Pahala Sholat Jamaah di Rumah dan Masjid Sama Saat Uzur?

Pahala sholat jamaah di masjid sangatlah besar

Republika/Thoudy Badai
Pahala sholat jamaah di masjid sangatlah besar. Ilustrasi sholat jamaah di masjid
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Keutamaan sholat berjamaah 27 derajat dibandingkan dengan sholat sendirian. Apalagi jika sholat berjamaah dilakukan di masjid. 

Baca Juga

Hal ini sebagaimana hadits yang diriyawatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((صلاة الرجل في الجماعة تضعف على صلاته في بيته وفي سوقه خمسة وعشرين ضعفا، وذلك أنه إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم خرج إلى المسجد لا يخرجه إلا الصلاة، لم يخط خطوة إلا رفعت له بها درجة، وحط عنه بها خطيئة، فإذا صلى لم تزل الملائكة تصلي عليه ما دام في مصلاه: اللهم صل عليه، اللهم ارحمه، ولا يزال أحدكم في صلاة ما انتظر الصلاة))

"Sholat seorang laki-laki dengan berjamaah dibanding sholatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan sholat berjamaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan sholat, maka malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat sholatnya, 'Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan sholat selama dia menanti pelaksanaan sholat."

Ustadz Hanif Luthfi menjelaskan, hadits di atas berlaku untuk sholat berjamaah di masa aman tanpa adanya uzur syari. Namun jika merujuk pada masa pandemi, dimana ada imbauan untuk menghindari sholat berjamaah di masjid, maka meskipun sholat berjamaah di rumah namun pahalanya insya Allah akan serupa. 

“Jika ada uzur syari, baik uzur yang bersifat personal atau uzur bersama, maka insya Allah transfer pahala berjamaah tetap akan didapat, meski sedang sholat from home,” jelas Ustad Hanif yang dikutip di Rumah Fiqih Indonesia, Senin (22/2). 

Dalam riwayat yang lain dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda tentang konsekuensi dari uzur itu: 

  إذَا مَرِضَ العَبْدُ، أوْ سَافَرَ، كُتِبَ له مِثْلُ ما كانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR  Bukhari) 

Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan...

Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal dia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bari, juz 6, hal 136). 

Sementara itu, Ustadz Muhammad Azizan Lc menjelaskan, dalam kaidah fikih disebutkan bahwa menolak mafsadah atau kerusakan jauh lebih diutamakan dari mengambil maslahat. Ustadz Azizan melanjutkan, pahala sholat berjamaah di masjid memang sangat besar, tetapi tetap mengadakan sholat berjamaah dalam situasi wabah seperti sekarang ini berpotensi mendatangkan kerusakan yang jauh lebih besar daripada maslahat sholat berjamaah di masjid.

"Bagi yang terbiasa sholat berjamaah di masjid maka tidak perlu khawatir atau sedih kehilangan pahala sholat berjamaah karena sesungguhnya jika seseorang meninggalkan ibadah yang biasa dia lakukan karena alasan syar'i maka dia tetap mendapat pahala ibadah tersebut," tutur alumni Fakultas Syariah Universitas al-Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh Cabang Jakarta itu.

Ustadz Azizan menyadari, mungkin bagi sebagian orang berat melepaskan peluang mendapat pahala sholat berjamaah. Namun, beribadah harus melihat dan mempertimbangkan seluruh aspek. Di antaranya adalah apakah ibadah tersebut tidak menimbulkan kerusakan jika dikerjakan atau justru menimbulkan potensi kerusakan yang lebih besar.

“Penyebaran virus Covid-19 begitu masif. Apalagi, sebagian besar orang yang terjangkit virus itu tidak menampakkan gejala. Para ahli medis menyampaikan, penderita yang memiliki gejala hanya 15 persen, sementaraa 85 persen penderita tidak menyadari sedang terjangkit. Pada waktu yang sama ia menularkan virus tersebut ke banyak orang sehingga tersebar wabah mematikan ini,” ujarnya.

Pada hakikatnya, menurut Ustadz Azizan, ketika seorang Muslim menahan diri untuk tidak pergi ke masjid dalam situasi saat ini maka dia sedang menjaga nyawa Muslim lainnya dari kematian akibat wabah corona yang kian hari kian meningkat. Dengan demikian, pahala melakukannya pun besar di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam al-Maidah 32: 

  وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا  "Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya."

 
Berita Terpopuler