Pandemi Covid-19 Picu Keimanan di Negara Ini Melonjak

Pandemi Covid-19 berpengaruh pada keimanan di sejumlah negara

Pixabay
Pandemi Covid-19 berpengaruh pada keimanan di sejumlah negara. Ilustrasi Covid-19
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC – Pandemi Covid-19 telah menyebabkan tertundanya kegiatan keagamaan dan layanan tatap muka di seluruh dunia, tetapi hanya sedikit orang yang mengatakan keyakinan agama mereka telah melemah akibat wabah tersebut.  

Terungkap dalam survei 2020, terungkap di seluruh negara yang disurvei Pew Research Center rata-rata hanya 3 persen mengatakan keyakinan agama mereka sendiri telah menurun, termasuk 4 persen di Amerika Serikat. Di Korea Selatan, 9 persen mengatakan keyakinan pribadi mereka melemah akibat wabah Covid-19. 

Persepsi tentang pengaruh pandemi terhadap keyakinan terkait dengan tingkat ketaatan orang-orang. Mereka yang lebih religius mengatakan bahwa Covid-19 telah memperkuat keyakinan mereka dan orang lain di negara mereka. 

Di Spanyol, misalnya, 49 persen dari mereka mengatakan agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Mereka juga mengatakan bahwa keyakinan agama mereka saat ini lebih kuat karena pandemi, dibandingkan dengan enam persen di antara mereka yang mengatakan agama kurang penting. 

Pola serupa terjadi di Amerika Serikat, terbukti 45 persen dari mereka yang mengatakan agama sangat penting dalam hidup mereka mengatakan pandemi telah membuat keyakinan mereka lebih kuat, dibandingkan dengan 11 persen yang menganggap agama kurang penting. Secara keseluruhan, 24 persen orang dewasa Spanyol mengatakan agama sangat penting dalam hidup mereka, seperti halnya 49 persen orang Amerika.

Survei tersebut juga menanyakan kepada orang-orang apakah kekuatan keyakinan agama di negara mereka secara keseluruhan telah berubah akibat pandemi. Tanggapan sebagian besar mencerminkan bagaimana orang menjawab pertanyaan tentang keyakinan agama mereka sendiri, meskipun responden mungkin juga mempertimbangkan pandangan mereka tentang peran agama dalam kehidupan publik bangsa mereka. 

Mayoritas di hampir setiap negara yang disurvei mengatakan bahwa keyakinan agama orang-orang di negara mereka tidak banyak berubah sebagai akibat dari pandemi. Sebanyak 14 negara  telah disurvei dan 65 persen mengatakan keyakinan agama orang-orang di negaranya hampir sama dengan sebelum pandemi, sementara 15 persen mengatakan keyakinan di negara mereka telah menjadi lebih kuat dan delapan persen mengatakan keyakinan di negara mereka telah menjadi lebih kuat dan delapan persen mengatakan itu menjadi lebih lemah. 

Di antara orang Amerika Serikat, sekitar setengah dari orang dewasa yang disurvei mengatakan keyakinan agama orang-orang di Amerika Serikat tidak banyak berubah. Sementara 28 persen mengatakan bahwa negara tersebut menjadi lebih religius. Hanya segelintir orang Amerika berpikir bahwa keyakinan agama di negara mereka telah melemah akibat wabah Covid-19. 

Di beberapa negara, jauh lebih banyak orang yang mengatakan bahwa negara mereka telah mengalami pembaruan agama daripada yang mengatakan bahwa mereka  sendiri memiliki keyakinan agama yang lebih besar. 

Di Belanda, 17 persen mengatakan bahwa negaranya telah menjadi lebih religius, meskipun hanya tujuh persen orang dewasa di Belanda yang mengatakan bahwa mereka secara pribadi sekarang lebih religius. 

 

Di Swedia, 15 persen mengatakan keyakinan religius di negara mereka lebih kuat, dibandingkan dengan tiga persen yang mengatakan bahwa mereka sendiri telah mengalami keyakinan religius yang lebih kuat.  

 
Berita Terpopuler