Kelelawar Tetap Menjadi Hewan Sumber Virus Corona Jenis Baru

Tim ilmuwan melakukan pencarian rinci untuk menyelidiki asal usul virus corona baru.

Seorang anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia terlihat mengenakan alat pelindung selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei untuk kunjungan lapangan satu hari lagi di Wuhan di provinsi Hubei China tengah Selasa, 2 Februari 2021. Tim WHO sedang menyelidiki asal muasal pandemi virus corona telah mengunjungi dua pusat pengendalian penyakit di provinsi tersebut.

Seorang anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia terlihat mengenakan alat pelindung selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei untuk kunjungan lapangan satu hari lagi di Wuhan di provinsi Hubei China tengah Selasa, 2 Februari 2021. Tim WHO sedang menyelidiki asal muasal pandemi virus corona telah mengunjungi dua pusat pengendalian penyakit di provinsi tersebut.

Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN — Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tengah melakukan penyelidikan mengenai asal usul virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 di Wuhan, China. Ilmuwan WHO mengatakan kelelawar tetap menjadi hewan yang merupakan sumber utama munculnya wabah.

Selain itu, penularan virus melalui makanan beku adalah salah satu kemungkinan penyebaran. Namun ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Menurut kepala Tim WHO untuk investigasi asal usul COVID-19, Peter Ben Embarek, saat ini mereka telah menemukan informasi baru, namun tidak secara dramatis mengubah gambaran mengenai wabah.

Virus corona jenis baru pertama kali ditemukan pada akhir 2019, di mana wabah diduga dimulai di pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Di tempat itu, tak hanya makanan laut, namun ada hewan-hewan liar yang juga diperdagangkan dan dicurigai salah satunya menjadi sumber COVID-19.

“Jalur yang mungkin dari spesies hewan asli apa pun hingga ke pasar Huanan bisa memakan waktu yang sangat lama dan berbelit-belit yang melibatkan juga pergerakan lintas batas," ujar Embarek, dilansir Asia One, Rabu (10/2).

Embarek mengatakan pekerjaan untuk  mengidentifikasi asal usul menunjukkan reservoir alami kelelawar, tetapi kecil kemungkinannya berada di Wuhan. Penyelidik juga mencari sampel darah dari warga China yang dapat mengindikasikan virus itu beredar lebih awal dari yang diperkirakan.

Dalam upaya memahami awal wabah merebak pada Desember 2019, Embarek mengatakan tim WHO melakukan pencarian yang sangat rinci. Termasuk dalam mencari kasus lain yang mungkin terlewat, kasus-kasus sebelumnya pada 2019.

"Dan kesimpulannya kami tidak menemukan bukti wabah besar yang bisa terkait dengan kasus COVID19 sebelum Desember 2019 di Wuhan atau di tempat lain,” jelas Embarek.

Embarek menegaskan bahwa virus corona jenis baru bukan berasal dari kebocoran di laboratorium di Wuhan, yang selama ini menjadi salah satu dugaan namun diyakini sebagai teori konspirasi. Ia mengatakan argumen itu tidak mungkin dan tak membutuhkan studi lebih lanjut.

Baca Juga


Liang Wannian, kepala panel ahli Cina untuk COVID-19 mengatakan ada bukti infeksi yang bisa mendahului kasus pertama terdeteksi. Ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan virus berasal dari daerah lain, di mana penyebarannya tidak dilaporkan.

Embarek mengatakan tim telah mengidentifikasi pedagang pasar yang menjual produk hewan beku, termasuk hewan liar yang dibudidayakan. Karena itu, ada potensi untuk terus mengikuti petunjuk ini dan melihat lebih jauh tentang rantai pasokan dan hewan yang ada di pasar.

China sebelumnya mendorong gagasan bahwa virus corona jenis baru mungkin dapat ditularkan melalui makanan beku. Embarek mengatakan sejauh ini tim menemukan virus dapat bertahan dalam kondisi di lingkungan yang dingin dan beku, namun belum benar-benar memahami apakah virus dapat menular ke manusia dari produk seperti itu.

Tim WHO tiba di Wuhan pada 14 Januari. Setelah dua minggu karantina, para peneliti mengunjungi situs-situs utama termasuk pasar makanan laut Huanan, lokasi kelompok infeksi pertama yang diketahui, serta Institut Virologi Wuhan, yang terlibat dalam penelitian virus corona.

Meski demikian, pakar penyakit menular Dominic Dwyer mengatakan mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk sepenuhnya memahami asal-usul COVID-19. Amerika Serikat (AS) sebelumnya juga mengatakan Pemerintah Cina perlu lebih terbuka dalam hal berbagi data dan sampel, serta memungkinkan akses ke pasien, staf medis, dan pekerja laboratorium.

 
Berita Terpopuler