidup selama musim panas. Pipa air diletakkan di bawah tanah untuk mengalirkan air ke kolam.



Dalam proyek Kementerian Pertanian dan Kehutanan, penduduk setempat di Hatay telah direkrut untuk mengawasi kijang gunung di stasiun penangkaran. Di sana, kijang gunung dapat berkumpul dan bebas dari pemburu.

Penjaga di stasiun penangkaran, Huseyin Dinler menceritakan tradisi turun-temurun yang percaya siapa pun membunuh kijang gunung, kesialan akan menimpa mereka

“Saya telah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa siapa pun yang menembak kijang akan dihukum. Seseorang yang saya kenal menderita penyakit yang parah dan orang lain yang tengah berburu, senapannya meledak di tagannya,” kata Dinler.

Kisah kemalangan ini berasal dari cerita rakyat kuno yang melibatkan orang suci, Gazelle Baba. Dia diyakini dimakamkan di dalam atau di sekitar kuil dekat perbatasan Suriah.

Dilansir Middle East Eye, Rabu (3/3), dukungan dalam upaya pelestarian kijang gunung juga datang dari pembangunan militer Turki di perbatasan Suriah. “Jika ini bukan zona militer, tidak akan ada seratus rusa yang masih hidup di sini,” kata seorang perwira militer, yang tidak menyebutkan namanya.

Kendati banyak pihak yang mendukung dalam upaya pelestarian, Ergun harus menghadapi tantangan lain, yakni perambahan pertanian dan pertambangan yang mengancam habitat gazelle. “Perburuan bukan lagi ancaman serius. Kekhawatiran terbesar kami sekarang adalah petani yang tamak,” ujar Seorang pejabat dari Direktorat Konservasi Alam dan Taman Nasional (DKMP) Turki yang enggan disebutkan namanya.

Pada musim gugur 2020, sebuah perusahaan melobi hak untuk membangun tambang batu dan pabrik semen di dalam cagar kijang Hatay. Sejumlah penelitian yang dilakukan Ergun membuat pengadilan memutuskan untuk mendukung para konservasionis dan menghentikan rencana proyek komersial.

“Seandainya kami tidak membuat strategi berdasarkan bukti dan mencatat spesies, mungkin akan sangat sulit bagi kami untuk memenangkan kasus-kasus besar ini,” ujar dia.

 
Berita Terpopuler