Gedung Putih Minta Cina Beri Data Soal Kasus Awal Covid

Penasihat keamanan di Gedung Putih menyatakan 'keprihatinan mendalam' atas temuan WHO

pictures17.blog.fc2.com
Gedung Putih (Ilustrasi)
Rep: Rizki Jaramaya Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat meminta Cina transparan untuk menunjukkan data awal ketika pandemi virus korona atau Covid-19 muncul. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan (dalam nada yang dinilai menuduh), laporan itu harus independen dan bebas dari "perubahan data oleh pemerintah Cina".

"Kami memiliki keprihatinan yang mendalam tentang temuan awal investigasi Covid-19 dan pertanyaan tentang proses yang digunakan untuk menjangkau mereka," ujar Sullivan dikutip Reuters, Sabtu (13/2).

Cina kabarnya tidak memberikan data mentah utuh tentang kasus awal pandemi Covid-19 kepada tim investigasi yang dipimpin WHO. Hal ini berpotensi mempersulit upaya untuk memahami bagaimana wabah itu dimulai.

Ahli penyakit menular Australia yang tergabung dalam tim investigasi WHO, Dominic Dwyer mengatakan, tim telah meminta data mentah pasien pada 174 kasus virus korona yang telah diidentifikasi ketika fase awal pandemi di Wuhan pada Desember 2019. Namun tim investigasi hanya menerima data-data ringkasan saja.

Sullivan mengatakan, Gedung Putih memiliki "keprihatinan yang mendalam" tentang laporan dan temuan tim investigasi WHO. Dia menegaskan, ke depan semua negara termasuk Cina harus berpartisipasi dalam proses yang transparan untuk menanggapi keadaan darurat kesehatan.

"Laporan ini harus independen dengan temuan ahli yang bebas dari intervensi atau perubahan oleh pemerintah Cina, untuk lebih memahami pandemi dan bersiap untuk menghadapi pandemi berikutnya. Cina harus menyediakan data ketika awal wabah," ujar Sullivan.

Menanggapi pernyataan Sullivan, seorang juru bicara Kedutaan Besar Cina mengatakan Amerika Serikat telah merusak kerja sama multilateral dan WHO dalam beberapa tahun terakhir. Juru bicara itu mengatakan, AS tidak boleh "menuduh" Cina dan negara lain yang mendukung WHO selama pandemi Covid-19.

"Cina menyambut baik keputusan AS untuk terlibat kembali dengan WHO, tetapi Washington harus berpegang pada standar tertinggi daripada membidik negara lain", kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya itu.

Pada Jumat (12/2) Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, semua hipotesis masih terbuka tentang asal-usul wabah Covid-19. Tim WHO yang diutus menyelidiki asal-usul Covid-19 tiba di Wuhan pada 14 Januari. Sebelum melakukan misinya, mereka menjalani isolasi terlebih dulu selama dua pekan. Terdapat beberapa tempat yang dikunjungi tim WHO selama proses penyelidikan.

Pertama adalah rumah sakit Wuhan yang paling awal menangani pasien Covid-19. Mereka juga menyambangi pasar tradisional Huanan, tempat yang diduga kuat menjadi rantai awal penularan Covid-19.

Selain itu, tim WHO turut mengunjungi Institut Virologi Wuhan. Seperti diketahui, sempat beredar teori bahwa Covid-19 disebabkan oleh kebocoran virus dari laboratorium di institut tersebut. Namun, China telah membantah hal itu. Pemimpin Misi WHO di Cina Peter Ben Embarek juga menyampaikan, usai empat pekan di Wuhan, bahwa kemungkinan Covid-19 bocor dari lab sangat kecil kemungkinannya.

 
Berita Terpopuler