Dalam Suasana Kacau Perang Uhud, Siapa Lindungi Nabi SAW?

Nabi SAW sempat diisukan telah gugur dalam perang Uhud.

Republika/Fitriyan Zamzami
Dalam Suasana Kacau Perang Uhud, Siapa Lindungi Nabi SAW? Peziarah mengunjungi Bukit Rumat di Kompleks Syuhada Uhud, Madinah, Senin (10/9). Di bukit itu bertempat para pemanah Madinah yang meninggalkan posisi saat sedang unggul dalam Perang Uhud.
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam suasana kacau yang terjadi di perang Uhud akibat dilanggarnya perintah Nabi SAW, suasana pun semakin genting bagi pasukan Muslim. Sampai-sampai Nabi sempat diisukan telah gugur dalam perang tersebut meskipun itu hanyalah kabar palsu.

Baca Juga

Lantas siapa saja yang membantu melindungi Nabi? Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, Rasulullah yang sempat diisukan gugur dalam perang tersebut sebenarnya berada dalam lindungan Allah bersama beberapa orang sahabat.

Dijelaskan bahwa di awal suasana kacau itu, Nabi bersama satu regu yang terdiri dari sembilan orang. Tujuh orang berasal dari kalangan Anshar dan dua orang dari kalangan Muhajirin.

Regu ini berada pada satu posisi di belakang pasukan untuk memimpin dan mengamati jalannya pertempuran. Begitu terjadi kekacauan dan kaum Muslim terkepung dari atas oleh pasukan berkuda pimpinan Khalid dan dari bawah oleh sisa pasukan kaum musyrik yang kembali ke arena pertempuran, Nabi SAW dengan kesembilan orang anggota regu berada di sekeliling beliau.

Kesembilan orang itu bertahan, tetapi satu demi satu gugur. Dan pada akhirnya, tersisalah tiga orang, seorang terluka parah sehingga tidak berdaya dan dua orang yang bertahan, yakni Sa’ad bin Abi Waqash serta Thalhah bin Abdillah.

Ini karena ketika itu pasukan kaum Muslim lain yang tersisa belum sempat datang mendampingi Rasulullah SAW karena masih sibuk menghadapi lawan. Sebagian besar lainnya telah kocar-kacir menyelamatkan diri ke bukit-bukit.

Baca juga : Apakah Orang Saleh Dijamin Aman dari Godaan Setan?

Sa’ad dan Thalhah melakukan hal yang mustahil menurut adat dan kebiasaan. Mereka berdua yang memang dikenal sangat mahir memanah, justru berhasil melumpuhkan regu kaum musyrik itu walau mereka dan juga Nabi Muhammad terluka. Gigi Nabi patah, bibir, dan dahi beliau pun terluka.

Bahkan lemparan lembing dari Abu Qama’ah menembus helm Nabi sehingga dua besi dari helm tersebut tertancap di pipi beliau. Namun, berkat pertolongan Allah melalui Sa’ad dan Thalhah, Nabi mampu terselamatkan dan regu musuh dapat ditumbangkan.

 

Setelah dilumpuhkan

Setelah regu kaum musyrik dilumpuhkan, Rasulullah SAW sekali lagi menyerukan kepada kaum Muslim untuk bergabung bersama beliau. Alquran merekam peristiwa ini setelah pertempuran itu berlalu dan memerintahkan kaum Muslim untuk merenungkannya.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 153: “Idz tush’iduna wa laa talwuna ala ahadin warrasulu yad’ukum fii ukhrakum fa-atsabakum ghamma bighammin likaylaa tahzanuu ala maa faatakum wa laa maa ashaabakum wallahu khabirun bimaa ta’malun,”.

Yang artinya: “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,”.

Prof Quraish menjelaskan mengenai ayat tersebut. Maksudnya dijabarkan dengan menggunakan kalimat kutipan yang disesuaikan dengan tafsiran ayat Alquran itu: “Ingatlah ketika sebagian besar kamu lari menyelamatkan diri menuju bukti di sekitar Uhud dan juga ke Kota Madinah, lari meninggalkan medan pertempuran. Dan ketika itu kamu, wahai yang lari, tidak menoleh kepada seseorang pun, dan tidak memedulikan siapa pun, akibat rasa takut dan keinginan menyelamatkan diri. Sedang Rasul yang ketika itu bertahan di medan juang di antara sedikit kawan-kawan seperjuangan kamu, yang sedang bertahan,”.

“(Rasul ketika itu) memanggil kelompok kamu yang lain yang berada di belakang melarikan diri, beliau memanggil sambil bersabda: ‘Kemarilah hamba-hamba Allah, aku adalah Rasulullah’. Sikap kamu itu menjadikan Allah menimpakan atas kamu kesedihan di atas kesedihan. Yakni akibat isu kematian Rasul, bersama luka yang kamu derita dan gugurnya rekan-rekan kamu. Itu semua dilakukan Allah supaya kamu jangan terlalu bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu. Yakni kemenangan dan harta rampasan, dan tidak juga terhadap apa yang menimpa kamu berupa luka dan gugur. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,”.

 
Berita Terpopuler