Turki Ingin Tingkatkan Kerja Sama dengan AS

Hubungan Turki dan AS sempat tegang karena sejumlah masalah

Presidensi Turki via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Tayyip Erdogan mengatakan Turki ingin meningkatkan kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan baru. Sebelumnya, hubungan antara dua sekutu NATO ini sempat tegang karena sejumlah masalah.

Baca Juga

Pada Desember, AS memberi sanksi kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan S-400 Rusia. Sementara, Ankara dibuat marah oleh dukungan AS untuk milisi Kurdi YPG di Suriah, yang dianggapnya sebagai organisasi teroris. 

"Kami yakin kepentingan bersama kami dengan Amerika Serikat jauh lebih besar daripada perbedaan pendapat kami," ujar Erdogan.

Erdogan menambahkan, Ankara ingin memperkuat kerja sama melalui "perspektif jangka panjang atas dasar solusi win-win" dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden. Sebelumnya, Turki meminta Washington untuk mengakhiri dukungannya kepada YPG. Sementara AS telah mengkritik Ankara atas hak dan kebebasan. Erdogan mengatakan, hubungan Turki-AS telah "diuji secara serius" dalam beberapa waktu terakhir.

"Turki akan terus melakukan bagiannya dengan cara yang layak untuk hubungan kemitraan sekutu dan strategis antara kedua negara," ujar Erdogan.

 

Dalam sebuah panggilan telepon, Penasihat Keamanan Luar Negeri Turki Erdogan Ibrahim mengatakan kepada Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bahwa sengketa pembelian S-400 perlu diselesaikan. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken telah membahas sengketa S-400 dan ketidaksepakatan lainnya dalam panggilan telepon pertama mereka.

Turki telah menyewa firma hukum Arnold & Porter yang berbasis di Washington untuk melobi penerimaan kembali program jet F-35. Turki sebagai negara pembeli dan produsen, telah dikeluarkan dari program jet tempur F-35 oleh AS karena Ankara ingin membeli sistem misil S-400 buatan Rusia. 

 
Berita Terpopuler