Mozi Masagi, Upaya Dompet Dhuafa Bantu Penanganan Stunting

Kabupaten Garut menjadi tempat percontohan program Mozi Masagi.

Republika/Bayu Adji P
Dompet Dhuafa meluncurkan program Mozi Masagi di Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu (10/2/2021).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Lembaga filantropi Dompet Dhuafa menaruh perhatian terhadap persoalan stunting atau permasalahan kekurangan gizi kronis pada anak. Untuk membantu upaya penanganan dan pencegahannya, Dompet Dhuafa menggulirkan program “Mozi Masagi” (Motor Gizi Makanan Sarat Gizi).

Peluncuran program itu dilakukan di Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu (10/2). Kabupaten Garut dipilih sebagai tempat proyek percontohan Mozi Masagi lantaran kasus stunting di daerah itu masih terbilang tinggi. General Manager Kesehatan Dompet Dhuafa, Yeni Purnamasari, program Mozi Masagi ini akan sangat bermanfaat dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting, terlebih di masa pandemi Covid-19.

Di masa pandemi, Yeni mengatakan, peran posyandu sedikit terkendala lantaran tak bisa melakukan penyuluhan seperti biasanya. Menurut dia, saat kondisi pandemi ini, penanganan kasus stunting dilakukan dengan pemantauan terjadwal di posyandu, serta mendatangi ibu hamil dan balita dari rumah ke rumah.

Untuk balita yang memiliki masalah gizi, Dompet Dhuafa akan memberikan pendampingan. Salah satunya dengan mendistribusikan makanan siap saji untuk memenuhi kebutuhan gizi balita. Kader dengan kendaraan Mozi Masagi akan mendatangi warga sasaran untuk memberikan makanan. “Karena lokasi tersebar, kader akan lebih mudah untuk mendistribusikannya dengan Mozi Masagi,” ujar dia.

Yeni mengatakan, sejauh ini program Mozi Masagi baru diterapkan Kelurahan Ciwalen, yang menjadi salah satu fokus penanganan stunting di Kabupaten Garut.  “Ini kita fokuskan dulu di sini. Nanti juga kita akan kembangkan di wilayah lain,” kata Yeni.

 

Menurut Direktur Dakwah, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Dompet Dhuafa, Ahmad Shonhaji, kasus stunting di Garut merupakan salah satu yang tertinggi di wilayah Jawa Barat, juga nasional. Karenanya, Dompet Dhuafa terjun ke Garut untuk melakukan intervensi penanganan kasus stunting. “Kita turun ke Garut sejak 2016. Kita berikan pendampingan kepada kader posyandu dan puskesmas, berkoordinasi dengan Dinkes (Dinas Kesehatan),” ujarnya.

Namun, Ahmad mengatakan, lantaran kasus stunting di Garut tersebar di banyak wilayah, ada kendala dalam melakukan upaya pencegahan dan peningkatan gizi secara langsung kepada masyarakat. Sebagai salah satu solusinya, tahun ini Dompet Dhuafa berinovasi dengan menggulirkan program Mozi Masagi. “Kita buat inovasi Mozi Masagi agar pendampingan ke masyarakat dapat dilakukan dengan mudah,” kata dia.

 

Ahmad berharap program Mozi Masagi dapat menjadi model dalam upaya penanganan kasus stunting, khususnya di Kabupaten Garut. Namun, untuk memperluas program itu di wilayah lain, ia menilai, diperlukan keterlibatan dari banyak pihak. 

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Garut Sri Prihatin mengakui angka kasus stunting di daerahnya masih terbilang tinggi. Namun, kata dia, persentasenya sudah menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.

Kendati demikian, Sri mengingatkan, bukan berarti penanganan stunting di Kabupaten Garut sudah tuntas. Masih banyak hal yang mesti dilakukan untuk mengentaskan kasus stunting ini. “Memang ini PR (pekerjaan rumah) kita bersama, tak bisa diatasi sendiri, harus dilakukan lintas sektoral,” ujar dia.

 

Sri menilai, program Mozi Masagi yang diluncurkan Dompet Dhuafa akan sangat membantu untuk penanganan stunting di Kabupaten Garut. Ia berharap program itu bisa terus dikembangkan di seluruh wilayah Garut. 

 
Berita Terpopuler