Realisasi Investasi Penanaman Modal Jatim Rp 78,3 Triliun

Realisasi investasi penanaman modal di Jatim didominasi PMDN

Edwin Dwi Putranto/Republika
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan realisasi Investasi Penanaman Modal Jawa Timur (Jatim) sepanjang 2020 mencapai Rp 78,3 triliun. Realisasi tersebut terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 22,6 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 55,7 triliun.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Realisasi Investasi Penanaman Modal Jawa Timur (Jatim) sepanjang 2020 mencapai Rp 78,3 triliun. Realisasi tersebut terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 22,6 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 55,7 triliun.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menilai capaian ini meningkat 33,8 persen dibanding tahun sebelumnya. "Sementara skala nasional investasi naik 2,1 persen,” ungkap Khofifah, Rabu (27/1).

Menurut Khofifah, pertumbuhan positif ini menandakan kebangkitan investasi di Jatim. Hal ini mengingat dua tahun terakhir investasi Jatim terus tumbuh signifikan. Sebelumnya, Jatim mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut.

Capaian investasi Jatim pada 2017 dan 2018 mengalami kontraksi berturut-turut sebesar -9,5 persen dan -22,4 persen. Namun pada 2019, iklim investasi Jatim menemukan titik baliknya, yakni tumbuh 14,3 persen. "Dan dipertegas pada 2020, meski di tengah pandemi, investasi Jatim naik 33,8 persen," ucap Khofifah dalam keterangan resmi yang diterima Republika.

Khofifah menilai pertumbuhan ini didorong dari menggeliatnya PMA maupun PMDN secara signifikan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, Jatim menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Barat (Rp 120,4 triliun) dan DKI Jakarta (Rp 95 triliun). Di posisi keempat terdapat Banten (Rp 62 triliun) disusul Jateng di peringkat lima (Rp 50,2 triliun). 

“Dari Top 5 Provinsi tersebut, Jatim mengalami pertumbuhan year on year tertinggi, yakni 33,8 persen, disusul Banten yang tumbuh 27,3 persen. Sedangkan tiga Provinsi yang lain mengalami penurunan,” kata Khofifah. 

 

Khofifah menerangkan, PMDN Jatim sendiri disokong oleh sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan menyumbang angka Rp 26,9 triliun. Di sektor usaha ini, terdapat PT Waskita Bumi Wira yang telah menggelontorkan uangnya senilai Rp 9,4 triliun untuk menggarap proyek Nasional tol KLBM di Gresik. Selain itu juga terdapat PT Pelabuhan Indonesia III yang telah merealisasikan investasinya sebesar Rp 5,2 triliun untuk pembangunan infrastruktur pendukung di Teluk Lamong Surabaya.

Selanjutnya, realisasi PMA sebesar Rp 22,6 triliun ditopang oleh sektor Industri kimia dan farmasi yang menyumbang angka sebesar Rp 8,9 triliun. PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia yang berlokasi di Tuban telah mencatatkan realisasi investasi di sektor tersebut sebesar Rp 4,9 triliun. Dari sisi negara asal, kontributor utama investasi asing di Jatim, yakni Singapura dengan realisasi sebesar Rp 9,8 triliun, disusul Jepang dengan kontribusi sebesar Rp 4,6 triliun. 

Sementara itu Kota Surabaya menduduki peringkat pertama total realisasi PMA dan PMDN di Jatim dengan mencatatkan angka Rp 16,8 triliun. Kemudian Kabupaten Gresik di posisi kedua dengan realisasi Rp 16,5 triliun. Lalu Kabupaten Pasuruan (Rp 7,9 triliun), diikuti Kabupaten Sidoarjo (Rp 6,8 triliun) dan Kabupaten Tuban (Rp 6,1 triliun).

Jika dibedah per kategori, maka Kabupaten Tuban mencapai realisasi PMA tertinggi dengan menyumbang Rp 5,7 triliun. Selanjutnya, Kabupaten Pasuruan (Rp 3,5 triliun), Kabupaten Gresik (Rp 2,0 triliun) dan Kabupaten Mojokerto (Rp 1,7 triliun). "Serta di posisi kelima Kabupaten Jombang, Rp 1,6 triliun," jelasnya.

Untuk kategori PMDN, Kota Surabaya mencatatkan angka tertinggi sebesar Rp Rp 15,8 triliun. Disusul Kabupaten Gresik (Rp 14,4 triliun), Kabupaten Sidoarjo (Rp 5,4 triliun) dan Kabupaten Pasuruan (Rp 4,4 triliun). Kemudian Kabupaten Probolinggo di posisi kelima dengan capaian Rp 3,6 triliun.

Di sisi lain, peran PMA dan PMDN ini juga sedang didorong menuju pembangunan iklim investasi yang lebih inklusif. Sebelumnya, atas fasilitasi BKPM RI (18/1), enam perusahaan besar dari Jatim turut menandatangani kerjasama kemitraan dengan 18 UMKM. Kemitraan saling menguntungkan antara PMA PMDN dengan UMKM di Jatim akan terus didorong.

"Agar sektor UMKM kita dapat terlibat di rantai pasok global dan bisa naik kelas,” jelasnya.

Khofifah mengaku optimis momentum kebangkitan investasi Jatim akan terus berlanjut pada 2021. Dinas Penanaman Modal dan PTSP sebagai garda terdepan dalam pengembangan investasi di Jatim, awal tahun ini telah berinovasi. Salah satunya memberikan pelayanan perizinan secara daring melalui aplikasi JOSS (Jatim Online Single Submission). 

 

Dengan adanya JOSS, Khofifah berharap juga akan diseiringi inovasi dan kebangkitan lainnya dari Jatim. "Dan tahun 2021 kita songsong dengan capaian-capaian yang lebih baik,” ungkap Khofifah.

 
Berita Terpopuler