Pasien Long Covid-19 Merasa Lebih Baik Pasca Vaksinasi

Sepertiga pengidap long covid-19 merasa lebih baik usai mendapatkan vaksinasi.

AP Photo/Aaron Favila
Seorang dokter militer bersiap untuk menyuntikkan vaksin Sinovac dari China selama vaksinasi di Fort Bonifacio, Metro Manila, Filipina pada hari Selasa, 2 Maret 2021. Filipina meluncurkan kampanye vaksinasi untuk menahan salah satu wabah virus korona terburuk di Asia Tenggara tetapi menghadapi masalah pasokan dan perlawanan publik, yang diharapkan dapat diredakan dengan menyuntik pejabat tinggi.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daniel Griffin, seorang dokter spesialis penyakit menular dan peneliti di Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS) tidak yakin atas apa yang diharapkan ketika pasien dengan gejala infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) kronis mulai divaksinasi. Ada beberapa kekhawatiran bahwa vaksin  justru dapat memperburuk keadaan karena ini memicu sistem kekebalan tubuh.

Namun, apa yang terjadi juga sebaliknya. Griffin mengatakan sejumlah rekan sesama dokter bertanya apakah pasien COVID-19 yang ditangani olehnya merasa lebih baik setelah divaksin.

“Ini tidak 100 persen, tapi sepertinya sekitar sepertiga,” ujar Griffin, dilansir The Verge, Rabu (3/3).

Laporan awal dari Griffin dan lainnya mengisyaratkan bahwa orang dengan gejala persisten dapat membaik setelah divaksinasi. Informasi masih terbatas dan sebagian besar data bersifat anekdot, namun jika polanya berlaku, itu dapat membantu para peneliti memahami lebih lanjut tentang mengapa gejala COVID-19 bertahan pada beberapa orang dan menawarkan solusi.

Banyak pasien Griffin yang sembuh dari COVID-19 mengalami efek samping yang signifikan setelah vaksin pertama dari Moderna atau Pfizer. Ini biasa terjadi pada orang yang pernah menderita infeksi virus corona jenis baru. Lantaran mereka sudah memiliki beberapa tingkat antibodi, jadi suntikan pertama bertindak lebih seperti penguat kedua.

Baca Juga

Baca juga : Ketua DPRD Tolak Tegas Anies Ingin Jual Saham Perusahaan Bir

Selanjutnya, pasien dengan gejala kronis mulai melaporkan bahwa indra penciuman membaik dan merasa tidak terlalu lelah. Dalam beberapa hari pertama, mereka mungkin merasa dalam kondisi tidak baik, namun setelah vaksinasi tahap dua, hal ini berubah.

“Setelah mendapatkan vaksinasi tahap kedua, mereka benar-benar merasa seperti ada cahaya di ujung terowongan,” jelas Griffin.

Pasien COVID-19 terkadang mengalami penyakit jangka panjang seperti kelelahan, sesak napas, hingga kehilangan indera penciuman dan rasa. Banyak orang yang jatuh sakit selama gelombang pertama pandemi pada tahun lalu hingga saat ini belum pulih sepenuhnya.

Dokter seperti Griffin mempelajari lebih lanjut tentang apa yang disebut ‘long COVID’ atau gejala jangka panjang COVID-19, tetapi jawabannya masih terbatas. Diana Berrent, pendiri kelompok penyintas COVID-19 dan Survivor Corps mengatakan setiap petunjuk belum akan menjadi keajaiban.


Akiko Iwasaki, ahli imunologi di Universitas Yale mengatakan ada alasan biologis mengapa vaksinasi dapat membantu orang yang mengalami long COVID. Para ilmuwan masih belum tahu pasti mengapa beberapa orang memiliki gejala kronis.Namun, satu teori menyatakan bahwa virus atau fragmen virus tetap ada di dalam tubuh mereka. Ini tidak menular, tetapi sisa makanan terus mengiritasi sistem kekebalan, di mana vaksinasi bisa menghilangkan semua itu.

“Secara potensial, sisa-sisa itu dibuang karena Anda menghasilkan banyak antibodi,” jelas Iwasaki.

Teori lain yang mengemuka adalah bagi sebagian orang, COVID-19 memicu perubahan jangka panjang dalam sistem kekebalan, dan dapat mengaktifkan sel dan jaringan yang sehat. Dalam hal ini, vaksin mungkin membantu dengan memberikan sentakan pada sistem kekebalan.

“Ini dapat mengatur ulang beberapa respon yang ada,” kata Iwasaki.

Dalam kasus tersebut, perbaikan gejala mungkin akan berumur pendek dan hanya berlangsung selama tendangan vaksin berlangsung. Ada banyak hal yang perlu dipelajari tentang hubungan antara COVID-19 jangka panjang dan vaksin.

Diperlukan data survei yang semakin ketat untuk memahami dengan tepat bagian orang mana yang merasa lebih baik setelah divaksinasi. Ada penelitian yang sedang berlangsung yang memantau protein inflamasi tertentu dalam darah orang dengan gejala kronis dan peneliti dapat membandingkan level pada orang yang divaksinasi dan tidak.

Penelitian juga harus memeriksa apakah satu jenis vaksin lebih efektif dalam mengurangi gejala kronis daripada yang lain. Griffin mengatakan laporan awal dari penelitian yang dilakukan menjadi dorongan yang baik bagi orang-orang dengan gejala COVID-19 kronis untuk mendapatkan vaksinasi.

“Tidak terlihat berbahaya, dan mungkin bisa menyembuhkan. Saya pikir hal ini mendorong orang-orang dengan long COVID untuk mendaftar vaksinasi secepat yang mereka bisa,” jelas Griffin.


 
Berita Terpopuler