Penambang Tanpa Izin Kembali Serbu Dongi-Dongi

Umumnya para penambang liar itu berasal dari wilayah Sulawesi

Antara/Iggoy el Fitra
Warga mendulang emas di lokasi bekas tambang emas ilegal (ilustrasi)
Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, POSO -- Ribuan penambang dari berbagai daerah di Sulawesi, kini kembali menguasai Dongi-Dongi. Kawasan ini salah satu area bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Baca Juga

Umumnya penambang di PETI Dongi-Dongi berasal dari Sulawesi Utara (Sulut), Gorontalo, Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Selatan, bahkan sebagian dari Jawa. Terbanyak penambang dari berbagai kota di Provinsi Gorontalo dan Sulut seperti Bolangmongondo, Kotamobagu, Minahasa, dan Minahasa Tenggara (Mitra). Sebagian lagi penambang dari desa-desa di sekitar kawasan Dongi-Dongi seperti Kecamatan Palolo dan Nokilalaki (Kabupaten Sigi) dan Kabupaten Poso.

Para penambang mulai bebas melakukan kegiatan penambangan saat petugas aparat keamanan maupun dari Polhut dari Balai Besar Taman Nasional (TNLL) sudah ditarik dari lokasi. Sebelumnya, lokasi tersebut masih dijaga aparat kepolisian dan Polhut.

Namun sejak Desember 2020, kata seorang penambang, Ede, aparat keamanan maupun petugas Polhut yang ditempatkan di pintu masuk ke lokasi maupun di dalam areal PETI Dongi-Dongi sudah tidak lagi melakukan pengawasan dan penjagaan. Sejak itulah, kata Ede, lokasi PETI Dongi-Dongi yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari jalan raya Palu-Napu di wilayah Dongi-Dongi mulai diserbu para penambang.

"Tadinya masih sedikit penambang dan kebanyakan penambang lokal. Tetapi karena sudah tidak ada aparat yang menjaganya, semakin banyak penambang yang datang," katanya.

Diperkirakan jumlah penambang di lokasi PETI Dongi-Dongi saat ini mencapai 4.000 orang. Areal penambanganpun juga semakin meluas. Jika dulu hanya di kawasan areal sekitar 15 hektare yang dijadikan lokasi penambangan emas ilegal, kini sudah meluas sampai ke kebun kakao milik masyarakat.

P

Para penambang melakukan aktivitas tidak hanya pada pagi hari, tetapi malam pun mereka menambang dengan menggunakan penerangan listrik dari mesin genset. Rata-rata penambang telah mendirikan tenda-tenda di sekitar maupun di areal PETI Dongi-Dongi agar mereka bisa bekerja di malam hari.

Lubang-lubang rep (tanah/pasir yang mengandung emas) yang dahulu telah ditutup, kini semuanya telah dibuka kembali oleh para penambang. Jumlah lubang rep saat ini sudah mencapai ribuan lubang.

Ede mengatakan satu lubang rep biasanya dikuasai 10 orang dengan sisten kongsi. "Artinya, ada salah satu dari anggota kongsi yang membiayai kebutuhan mereka, termasuk menanggung makan dan minum sehari-hari," katanya.

Saat rep diolah dan menghasilkan emas, maka emas itu kemudian dijual dan hasilnya dibagi-bagikan kepada semua anggota penambang yang tergabung dalam satu kongsi.

Seluruh rep yang berasal dari PETI Dongi-Dongi, kemudian dibawah ke tromol di Kelurahan Poboya, Kota Palu. Disanalah, kata dia, rep tersebut diproses menjadi bijih-bijih emas.

Kepala Balai Besar TNLL, Jusman membenarkan bahwa lokasi PETI Dongi-Dongi saat ini sudah diserbu kembali oleh para penambang yang kebanyakan datang dari Pulau Sulawesi. Dari hasil kunjungannya ke lokasi tambang pada Sabtu (13/2), Jusman cukup terkejut ketika menyaksikan para penambang dengan bebas tanpa ada rasa takut menambang dalam kawasan konservasi.

