PCIM Turki: Tindakan GAR-ITB Atas Dasar Ketidaksukaan

Sikap GAR-ITB juga dinilai bertendensi fobia terhadap penyaluran aspirasi umat Islam.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Kehormatan Presidium Inter Religious Council Indonesia Din Syamsuddin menyampaikan sambutan pada acara lokakarya, dialog dan peluncuran Prakarsa Lintas Agama Untuk Hutan Tropis Indonesia di Gedung Manggala Winabakti, Jakarta, Kamis (30/1).
Rep: Haura Hafizhah Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki, Syamsul Hidayat Daut menilai tindakan GAR ITB terhadap Din Syamsuddin dilakukan atas dasar ketidaksukaan dan disorientasi pemahaman tentang kritik terhadap pemerintah. Bahkan menurutnya ada tendensi fobia terhadap tokoh Islam dan penyaluran aspirasi umat Islam dari tindakan tersebut.

"Apa yang dilakukan oleh GAR-ITB kami maknai sebagai tindakan yang dilakukan atas nama ketidaksukaan, disorientasi pemahaman tentang kritik terhadap pemerintah, serta salah memahami fungsi ASN akademisi. Bahkan, lebih jauh phobia terhadap tokoh Islam dan penyaluran aspirasi umat İslam," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (15/2).

Kemudian, ia melanjutkan kalimat yang sering terungkap dalam lampiran GAR-ITB yang menuduh kritikan prof. Din Syamsudin sebagai "perlawanan terhadap pemerintahan yang syah" dan sejenisnya bisa menggiring pemahaman kalau Din adalah orang antinegara dalam makna konotasi subversif, pemberontakan dan sebagainya. Seakan mereka sengaja menggiring pemahaman ke arah seperti itu.

"Tentu dalam konteks kritik terhadap pemerintah pasti dilakukan kepada pemerintahan yang syah dan buat apa melakukan kritik pada pemerintah yang tidak sah? terkait kalimat-kalimat yang sangat tendensius, bias serta penggunaan frasa "perlawanan terhadap pemerintah yang syah". Menurut saya setidaknya mengandung dua konsekuensi makna," kata dia.

Pertama GAR menganggap kalau kritik terhadap rezim, tindakan, dan perkataan yang berseberangan tindakan yang patut dilaporkan. Kedua, memojokkan Prof. Din Syamsuddin sebagai pihak yang melakukan "perlawanan terhadap pemerintah yang syah". Seakan mereka mau menggiring ketokohan Din sebagai orang yang memiliki tindakan yang sama dengan kegiatan melawan pemerintah yang sah lainnya.

Seperti, misalnya, pemberontakan bersenjata serta tindakan ketidaksetiaan pada negara dan konstitusi yang sah lainnya. Suka tidak suka, masyarakat sulit untuk tidak memahami dengan cara seperti itu.

"Kritikan GAR-ITB adalah wujud ketidakpamaham terhadap situasi dan kondisi keummatan dan kebangsaan, serta bagian darı kurang informasi yang dialami oleh kelompok sekelas alumni ITB yang harusnya lebih update informasi," kata dia.

Tindakan itu juga menurutnya seperti merendahkan anak bangsa sendiri dan memberikan kesan aneh di mata internasional. Sebab, Din sudah dianggap tokoh islam moderat di dunia internasional, aktif di forum-forum perdamaian dunia, dan pembicara di forum al-Azhar. Sedangkan dalam negeri tertuduh sebagai tokoh islam yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah.

"Meskipun tidak tertuang secara tersurat dalam tuntutan GAR-ITB tetapi nampaknya GAR-ITB cenderung menggiring Din sebagai tokoh yang radikal dan sejenisnya yang semakna dengan kata "perlawanan terhadap pemerintah yang syah"," kata dia.

Ia menambahkan fenomena tindakan GAR-ITB ini juga adalah dampak dari sikap tidak berimbang dalam menyikapi kasus yang menimpa tokoh-tokoh Islam dan terkesan abai terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.

"Segala sikap di atas, sengaja atau tidak, suka atau tidak, memberikan sinyal atau alarm pembuka bagi pendukung rezim untuk bertindak atas dasar ketidaksukaan terhadap orang orang yang berseberangan dengan rezim," kata dia.

 
Berita Terpopuler