Lapisan Ozon Kembali Pulih dari Kerusakan

Kandungan bahan kimia CFC yang merusak ozon mengalami tingkat penurunan.

www.telegraph.co.uk
Kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan seluas 27 juta meter persegi. (ilustrasi)
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BRISTOL -- Kandungan bahan kimia CFC yang merusak ozon mengalami tingkat penurunan yang stabil di atmosfer. Namun, penurunan tersebut sempat terhenti, yang bisa memperlambat penyembuhan lapisan ozon pelindung bumi.

Pengukuran atmosfer yang diterbitkan pada tahun 2018 menunjukkan produksi CFC ilegal yang terjadi di China Timur. Penghentian produksi CPF ilegal itu tampaknya telah mengembalikan proses penyembuhan lapisan ozon ke jalurnya.

Lapisan ozon merupakan bagian tipis dari atmosfer bumi yang menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet dari Matahari. Ketika habis, lebih banyak radiasi UV ini dapat mencapai permukaan. Hal ini menyebabkan potensi bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sinar ultraviolet dapat merusak DNA dan menyebabkan kulit terbakar, meningkatkan risiko masalah jangka panjang seperti kanker kulit.

CFC adalah singkatan dari chlorofluorocarbons. Kelompok bahan kimia ini telah digunakan secara luas dalam pendinginan dan sebagai propelan dalam kaleng aerosol. Peran CFC dalam merusak lapisan ozon sudah dikenal sejak tahun 1980-an.

Penelitian terkait ozon telah dilakukan selama beberapa tahun oleh tim peneliti internasional, dan diterbitkan dalam dua makalah di jurnal Nature. Dilansir di BBC, Kamis (11/2), makalah pertama mengungkapkan bahwa emisi global, dari salah satu jenis CFC tertentu, triklorofluorometana (CFC-11), menurun pada tahun 2019 pada tingkat yang konsisten dengan larangan global atas produksi CFC.

Larangan itu diberlakukan oleh Protokol Montreal 1987, sebuah perjanjian lingkungan yang ditandatangani oleh hampir setiap negara yang melarang produksi bahan kimia perusak ozon ini mulai tahun 2010.

"Segalanya tampak berjalan sesuai rencana," jelas Dr Luke Western, ilmuwan atmosfer dari Universitas Bristol.

Tetapi pada tahun 2018, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa konsentrasi CFC di atmosfer tidak turun secepat yang diharapkan.

"Di situlah semuanya dimulai, kami ingin tahu apa yang terjadi. Pekerjaan yang saya lakukan menunjukkan bahwa (CFC-11) ini terutama berasal dari China Timur,"kata Dr Western.


Baca Juga

Dr Western dan koleganya menggunakan data dari stasiun pemantau udara di Korea Selatan dan Jepang.

Penelitian lebih lanjut di China oleh Badan Investigasi Lingkungan (EIA) dan oleh jurnalis lingkungan, menemukan bahwa bahan kimia tersebut digunakan di sebagian besar busa isolasi poliuretan yang diproduksi oleh perusahaan di wilayah tersebut.

Para ilmuwan menekankan bahwa skala produksi ilegal ini mungkin tidak akan pernah terungkap secara penuh. Tetapi kombinasi ini: kimiawi, jurnalisme investigasi dan penegakan Protokol Montreal, kata para peneliti, telah menghindari penundaan yang signifikan pada penyembuhan lapisan ozon.

"Pertama, kami memperhatikan bahwa lonjakan polusi di wilayah tersebut menurun, sehingga kemungkinan besar pencemar di dekatnya berhenti, atau setidaknya mengurangi, emisi mereka." kata para peneliti.

Kemudian para peneliti melihat bahwa, pada 2019, emisi benar-benar turun kembali ke tingkat yang belum pernah  mereka lihat sejak sebelum 2013. Saat itulah pertama kali para peneliti melihat peningkatan ini.

Para peneliti mengatakan pemulihan lapisan ozon sekarang kembali ke jalurnya. "Jadi akhir abad ini kita akan melihat pemulihan lapisan ozon kembali ke tingkat yang kita lihat pada tahun 1980," ucap Dr Western.

 
Berita Terpopuler