Saat berada di lokasi PETI Dongi-Dongi, Jusman mengaku tidak bisa berbuat apa-apa sebab kondisinya cukup rawan.

"Masalahnya, jumlah penambang ribuan orang. Tidak mungkin kami mau menertibkan sendiri. Bisa konyol diserbu penambang," ujarnya.

Menurut dia, untuk menyelesaikan kembali permasalahan PETI Dongi-Dongi harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak terkait. "Kami (Taman Nasional Lore Lindu) sebagai pengelolah kawasan tidak bisa menertibkan sendiri. Harus secara terpadu bersama-sama seluruh instansi dan institusi terkait di daerah ini," kata Jusman.

 

Melihat kondisi PETI Dongi-Dongi sekarang ini, pihaknya akan segera berkoordinasi kembali dengan Pemprov Sulteng, Pemkab Poso, Pemkab Sigi dan unsur kepolisian yakni Polda Sulteng dan Korem 132 Tadulako untuk menyelesaikan permasalah PETI Dongi-Dongi. Ia mengatakan dalam waktu dekat ini, rencananya akan bertemu dengan Kapolda Sulteng.

Dia berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah ada langkah atau aksi penertiban kembali lokasi PETI Dongi-Dongi, sebelum terjadi hal-hal yang lebih merugikan lagi. PETI Dongi-Dongi yang kini kembali marak diserbu penambang selain rawan konflik, juga bencana alam tanah longsor.

Menurut beberapa penambang, sudah banyak lubang rep yang ketemu satu dengan lainnya. Itu artinya sudah banyak rongga dalam tanah dan jika saja terjadi gempa yang keras atau hujan lebat terus-menerus, maka tidak menutup kemungkinan terjadi longsor. Jika sampai hal itu terjadi, maka akan ada banyak penambang bisa tertimbun.

Sebelum semuanya terjadi, kata Jusman, pihak TNLL akan segera melakukan upaya penutupan kembali lubang-lubang rep dan mengusir semua penambang dari lakasi PETI Dongi-Dongi. Jusman mengatakan jika ada petugas dari Balai Besar TNLL yang ikut terlibat di dalamnya, maka oknum bersangkutan akan ditindak tegas.

"Yang tahu petugas kami ikut terlibat, hanya penambang. Makanya kalau ada bukti akurat keterlibatan oknum Polhut TNLL, maka akan langsung diproses," tegasnya.

Karena itu, Jusman meminta agar masyarakat bisa melaporkan segera oknum-oknum petugas Balai Besar TNLL yang terlibat dalam aktivitas di PETI Dongi-Dongi, tentu dengan melengkapinya bukti akurat. Sebab, tanpa disertai dengan bukti akurat, pihaknya tentu tidak akan begitu saja melakukan penindakan.

"Tapi kalau ada bukti kuat, maka oknum Polhut atau karyawan Balai Besar TNLL yang terlibatlangsung ditindak tegas," ujarnya.

Areal PETI Dongi-Dongi sebelum diobrak-abrik para penambang adalah kawasan hutan yang banyak ditumbuhi pohon/kayu endemik yakni pohon leda. Selain pohon leda, juga beberapa jenis pohon/kayu yang berkualitas serta menjadi habitat berbagai jenis fauna, termasuk beberapa satwa endemik seperti babi rusa, burung rangkong, anoa, dan rusa.

Namun, katra Jusman sejak lokasi itu dijamah oleh para penambang yang tidak bertanggungjawab dan hanya memikirkan kepentingan dan kebutuhan hidupnya sendiri, semua jenis pohon, termasuk kayu leda habis ditebang.

Begitu pula denga kayu lainnya telah ditebang untuk kebutuhan menambang. Sama halnya dengan satwa-satwa yang tadinya hidup bebas dalam habitat mereka, semuanya telah hengkang.

Kini, areal PETI Dongi-Dongi sudah menjadi gundul lagi padahal sebelumnya ketika lokasi itu ditutup telah ditanami berbagai pohon. "Pohon-pohon yang telah ditanam beberapa, kini sudah lenyap bagai ditelan bumi," kata Jusman.

 

 
Berita Terpopuler