Punya Aset Besar, OJK: BSI Harus Jangkau Daerah Pelosok

BSI perlu melakukan berbagai upaya untuk menjangkau masyarakat di daerah.

Prayogi/Republika.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Syariah Indonesia (BSI) KC Jakarta Barat, Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk., entitas usaha hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara, resmi hadir dan beroperasi di Indonesia. Bank Syariah Indonesia berkomitmen untuk menjadi lembaga perbankan yang melayani segala lini masyarakat, menjadi bank yang modern, serta inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip Syariah.Prayogi/Republika.
Rep: Novita Intan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sejumlah tantangan masih besar yang akan dihadapi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Bahkan predikat Bank Syariah Indonesia sebagai bank dengan posisi tujuh terbesar nasional secara aset tidaklah cukup untuk melayani masyarakat hingga pelosok daerah.

Baca Juga

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan Bank Syariah Indonesia perlu melakukan berbagai upaya untuk menjangkau masyarakat di daerah. Hal ini mengingat masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat atas produk dan layanan keuangan syariah.

"Tingkat inklusi keuangan syariah sebesar 9,10 persen, sedangkan konvensional 76,19 persen. Tingkat literasi keuangan syariah sebesar 8,93 persen, sedangkan konvensional 38,03 persen,” ujarnya saat acara Index Debut Bank Syariah Indonesia secara virtual, Kamis (4/2).

Selanjutnya, kata Wimboh, masih terbatasnya sumber daya manusia dan kapasitas industri keuangan syariah. Hal ini penting agar SDM Syariah memiliki kualitas dengan kapasitas yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan daya saing keuangan syariah terutama dalam mengakselerasi digitalisasi produk dan layanan masa pandemi.

“Tantangan lainnya mengenai competitiveness produk dan layanan keuangan syariah yang belum setara dibandingkan konvensional. Model bisnis dan variasi produk syariah yang relatif masih terbatas," ucapnya.

 

Terakhir tantangan lainnya, kata Wimboh, keuangan syariah belum sepenuhnya terintegrasi dalam ekosistem industri halal. Hal ini mempengaruhi peningkatan market share keuangan syariah yang terbatas karena per Desember 2020 masih sebesar 9,9 persen.

Kendati demikian, Wimboh mengakui ada sejumlah manfaat adanya merger bank syariah BUMN. Adapun manfaatnya mampu meningkatkan kapasitas permodalan dan sumber daya bank syariah, menciptakan bank syariah yang masuk dalam 10 besar dunia berdasarkan kapitalisasi pasar dalam lima tahun ke depan, dan penguatan kelembagaan bank syariah.

"Diharapkan terdapat Bank Syariah bank umum kelompok usaha (BUKU) ,  sehingga memiliki kapasitas dan jaringan perbankan syariah yang memadai," ucapnya.

Per Desember 2020, kredit perbankan nasional sebesar minus 2,41 persen sepanjang 2020, pembiayaan bank umum syariah masih bertumbuh 9,5 persen yoy (year on year) dengan ketahanan yang memadai.

Aset keuangan syariah juga tetap tumbuh tinggi pada era pandemi. Adapun total aset keuangan syariah (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp 1.802,86 triliun atau 127,82 miliar dolar AS, dengan market share keuangan syariah 9,9 persen.

Bank Syariah Indonesia memiliki total aset mencapai senilai Rp 240 triliun, modal inti lebih dari Rp 22,60 triliun, total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 210 triliun, serta total pembiayaan Rp 157 triliun. 

Selain itu, laba terkonsolidasi Bank Syariah Indonesia per Desember 2020 mencapai Rp 2,19 triliun. Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.241 kantor cabang, sekitar 2.447 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20 ribu karyawan yang tersebar di seluruh nusantara.

 
Berita Terpopuler