Balita dan Bumil Korban Gempa Majene Butuh Penanganan Khusus

Neberapa pengungsi ibu yang menyusui juga tidak lagi memberikan ASI pada bayinya.

SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Pengungsi korban gempa, Kartini (26 tahun) menggendong anaknya yang baru saja ia lahirkan di kawasan Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (19/1/2021).
Rep: Rizky Suryarandika Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posko Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) Indonesia di Majene terus memperbarui kondisi balita, ibu hamil/menyusui di lokasi pengungsian. Hingga saat ini, kebanyakan mereka masih di pengungsian karena khawatir gempa susulan masih terjadi.  

"Minggu yang lalu ada beberapa yang kembali ke rumah, namun setelah gempa susulan yang cukup kuat kemarin mereka kembali lagi ke pengungsian," kata Jayadi selaku relawan KOPEL Indonesia dari Majene dalam keterangan pers yang diterima pada Senin (8/2).

Relawan KOPEL saat ini menyasar sasaran pengungsi balita dan ibu hamil/menyusui baik dalam rangka tanggap darurat maupun saat tahap pemulihan mereka pascabencana. Dalam pantauannya, beberapa pengungsi ibu yang menyusui juga tidak lagi memberikan ASI pada bayinya karena selama ini jarang makan sayur,  di pengungsian. Lebih memprihatinkan jika susu untuk bayi juga tidak ada, mereka hanya menunggu uluran tangan para dermawan.

Kunjungan relawan KOPEL ke lokasi pengungsian warga Malunda yang mengungsi di Kabupaten tetangga (Polman) menemukan anak-anak yang mulai terserang penyakit. Ditemukann ada ibu hamil yang mengungsi ke Kabupaten Polman hampir tak tertolong karena melahirkan di atas mobil sebelum sampai di Puskesmas Matakali Polman. Untung ibu dan bayinya dapat segera diselamatkan.

Pengungsi korban gempa, Kartini (26) menggendong anaknya yang baru saja ia lahirkan di kawasan Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (19/1/2021). (SIGID KURNIAWAN/ANTARA )

 

Dari Mamuju juga diinformasikan ada bayi yang meninggal di pengungsian yakni di daerah Tapalang salah satu daerah terdanpak bencana di Kabupaten Mamuju. "Iya kak. Tadi habis dari sana melayat dan drop bantuan," ujar Ridwan, salah seorang relawan bencana di Tapalang yang ikut melayat korban di lokasi.

"Bayi ini lahir kembar pada beberapa bulan yang lalu dan meninggalkan saudara kembarnya," lanjut Ridwan.

Fakta-fakta ini mendorong KOPEL Indonesia melalui relawan di lokasi bencana untuk menfokuskan diri menangani permasalahan Balita dan Bumil. Di samping untuk kebutuhan darurat kebencanaan misalnya bantuan, juga melakukan advokasi kebijakan pemerintah untuk segera melakukan afirmasi penanganan korban bencana khusus kepada Balita dan Bumil.

Oleh karena itu data diri, alamat dan kondisi mereka pascabencana perlu diketahui untuk mudahkan pemulihannya lebih lanjut. "Kami masih terus mendata Balita dan Bumil yang terdampak di Majene. Untuk sementara ini kami di Desa Onang, kec. Tubo Sendana. Desa Kayuangin, kec. Malunda dan Desa kabiraan, Kecamatan Ulumanda," tutur jayadi.

 

Menurut Andi Firman, Koordinator Aksi Kemanusian KOPEL Indonesia, hasil pendataan tersebut akan dikoordinasikan bersama Pemda untuk penanganan lebih lanjut. "Ini persoalan yang serius dan mendesak penanganan secara tepat. Mereka balita dan bumil adalah kelompok rentan yang membutuhkan penanganan khusus," ujarnya.

 
Berita Terpopuler