IAEA akan Verifikasi Program Nuklir Korea Utara

IAEA meningkatkan kesiapan memainkan peran penting dalam verifikasi nuklir Korut

EPA/Hans Punz
Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan, program nuklir Korea Utara (Korut) yang terus berjalan di tengah sanksi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi "keprihatinan serius". Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan, IAEA sedang meningkatkan kesiapan untuk memainkan peran penting dalam melakukan verifikasi terhadap program nuklir Korut.

Baca Juga

"Kelanjutan program nuklir DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, dan sangat disesalkan," ujar Grossi, dilansir Aljazirah, Selasa (2/3). 

Korut terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 2017. Satu tahun kemudian, Korut menyatakan bahwa mereka telah meledakkan terowongan di lokasi uji coba nuklir utama di Punggye-ri. Mereka mengklaim peledakan tersebut sebagai bukti komitmennya untuk mengakhiri uji coba nuklir. 

AS menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi kepada Korut karena melakukan program pengembangan senjata nuklir. Mantan Presiden AS Donald Trump, dan Pemimpin Korut Kim Jong-un sudah dua kali bertemu untuk berunding masalah denuklirisasi serta penghapusan sanksi di Singapura dan Vietnam. Akan tetapi, pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan. 

Setelah itu, Korut kembali meningkatkan ketegangan melalui serangkaian uji coba rudal. Kim juga menyerukan untuk melanjutkan kembali produksi senjata nuklir. Dia berjanji untuk menempatkan kemampuan pertahanan negara pada tingkat yang jauh lebih tinggi, ketika meluncurkan rudal balistik baru. 

 

Inspektur IAEA tidak diizinkan masuk ke Korea Utara, tetapi mereka telah memantau aktivitas di negara itu melalui satelit dan informasi lain yang tersedia. Grossi mengatakan ada bukti pembangunan berkelanjutan dan fasilitas air pendingin di reaktor air ringan eksperimental telah diuji pada akhir tahun lalu. 

Kantor berita Yonhap melaporkan, ada tanda-tanda bahwa Korut telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas di kompleks Yongbyon, yang dapat digunakan untuk menyediakan panas ke fasilitas pemrosesan ulang bahan bakar nuklir. Yongbyon memiliki reaktor nuklir, pabrik pemrosesan ulang bahan bakar, dan fasilitas pengayaan uranium yang telah dikaitkan dengan program senjata nuklir negara tersebut.

Pemantau sanksi independen pada bulan lalu mengatakan, Korut telah memelihara dan mengembangkan program rudal nuklir dan balistiknya sepanjang 2020. Korut juga membantu mendanai kegiatannya dengan dana sekitar 300 juta dolar AS yang dicuri melalui peretasan di dunia maya. Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, Pyongyang "memproduksi bahan fisil, memelihara fasilitas nuklir dan meningkatkan infrastruktur rudal balistiknya" sambil terus mencari bahan dan teknologi untuk program-program tersebut dari luar negeri. 

 
Berita Terpopuler