Sejarah dan Asal-usul Hari Valentine

Asal-usul dan sejarah hari valentine.

make1click.com
Sejarah dan Asal-usul Hari Valentine. Foto: Hari Valentine (ilustrasi).
Rep: Kiki Sakinah Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tanggal 14 Februari dikenal sebagai hari kasih sayang atau biasa disebut Hari Valentine. Di hari itu, hampir setiap orang, terutama kalangan anak muda, merayakannya dengan saling berbagi pesan kasih.

Baca Juga

Pengungkapan kasih sayang itu biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian pesan kasih lewat puisi, kartu ucapan, dan hadiah berupa bunga, cokelat, atau pernak-pernik Valentine lainnya. Namun, perayaan valentine sebagai bentuk pengungkapan kasih sayang nyatanya menurut legenda berasal dari kisah pedih di zaman Romawi silam. Sejumlah literasi mengungkapkan beberapa versi tentang asal muasalnya.

Mengutip buku berjudul "Bercinta karena Allah: menjalin hubungan dengan lawan jenis" karya Mohammad Asror Yusuf, misalnya, Hari Valentine disebut bermula pada masa Kekaisaran Romawi. Sejumlah sejarawan mengatakan, bahwa Hari Valentine berasal dari seseorang yang bernama Saint (Santo) Valentine, orang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani.

Legenda menyebut bahwa Santo Valentine merupakan seorang pendeta yang menentang kaisar. Dia telah menikahkan pemuda dan seorang gadis, padahal saat itu Kaisar Claudius II melarang adanya pernikahan.

Kala itu, para pemuda dilarang menikah karena Roma tengah dalam masa peperangan. Karena hal itulah, dia dihukum mati. Dia meninggal pada 14 Februari 269 M, hari saat dia menyerahkan ucapan cinta.

Legenda lainnya menyebutkan, seperti dikutip dari laman Britannica, menjelang kematiannya Santo Valentine menuliskan catatan kecil berjudul "Love from Your Valentine" kepada putri seorang sipir penjara yang berteman dengannya. Dari kisah itulah, pada 496 Paus Gelasius memutuskan tanggal 14 Februari sebagai tanggal penghormatan untuk Saint Valentine. Perayaan Valentine menjadi tradisi dari kaum Nasrani dan gereja sejak itu.

Akhirnya, tanggal tersebut kemudian kerap diperingati sebagai tanggal saling tukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Pada mulanya, sejarawan Asep Kambali menuturkan bahwa peringatan Hari Valentine berisi kegiatan yang diberi nama Lupercalia, yang disimbolkan sebagai perjuangan seorang Valentine untuk mewujudkan cinta bagi pasangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Romawi tersebut dirayakan seiring datangnya musim semi, termasuk upacara kesuburan dan mempasangkan wanita dan pria melalui undian. Pada akhir abad ke-5, Paus Gelasius I melarang perayaan Lupercalia dan terkadang dikaitkan dengan menggantinya dengan Hari Santo Valentine.

Menurut Asep, pada awal kemunculannya pada abad ke-5, perayaan Hari Valentine hanya sebatas ritual. Namun pada abad 19-20, perayaan Valentine berubah menjadi komersial, sehingga memunculkan pencetakan kartu ucapan valentine secara besar-besaran. Ungkapan kasih sayang pun tidak hanya ditujukan kepada lawan jenis, tetapi juga pada orang tua, saudara, dan teman.

"Kemudian di tahun 1980an, dari sekedar ucapan melalui kartu mulai berubah menjadi pemberian bunga, cokelat dan lain-lain," kata Asep saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (13/2).

Di Amerika Serikat, Esther Howland diberi kredit karena mengirim kartu valentine pertama kali, seiring munculnya komersialisasi Hari Valentine pada 1800an. Di masa kini di hampir seluruh negara, kerap kita jumpai Hari Valentine sudah demikian dikomersialkan.

Bisnis penjualan kartu pos atau kartu ucapan Valentine dan pernak-pernik Valentine lainnya begitu ramai menjelang dan selama perayaan Valentine Day pada 14 Februari. Seiring perkembangan zaman, Hari Valentine pun tidak hanya diperingati oleh bangsa Romawi dan umat Kristiani.

Tradisi memperingati hari kasih sayang tersebut telah melintasi batas wilayah, budaya, dan agama. Bahkan di negara-negara Muslim pun saat ini, tidak sedikit masyarakat khususnya kalangan muda yang merayakan Hari Valentine.

Di Indonesia sendiri, perayaan Hari Valentine seperti dianggap lazim. Meskipun, mayoritas masyarakat Indonesia adalah Muslim. Menjelang 14 Februari, sudah dijumpai banyak pernak-pernik berwarna pink dan merah muda serta ornamen hari kasih sayang dijajakan di toko-toko.

Bahkan di Arab Saudi, memperingati hari kasih sayang pada 14 Februari tidak lagi dianggap tabu seperti di tahun-tahun sebelumnya. Sekitar 3 tahun yang lalu, toko-toko di negara itu dilarang menjual mawar merah dan pernak-pernik untuk Hari Valentine. Merayakan Hari Valentine dianggap hal yang diharamkan dan dipandang tidak Islami.

Namun, tahun lalu surat kabar lokal Arab Saudi, Arab News, menunjukkan sejumlah toko di negara itu yang tampak mempersiapkan karangan bunga yang dipesan pelanggan dan toko yang menjajakan coklat berbentuk hati menjelang Hari Valentine.

 

Selain kebijakan Kerajaan yang melakukan reformasi, pelonggaran terkait Valentine itu salah satunya tidak lepas dari adanya pernyataan ulama Saudi pada 2018 lalu yang mengatakan Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 

 
Berita Terpopuler