Kinerja Asuransi Umum Syariah Mengalami Anomali pada 2020

Tahun 2020 perolehan laba industri asuransi umum syaria naik menadi Rp 532 miliar.

Republika/Wihdan Hidayat
Asuransi syariah (ilustrasi).
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asuransi umum syariah mencatat anomali kinerja pada 2020 yakni kontribusi menurun namun aset mengalami peningkatan. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Erwin Noekman mengatakan sekalipun pendapatan industri asuransi umum syariah tercatat mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada jumlah aset.

Baca Juga

"Kontribusi asuransi umum syariah secara kuartalan, ungkap Erwin, mulai dari Desember 2019 hingga Maret 2020 terjadi penurunan," katanya, dalam keterangan, Jumat (26/2).

Kemudian saat pandemi covid-19 mulai masuk ke Indonesia kinerja industri kembali turun hingga bulan Juni 2020. Pada September 2020 mulai menunjukkan pertumbuhan dan berlanjut hingga tutup tahun 2020.

Sementara dari sisi aset, industri asuransi umum syariah mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik, sekalipun saat masa pandemi Covid-19. Secara tahunan, kontribusi bruto asuransi umum mengalami penurunan di tahun 2020, yaitu tercatat sebesar Rp 1,82 triliun di tahun 2019, dan menutup tahun 2020 menjadi Rp1,61 triliun.

Penurunan kontribusi ini, bukan saja terjadi di tanah air, tapi juga bagi rekan-rekan kita yang di luar negeri. Akan tetapi dari segi aset, industri asuransi umum Indonesia mengalami peningkatan, yaitu Rp 5,90 triliun di tahun 2019 dan menutup tahun 2020 tercatat menjadi Rp 6,01 triliun.

Kinerja baik lainnya juga terlihat dari klaim asuransi umum syariah yang mengalami penurunan. Pada tahun 2019, klaim bruto asuransi umum syariah tercatat sebesar Rp 726 miliar, dan menutup tahun 2020 tercatat menjadi Rp 641 miliar.

 

Untuk investasi, kinerja industri asuransi umum syariah juga mengalami kinerja yang baik. Naik tipis dari tahun 2019 sebesar Rp 4,03 triliun menjadi menjadi Rp 4,10 triliun. Peningkatan investasi ini diikuti oleh pertumbuhan hasil investasi, dari Rp 243 miliar pada 2019 menjadi Rp 259 miliar pada 2020.

"Yang menarik dari kinerja asuransi umum adalah dari segi laba, disaat secara umum negara kita mengalami resesi, justru di industri asuransi umum syariah malah labanya meningkat," katanya.

Pada tahun 2019 laba tercatat sebesar Rp 514 miliar, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi Rp 532 miliar. Ini seperti yang terjadi pada tahun 1998, disaat industri lainnya krisis, sebagian perusahaan asuransi saat itu mengalami peningkatan dari segi laba.

Namun yang tidak kalah pentingnya, lanjut Erwin, tingkat solvabilitas industri asuransi umum syariah juga boleh dikatakan sangat sehat dengan solvabilitas dana tabarru lebih dari 423 persen. Artinya, melebihi dari ketentuan yang diatur OJK.

Dari segi lini bisnis, saat ini industri asuransi umum syariah masih didominasi dari sektor asuransi kendaraan bermotor yang memiliki porsi sebesar 36,46 persen. Diikuti oleh bisnis asuransi kecelakaan diri dengan porsi sebesar 31,11 persen, sektor asuransi harta benda yaitu sebesar 15,60 persen.

Erwin menambahkan, potensi industri asuransi umum kedepan akan terus berkembang. Disamping dengan mergernya tiga bank syariah yang cukup memberikan pengaruh terhadap perekonomian syariah nasional, faktor lainnya adalah seiring dengan adanya pembangunan kawasan industri halal yang tentunya akan melibatkan banyak pihak dan menjadi prospek industri perasuransian syariah.

 

 
Berita Terpopuler