Sholat Zuhur Terakhir Cucu Nabi Al-Husain di Medan Karbala

Imam Al-Husain sempat melakukakn sholat Zuhur sebelum syahid di Karbala

[ist]
Imam Al-Husain sempat melakukakn sholat Zuhur sebelum syahid di Karbala. Karbala
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Perang Thaf di Karbala berujung pada kematian cucu Rasulullah ﷺ, al-Husain. Tragedi pada tahun 61 Hijriyah itu merupakan musibah yang begitu besar. Pada saat itu perang antara kubu Al-Husain dan pasukan Kufah tidak berimbang.

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, saat peperangan meletus, semua terjadi dengan cepat, diawali dengan perang tanding satu lawan satu. 

Yasar maula Ziyad dan Salim maula Ubaidullah bin Ziyad maju mewakili pasukan Kufah. Dengan angkuh keduanya menantang: "Siapa yang berani berduel dengan kami, majulah kemari!"

Mendapat tantangan itu, Abdullah bin Umair al-Kalbi maju ke depan untuk meladeni keduanya. Tidak lama kemudian mereka terlibat dalam pertarungan hebat. Ketika Salim mengayunkan pedangnya, al-Kalbi menangkis serangan itu dengan tangan kiri sehingga jari-jari tangannya putus. 

Namun sejurus kemudian, al-Kalbi berhasil menyerang balik. Dia maju lalu menebaskan pedangnya ke tubuh Salim hingga membuatnya tewas terkapar. Al-Kalbi juga berhasil membunuh Yasar. Setelah berhasil membunuh kedua orang itu, al-Kalbi kembali ke dalam barisan al-Husain sambil berkata, “Sungguh, aku ini orang yang kuat dan tegar aku pun tidak lemah ketika mengbadapi musibah.” (Lihat Tarikh ath-Thabari).

Baca juga : Formasi 44 Bintang Tiga, dan Wakil Panglima TNI tak Penting

Hari itu, pasukan Kufah yang dikomandoi Umar bin Sa'ad mendapat perlawanan sengit dari pasukan al-Husain yang bertempur dengan gagah berani. Setiap kali pasukan al-Husain menyerang salah satu lini pasukan Kufah, mereka pasti mampu menghancurkannya. 

Ketika waktu Zhuhur tiba, Abu Tsumamah ash-Sha-idi berkata kepada al-Husain, "Semoga nyawaku menjadi tebusan bagimu. Pasukan musuh semakin mendekatimu. Demi Allah, mereka tidak akan bisa membunuhmu sebelum melangkahi mayatku. Namun, aku ingin mati dalam kondisi telah menunaikan sholat Zhuhur."

Al-Husain menengadahkan kepalanya dan berkata, "Aku senang kamu tetap mengingat sholat. Semoga Allah memasukkanmu ke dalam golongan hamba yang senantiasa menegakkan sholat dan mengingat-Nya. Sekarang memang sudah masuk awal waktu sholat Zhuhur."

Setelah itu, al-Husain berkata, "Mintalah kepada pasukan Kufah agar menghentikan peperangan untuk sementara, supaya kita dapat melaksanakan sholat."

Akan tetapi, al-Hushain bin Numair dari pasukan Kufah menyahut, "Percuma saja, sholat kalian tidak akan diterima!"

Habib bin Muthahhir, salah seorang pengikut al-Husain, membalas, "Celaka kamu, hai keledai! Apakah kamu pikir sholat keluarga Rasulullah tidak akan diterima, sementara sholatmu yang diterima!" (Lihat Tarikh ath-Thabari).

Baca juga : 5 Kerugian Datang Terlambat Sholat Berjamaah di Masjid

Perang terus berkecamuk tanpa ada waktu untuk beristirahat. Saat kepala-kepala para prajurit terpenggal dari tubuhnya, al-Husain berusaha melaksanakan sholat Zhuhur dengan cara sholat Khauf. Pertempuran pun semakin dahsyat setelah itu. (Lihat Al-Bidayah wan Nihayah).

Al-Husain terus dilindungi  pasukannya yang bertempur di hadapannya. Habib bin Muthahhir terus mengayunkan pedangnya hingga berhasil membunuh Budail bin Shuraim. 

 

 

Kekuatan dua kubu memang tidak imbang, dan pasukan al-Husain menyadari kenyataan ini. Menurut perhitungannya, mereka tidak mampu menghadapi pasukan Kufah. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang terpikirkan di benak mereka adalah gugur membela sang pemimpin, al-Husain. 

Dan benar saja, mereka berguguran satu demi satu di hadapan al-Husain. Jasad mereka memang berguguran, namun roh mereka menuju ke langit yang tinggi. Jiwa-jiwa suci mereka diangkat ke sana dan mengarah ke Surga Adn, dan itulah tempat yang disenangi yang disediakan Rabb yang Mahakuasa. 

Abu Bakar bin Ali maju, lalu terbunuh di tangan Hamdan. Abu Bakar bin al-Hasan juga maju menerjang musuh, lalu ia gugur di tangan Abdullah bin Uqbah al-Ghanawi. Abu Bakar bin al-Husain juga maju, lalu ditikam  Harmalah bin al-Kahil. Ja'far dan al-Abbas maju, namun keduanya juga terbunuh. Semua pengorbanan itu mereka lakukan demi membela al-Husain. 

Mereka benar-benar memenuhi baiat mereka dahulu. Ketika itu mereka menyatakan, "Kami akan mengorbankan nyawa, harta, dan keluarga kami demi membelamu. Kami akan berperang bersamamu hingga tiba di tempat yang hendak kamu tuju. Sungguh, Allah hanya akan memperburuk kehidupan sepeninggalmu." (Lihat Tarikh ath-Thabari).

Meskipun jumlah kedua pasukan tidak berimbang, peperangan tetap berlangsung dengan sengit. Cara bertempur pasukan al-Husain menunjukkan pengorbanan yang tinggi. Bagi mereka, tidak ada harapan untuk bisa keluar dari peperangan hari itu dalam kondisi hidup. 

Al-Husain benar-benar dibela oleh seluruh saudaranya, anaknya, dan keponakannya. Begitu pula dengan anak-anak Aqil dan anak-anak Abdullah bin Ja'far, mereka semua bertempur di hadapan al-Husain dan berusaha mati-matian melindunginya hingga mereka gugur satu per satu sebagai syuhada Karbala. Mereka semua gugur tanpa ada yang tersisa, tidak seorang pun selain al-Husain. 

Ketika al-Husain kehausan, seseorang menghampirinya dengan membawakan air, lalu memberikan air itu padanya. Belum sempat cucu Nabi itu meneguknya, Hushain bin Tamim sudah lebih dahulu melesatkan anak panahnya hingga mengenai mulut al-Husain. 

Dia hanya bisa menyeka darah yang bercucuran dari mulutnya seraya memuji Allah, lalu dia berjalan menuju bendungan untuk meminum air dari Sungai Eufrat. 

 

Akan tetapi, pasukan Kufah menghalangi langkahnya. Salah seorang prajurit Kufah melesatkan panah hingga menembus langit-langit mulutnya (Lihat Siyar A'lamin Nubala).  

 
Berita Terpopuler