ILO Sebut Pandemi Hilangkan 225 Juta Pekerjaan

ILO memperkirakan dampek ekonomi akan lebih buruk jika distribusi vaksin lama.

cbc.ca
phk (ilustrasi)
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pandemi menyebabkan pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada ekonomi global tahun 2020. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan pandemi telah menghancurkan setara dengan 225 juta pekerjaan penuh waktu.

Krisis ini menyebabkan penurunan 8,8 persen pada jam kerja, empat kali lebih banyak daripada setelah krisis keuangan 2008. PBB memperingatkan bahwa pemulihan masih belum pasti, meskipun ada harapan bahwa vaksin akan memacu pemulihan ekonomi.

Jam kerja pada tahun 2021 kemungkinan akan tetap lebih dari 3 persen lebih rendah daripada pada tahun 2019. Jumlah ini kira-kira setara dengan 90 juta pekerjaan penuh waktu, menurut laporan Organisasi Perburuhan Internasional PBB (ILO).

Namun ILO memperingatkan bahwa penurunan bisa lebih buruk, jika distribusi vaksin lambat dan pemerintah global tidak memberikan stimulus ekonomi yang diharapkan.

"Tanda-tanda pemulihan yang kami lihat menggembirakan, tetapi rapuh dan sangat tidak pasti, dan kita harus ingat bahwa tidak ada negara atau kelompok yang dapat pulih sendiri," kata direktur jenderal ILO, Guy Ryder dilansir dari BBC, Selasa (26/1).

Baca Juga


Menurut ILO, dampak pada tahun 2020 bahkan lebih buruk dari perkiraan ILO musim semi lalu, ketika diperkirakan bahwa empat dari lima pekerjaan orang telah terpengaruh oleh penutupan wilayah.

"Ini merupakan krisis paling parah bagi dunia kerja sejak Depresi Hebat tahun 1930-an," kata Ryder.Depresi hebat menyeret ekonomi dunia dalam keterpurukan hingga 10 tahun lamanya.

ILO mengatakan sekitar setengah dari jam yang hilang disebabkan oleh perusahaan yang mengurangi pekerjaan.

Ketenagakerjaan juga turun 114 juta dibandingkan tahun 2019. Sebab, sekitar 33 juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara sisanya menjadi tidak aktif, baik berhenti bekerja atau mencari pekerjaan.

Secara keseluruhan, partisipasi dalam angkatan kerja turun 2,2 poin persentase tahun lalu, dibandingkan dengan hanya 0,2 poin persentase antara 2008 dan 2009.

 
Berita Terpopuler